5 Things I Am Thankful For

Friday, December 1, 2017

 Picture credit here

Mumpung di bulan yang baru, pengen diawali dengan mensyukuri beberapa hal. Thank you, Stevia for this gratitude game! Gratitude game ini sebenarnya dalam rangka perayaan Thanksgiving. Walaupun kita nggak merayakan, just take this as a practice. Bad things happened, but we still have bunch of other things to be thankful about. I dare you to make your own list too! 

1. Name a person you are thankful for.

There are so many people I'm always thankful for. Kali ini aku ingin haturkan rasa syukurku kepada sosok yang kami panggil, Ncus.

She's not the "official" sitter for helping and taking care of Josh. Sejak hari pertama kami pindah ke rumah mertua, Ncus udah bersedia untuk bantu jagain Josh dan urusan domestik lainnya, seperti cuci baju, nyapu/ngepel, masak dan sebagainya. Aku inget banget, awal-awal Ncus nggak mau gendong Josh karena udah lama nggak gendong bayi. Kebetulan waktu pindah ke rumah mertua, Josh udah 5 bulan dan lebih mantap untuk digendong. Sampai hari ini Josh paling hepi diajak main dan jalan-jalan bareng Ncus. Nggak usah diucap dengan kata-kata, aku tahu Ncus yang banget dengan Josh. Beberapa kali Ncus bilang, ngeliat Josh sekarang keinget waktu dulu jagain Andreas. Buat yang nggak tahu, Ncus ini awalnya memang nanny-nya Andreas sejak dia umur 1,5 tahun. Entah jodoh atau apa, Ncus bertahan sampai hari ini and she's part of Andreas's family. Ada aja hal-hal yang dilakukan Josh bikin Ncus keinget Andreas kecil dulu. Mulai dari suka main air, mukulin semut di lantai sampai hobi makan ceker ayam!


Ncus orangnya juga nggak neko-neko. Hatinya tulus dan baik hati sekali. Kayaknya sifatnya itu, deh, yang bikin dia bertahan selama 27 tahun di keluarganya Andreas. 

Ncus di kampung punya satu anak perempuan, udah menikah 10 tahun lebih tapi belum dikaruniai anak. Ncus selalu kepingin punya cucu, tapi kayaknya Tuhan nggak kasih secara langsung lewat anak kandungnya. Di Bogor, dia malah punya banyak cucu dari sodara-sodara kandung Andreas. Setiap ponakan dari Andreas udah dianggap cucu kandungnya sendiri.

Terima kasih, ya, Ncus untuk kebaikan hatimu. You are the one who keeps me sane at home as a mom. Nggak kebayang kalau nggak ada Ncus aku jadi apa. Semoga Ncus diberkati selalu, ya! 

2. Name a place you are thankful for. 

I think I should be thankful for city that I've been living in for 2 years, Bogor. 

Waktu pertama kali ke Bogor setelah belasan tahun lamanya, aku selalu nyinyir Bogor ini kota kecil nan ndeso. Kotanya boring banget dan selalu merasa di belahan dunia lain, alias asing banget. Aku malah lebih suka Bandung nggak tahu kenapa. Mungkin lebih kerasa kota kayak Jakarta, ya. 

Tapi Bogor nggak pernah balas dendam dengan perasaan ketidaksukaanku padanya. Instead, Bogor provides fresh air that I always need. Udara Bogor itu masih segar dan cukup bersih, lho, gengs. Walaupun macetnya udah ngalah-ngalahin ibukota—khususnya weekend dan long holiday!—entah kenapa udaranya masih terasa sejuk. Sejak kecil, aku punya alergi hidung, di mana setiap bangun pagi pasti bersin-bersin. Alergi sempat membaik waktu pindah ke Bali, tapi terhitung sering dan tetap 'langganan' flu berat. Buat yang kenal dekat dengan aku, kalau udah flu berat itu rasanya pengen lepas hidung aja, deh! Namun tidak ketika pindah ke Bogor. Alergi bersin-bersin tiba-tiba mengurang drastis. Flu berat pun bisa terhitung jari dan kalaupun sakit, sembuhnya juga cepat. Suami juga bilang, kok sejak di Bogor aku nggak pernah ngeluh alergi. Well, thanks to Bogor's fresh air! 

 Cuma di Bogor tiap bangun pagi, pemandangan dari jendela adalah Gunung Salak. 
Btw, ini diambil dari ruko tempat tinggal kami yang sebelumnya. Tjakep!

