My Breastfeeding Journey (Part 2): Byeeee Nenen!

Wednesday, September 19, 2018


Tepat hari ini, dua minggu sudah Josh lulus disapih!

*pasang confetti* 🎉🎉🎉

Baca: My Breastfeeding Journey (Part 1): Kenapa Menyusui Langsung?

Seperti kebanyakan ibu lainnya, aku pun ingin membagikan pengalaman spesial ini di blog. Karena ini salah satu milestone yang emejing yang pernah dilewati. Nggak pernah nyangka anak yang candu nenen kayak Josh bisa lepas juga.

Nggak ada kiat-kiat khusus nih gimana caranya kami menyapih Josh. Udah banyak artikel dan blog post yang aku baca demi persiapan menyapih ini. Selesai baca satu artikel, pertanyaan di benakku selalu sama: kok bisa? 

Baca cerita orang rasanya kok mudah, ya. Mungkin untuk kalian yang sedang ingin menyapih anak, berpikir sama setelah baca blog post aku hari ini. Setelah dijalani, memang bener setiap anak dan orangtua itu punya caranya sendiri. 

Teori dasarnya, mau nyapih ya stop nenen. Mudah bukan?

Realitanya, jangankan stop, CARA stopnya aja bingung.

Menyusu buat Josh itu adalah segalanya. Mau tidur, nyusu. Bosan, nyusu. Jatoh terus bete, nyusu. Nggak enak badan, nyusu. Sebel karena nggak boleh nonton utube, nyusu. Pokoknya semua masalah Josh selesai dengan menyusu.

Sekarang harus berhenti, tentu aja nggak mudah. Ngebayangin nggak ada lagi senjata ampuh yang bisa bikin anak gue tenang aja kayaknya udah pusing sendiri.

Kata orang, nunggu aja sampai momen yang tepat untuk nyapih, dan pastiin mamanya harus siap mental. Kalo mamanya masih maju-mundur, proses menyapih nggak bakal sukses.

Momen yang "tepat" itu sebenernya udah ada sejak Josh ultah kedua.

Frekuensi nenen di rumah makin menjadi, khususnya di malam hari. Tengah malam makin sering bangun untuk nyusu. Mending yaaa abis nyusu mau dilepas. Ini malah ngempeng dong. Lah, emak gimana tidurnya? Hampir tiap malam begitu. Kalo nggak ngempeng, nggak bobo. Hampir tiap pagi juga aku bangun dengan muka suntuk, emosi meletup.

Momen lainnya yang bikin "gong", sewaktu kami pulang liburan dari Malang dan Bali awal bulan ini.

Selama di Malang, kami tinggal di rumah kakaknya Andreas, jalan-jalan pun pasti dengan mereka juga.

Josh itu kalo di luar rumah udah nggak minta nenen, kecuali di mobil. Masalahnya, dia kadang belum paham kalo mobil yang ditumpangi bukan mobilnya. Sementara, aku risih sekali kalau harus nyusu di mobil orang lain, termasuk anggota keluarga. Mau nggak mau, aku coba alihkan Josh ke hal lain yang dia juga suka, yaitu Youtube. Yaudalah yaaa bukan mama ideal nih. Selama dia nggak minta nenen, nonton aja lah.

Dari Malang kami lanjut ke Bali. Nah, di Bali ini lah yang paling bikin hati mantap kalau Josh harus disapih.

Selama di Malang nafsu makan Josh memang oke banget. Sampai bingung kok anak ini doyan makan? Nggak makan, bingung. Doyan makan, bingung juga. 

Namun, lagi-lagi aku harus kecewa dikit. Di saat aku ngerasa nafsu makannya membaik, ternyata Josh masih suka menolak makan kapan pun dia mau.

Tiga hari pertama di Bali, Josh mogok makan. Bener-bener ogah makan, termasuk menu kesukannya. Ngemil ogah-ogahan, minum susu juga males. Pokoknya hati mama ketar-ketir banget lah. Kalo udah begitu, cuma satu yang dia mau, nenen.

Setelah diselidiki, penyebab Josh mogok makan karena dia nggak enak badan. Dalam beberapa hari doi harus naik pesawat dua kali, kami juga melakukan perjalanan darat dari Malang ke Surabaya untuk naik penerbangan ke Denpasar. Kita aja orang dewasa suka capek yaa kalau jalan-jalan, apalagi anak cilik. So, yaudah mama paham.

Namun, yang tak kumengerti adalah kenapa dia sempat beberapa kali minta nenen di tempat umum, padahal sebelumnya udah nggak pernah sama sekali. Waktu ke gereja di Malang, Josh juga nenen di ruang ibadah. Padahal di Jakarta nggak pernah minta samsek.

Mamaku yang tau aku ingin menyapih Josh setelah berusia dua tahun ini, malah menyarankan untuk nyapih pelan-pelan aja karena ngeliat keadaan Josh yang susah makan gini.

Pulang liburan, keadaan Josh juga nggak membaik. Masih susah makan, tidur malam nggak nyenyak, ini gimana cobaaaa, mama harus gimanaaa.

Mau tidur aja kok susah, marah-marah terus padahal anak nggak salah, cuma ingin bobo tapi sambil nenen. Suami juga kena imbas, nggak salah tapi dijudesin. Capek banget rasanya.

I can't take this anymore.

Mama kurang tidur, mood aut-autan, gimana mau ngurus anak dan suami dengan baik?

Aku pun ngomong ke suami kalau aku udah nggak tahan dan ingin segera menyapih Josh. Andreas sampai nanya aku berkali-kali, supaya aku nggak mundur. Karena sebelumnya kami sempat memulai, namun setengah-setengah. Akhirnya, batal.

Kami pun sepakat akan menyapih Josh beberapa hari ke depan saat mertua berangkat keluar kota. Mengapa begitu? Biar mereka nggak khawatir aja, sih. Kami berekspektasi Josh bakal drama tengah malem selama proses sapih. Biar nggak menganggu istirahat malam mereka juga, kan.

Udah mantap nih pengen nyapih, namun tetep bingung gimana mulainya.

Di saat kebingungan itu lah, ada yang meninggalkan komentar di postingan ultah Josh kedua. Salah satu teman pembaca blog memberikan info tentang akun Instagram seorang mommy yang kondisi anaknya sama persis dengan Josh dan udah sukses disapih. Maksudnya, mungkin bisa ditengok pengalamannya. Aku nggak pernah tau bahwa komentar tersebut menjadi angin segar buatku. Thank youuuu banget, ya!

Sesuai rujukan, aku pun ke tkp akun instagram tersebut. Penasaran masa iya ada anak lainnya yang punya kondisi sama dengan Josh. Selama ini aku ngerasa aneh karena harus menghadapi anak seperti Josh. Bukan berarti dia nggak baik. Semua anak itu baik, cara penanganannya aja yang berbeda, kan.

Setelah baca postingan sapih si mommy tersebut, aku hampir nggak percaya ternyata emang bener kondisi anaknya sama dengan Josh. Waw, ternyata ada yang udah sukses melewati musim sulit ini, ya.

Aku pun semakin yakin dengan keputusan menyapih Josh ini. Kalau orang lain bisa sukses, berarti kami juga bisa.

Di saat kami menetapkan hari di mana akan menyapih Josh, di situlah aku sadar harus menikmati momen-momen terakhir menyusui Josh. Sekesel-keselnya denger dia ngerengek minta nenen tengah malam, aku tetep bakal kangen suaranya waktu minta nenen. Kami punya "kode" khusus kalau Josh ingin nyusu. Suaranya saat mengucapkan kode tersebut menurut kami lucu banget. Sebentar lagi aku nggak bisa mendengar "kode" itu lagi. Kecuali kalau dia agak besar dan udah benar-benar ngerti nggak nenen lagi, aku bisa minta dia ucapkan kembali. Itu pun kalau anaknya inget.

Hal penting yang nggak aku lupakan sebelum memulai proses ini adalah berdoa.

Aku tau proses ini nggak mudah dilalui, baik untuk Josh maupun diriku sendiri. Kami melakukan apa yang bisa kami lakukan. Selebihnya, berserah total sama Tuhan. Pokoknya minta stok lebih kesabaran dan ketenangan hati aja selama menyapih ini.

Di sini lah aku bener-bener ngerasain lagi yang namanya power of prayer. Tuhan bekerja dan kasih kejutan yang luar biasa.

Jujur ya, apalah artinya afirmasi disampaikan, persiapan hati dan mental, tapi nggak minta dukungan dari Yang Maha Kuasa? Sungguh, ku tak akan mampu.

Nggak berarti proses aku lalui tanpa kesulitan. Namun, jauhhhh lebih mudah dari apa yang kami bayangkan.

Percaya nggak, total proses menyapih ini hanya butuh lima hari?