3. Name a food you are thankful for. 

 Indomieeee... seleraku. *not a sponsored post* 

4. Name a thing you are thankful for. 

That would be... my very first Compaq CQ40, aka my dear laptop. 

Laptop pertama yang aku beli saat kuliah. Belinya pakai cash, harganya pun masih aku ingat, 4,600 yuan, dengan kurs waktu itu masih 1,200 rupiah aja. Walaupun made in China, laptopku ini cukup tangguh. 

Dari zaman chatting pakai MSN, ngerjain tugas yang tak terhitung jumlahnya, bikin blog baru—which is you're reading right now!, belajar nulis artikel—dan beberapa berhasil di-published, nulis buku pertama yang diterbitkan secara self-published sampai nulis skripsi dengan bahasa nenek moyang dan masih banyak hal lainnya. You've done so many great things, old friend. But I guess you should take a good long rest in 2018. Thank you for sticking with me since 2009. Salute!

5. Name anything you are thankful for. 

I'm really really thankful that I'm still blogging. 

My relationship with blogging has been a roller coaster journey. Beberapa kali sempat pengen banget untuk cari keuntungan dari blog ini. Pengen monetize lebih dalam, tapi setelah itu langsung berubah pikiran. Blogging is always be a fun outlet for me, rasanya overwhelmed kalau harus menjadikan blog sebagai penghasil uang. Menyenangkan memang mendapat penghasilan dari aktifitas yang kita senang lakukan. It's just not what I want. Biar rejeki diatur oleh Yang Maha Kuasa, hihi.

Kalau dilihat-lihat, gaya penulisanku setiap tahun mungkin ada perubahan. Itu karena aku senang aja mencoba hal-hal baru dalam creative writing. Mudah-mudahan tetap bisa jadi diri sendiri. 

I follow the Big Magic rule, don't do something because you wanted to be known or praised. Do something because you love doing it.  

Semoga di bulan yang baru—dan yang terakhir di tahun 2017!—kita semua tetap semangat, ya. Stay awesome!

10 comments:

  1. Kalau kita mau bersyukur sama hal-hal di sekitar kita rasanya hidup terasa nikmat ya mba ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betulll. Tahun ini belajar untuk banyak bersyukur supaya hidupnya lebih tenang dan positif (:

      Delete
  2. Dulu aku pernah tinggal sebulan di Bogor pas lagi magang. Udaranya emang enak banget, ya. Walau siangnya panas banget tp ga terlalu campur polusi kayak di Jakarta.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Bogor kalau siang juga panas banget. Tapi masih ada angin sejuknya. Apalagi kalau pagi-pagi, seger banget rasanya buka jendela kamar.

      Delete
  3. Ncusnya Andreas itu sama kisah dengen temenku. Tdnya jaga anak sampai jaga cucu. Udah kayak keluarga jadinya. Apalagi susnya jago masak. Sejahteralah hidupnya hahaha.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, sama banget Ncusnya Andreas ini juga pinter masak. Makin sejahtera hidup kita dan pahalanya Ncus makin besar di surga, hahahaha

      Delete
  4. Ku kangen Bogor. Dulu tiap minggu bisa nginep buat refreshing. Makanannya juga enak-enak ya ;D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sampai sekarang kalau weekend jalanan Bogor penuhhh dengan mobil berplat B. Ternyata Bogor masih destinasi favorit orang Jakarta untuk weekend getaway, ya. Deket juga, sih, soalnya.

      Delete
  5. Halo... :)
    Seneng baca artikel 1 ini. Bikin saya juga jadi tambah bersyukur dengan tahun 2017 yang sudah dijalani. Melewati 1 tahun pas jadi Nyonya rumah tangga setelah setahun lalu resign dr pekerjaan melelahkan.

    BTW, liat foto Kota Bogor...jadi keinget Masa kecil saya, yg kalo liburan sekolah always diajak orgtua nginep di rumah Dinas di Bogor..tiap mau balik ke Bandung, pasti lewat puncak & mampir ke restoran Rindu Alam (masih ada nga sih resto tsb??). Disana makan bisa sepuasnya, gratis hihihi..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hi Mba Lana, makasih ya udah ngunjungin balik (:

      Sayangnya Rindu Alam terpaksa (akan) dibongkar karena ada proyek pelebaran jalan di Puncak ): Masih belum tau, sih, akan dibongkar atau gimana, soalnya gubernur Jabar sendiri merasa sayang kalau harus ngebongkar resto legendaris itu.

      Kapan-kapan main lagi ke Bogor, banyak tempat baru yang seru juga :D

      Delete