Mungkin untuk beberapa orangtua, ini termasuk jangka waktu yang lama. Buat kami, ini cepat banget. Terlalu cepat untuk seorang anak yang sangat sangat sangat candu dengan nenen!

Saking cepatnya pun, mama nggak sempat melo-meloan lho. Bohong deng. Nangis tiga kali di hari pertama nyapih kok, hihi.

Untuk cerita sapihnya, bisa ditengok di highlight Instagram aku, ya.

Hari pertama tentu yang paling sulit. Pagi hari di mana Josh terakhir nenen, aku deg-degan luar biasa. Bisa nggak nih anaknya, bisa nggak nih aku tega pas denger dia nangis-nangis nanti. Semakin banyak guessing malah semakin bikin nggak tenang. Aku mencoba untuk calm down dan menganggap ini hanya melakukan sebuah rutinitas baru aja. Josh pasti bisa ngikutin, cukup dikasih pengertian.

Dan ternyata bener lho. Walaupun sempet minta beberapa kali, somehow Josh paham kalau dia memang udah nggak boleh nenen. Tiap kali dia minta dan aku tolak, dia langsung berusaha untuk mengalihkan perhatiannya sendiri. Yang bikin seneng, salah satu pengalihan dia adalah ke makanan.

YES. Di hari pertama sapih, nafsu makan Josh meningkat drastis. Beberapa jam sekali minta makanan atau cemilan terus. Dia berusaha banget melahap apapun menu makanan yang aku tawarkan. Mungkin doi tau, ya, nggak ada pilihan lain. Dulu, kalau lapar atau haus, ya cari nenen. Sekarang nenen udah nggak ada (masih ada, cuma lagi berhenti produksi), gue harus makan.

Di sini aku ngerasa sangat terharu. Aku nggak nyangka banget Josh bisa berubah secepat itu. Aku sampai nggak berani berharap banyak, takut kecewa, jangan-jangan hari ini doang, besok-besok mogok lagi. Puji Tuhan, anaknya konsisten makan makan dan makan, sampai hari ini. Meski masih tergolong picky, tapi dia jadi suka makan.

Ini lho yang papa mama mau, Josh. Nggak peduli badan kamu kecil, mungkin nggak se-chubby dulu waktu bayi, yang penting kamu suka makan dan ada asupan gizi. Kalau kamu sehat, mama papa juga yang seneng, nak.


Selain jadi suka makan, hal positif lain pasca Josh disapih, tentu aja pola tidurnya jadi lebih berkualitas.

Selama ini Josh nggak pernah punya pola tidur yang baik, khususnya di malam hari. Aku mah sangat sangat tidak kenal baik dengan yang namanya sleep thru the night sejak punya bayik. Apa itu tidur sepanjang malam?

To be surprised, masuk hari ketiga, Josh bisa bobok pules sampai pagi. Tengah malam kebangun juga langsung bisa bobo sendiri lagi.

Anak bobo pules, mama pun pules. Mama bisa tidur, semua langsung hepi!

Bener lho. Efek tidur cukup itu luar biasa, ya. Pikiran jadi lebih jernih, nggak mudah cranky, kerjain apapun jadi lebih semangat. Oh hello again my beauty sleep!

Menyapih Josh di usia 2 tahun, menjadi salah satu keputusan terbaik di tahun 2018 ini. Kami puas dan bersyukur banget bisa melewati proses ini. Sekali lagi nggak gampang, tapi karena hati kami mantap dan nggak lupa berdoa, semuanya bisa dilalui dengan baik. Lihat anak bisa tumbuh jadi lebih baik tuh nggak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Pertumbuhan mereka cepat sekali. Dalam sekejap, udah bisa ini. Lewat tidur semalam, besoknya udah bisa hal baru lain lagi. It's amazing, really.

Another battle of parenthood is completed! YAAAAAY!

*tepuk tepuk bahu sendiri*

Next round, is the unfamous T word... T is for t a n t r u m. 

Oh, how I love the terrific two phase...  

2 comments:

  1. josh pinter ya cepet disapihnya... dulu jayden lama banget, dan akunya juga maju mundur buat nyapih... ampe akhirnya bener2 lepas nenen itu menjelang umur 3 tahun hahahaha... tapi dari 2 tahun dia uda tidur tanpa kebangun2 lagi, jadi nenen emang buat comfort doang...

    ReplyDelete
  2. Yeay senang bisa membantu Jane.. Sukses ya sapihnya.. bonus suka makan. Double winner! Hehe

    ReplyDelete