Nonton Apa Aja Selama Bulan Februari?

Saturday, March 2, 2019


Selama bulan Februari kemarin, aku berhasil nonton beberapa film yang cukup bagus dan memutuskan untuk dibagikan di sini.

Buat yang nanya kok bisa punya waktu, sih, nonton film segini banyak? Ya, disempet-sempetin aja. Saat anak tidur siang itu adalah waktu yang terbaik. Meskipun harus kepotong-potong juga kalo udah bangun dan mendadak minta ditemenin main. Dua film yang akan aku ceritakan di bawah malah ditonton bareng suami dan anak sebelum bobo malam. Aku belum pernah bawa Josh lagi nonton ke bioskop, jadi nonton di rumah adalah solusi terbaik untuk sementara waktu.

Without further due, let's start with the list!

1. Gone Girl 


Credit to impawards

Memutuskan untuk nonton ulang film ini gara-gara habis baca ulang novelnya juga.

Baca: 2019 Monthly Reads: February

Kesan waktu pertama kali nonton ini tuh disturbing banget. Mungkin syok kali ya soalnya jarang-jarang nonton film ber-genre physcological thriller gini. Mana setelah nonton ini nggak bisa tidur sendirian lho selama beberapa malam, cupu banget nggak aku? Karena waktu itu juga nggak tau kalau ternyata ini adaptasi dari novel, dikira cerita romance aja, mana tau ada darah-darahnya juga *okey spoiler*.

Namun, setelah baca ulang novelnya dan mungkin karena efek sudah menikah, akhirnya paham dengan situasi antara pasangan suami istri Amy dan Nick ini.

Aktingnya Rosamund Pike yang memerankan Amy juara, sih. Gambaran cewek yang terlihat lemah, namun sebenarnya sangat membahayakan. Memang, ya, semua wanita tuh kalo udah berambisi sungguh mengerikan.

Aku lebih suka novelnya, sih, but the movie was great too. Cinematography-nya juga cukup apik. Mohon perhatian, ini tontonan 18+ (R), karena cukup graphic dan vulgar. Setahuku ini juga menjadi alasan kenapa Gone Girl nggak masuk layar lebar di Indonesia, ya. Dan yang pasti ini bukan tontonan keluarga, so please parents, jangan nonton bareng anak-anak, ya.

2. Instant Family 

Credit to impawards

Kalo film sebelumnya nggak layak tonton bersama anak-anak, Instant Family boleh lah ditonton bareng anak-anak berusia remaja (13+).

Waktu itu nggak sengaja nonton trailer film ini di mana gitu, terus pengen nonton berdua sama suami pas di Bali dan ternyata nggak tayang di bioskop sana. Iseng browsing di Indoxxi, muncul lah film ini.

Bercerita tentang sepasang suami istri yang berencana untuk mengadopsi anak dari sebuah yayasan keluarga asuh (foster care). Setelah maju-mundur untuk mengasuh anak atau tidak, akhirnya mereka mengambil tiga orang anak yang merupakan kakak-adik; Elizabeth (Lizzy), si sulung yang berusia ABG dan lagi labil-labilnya, kemudian ada Juan, si anak tengah yang sangat sensitif dan 'cengeng', dan si bungsu Lita, yang gemesin tapi kalo udah tantrum... *menghela nafas*.

Film ini tipikal rom-com yang bikin ketawa iya, bikin nangis juga iya karena terharu. Kebetulan aku nonton ini bareng suami, di tengah-tengah film aku nggak berhenti komentar, "Gila yak, ngurus anak yang berbeda usia itu beda juga tantangannya." Soalnya jantung udah deg-degan duluan gimana caranya menghadapi Josh saat abege nanti. Yaaa, doa setiap orangtua mah pasti ingin anak-anaknya santun dan baik, tapi yang namanya masa-masa dewasa itu, kan, pasti dilewati. Makanya, waktu di scene akhir-akhir aku mewek dong T_T *nggak spoiler biar nonton, ya!*

3. Ralph Breaks The Internet

Credit to impawards

Salah satu film animasi yang hits banget dan baru sempet ditonton kemarin ini juga.

Sinopsis singkat tentang Ralph Breaks The Internet, duo sahabat Ralph dan Vanellope berpetualang di dunia internet dalam misi mendapatkan sesuatu yang berperan besar dalam mengembalikan Vanellope ke 'rumah'-nya, alias arcade game-nya. Dalam perjalanan tersebut, mereka bertemu dengan berbagai tokoh menarik, salah satunya adalah Yesss sang pencipta algoritma website Buzztube.

Aku nggak nonton judul sebelumnya, tertarik nonton ini karena; satu, lihat trailer di mana si Vanellope 'nyasar' di studionya para Disney Princess. Kedua, premis di mana Ralph dan Vanellope kejebak di dunia internet tuh seru buanget! Can you imagine if one day kita berada di dunia yang sama?!

Kusuka sekali dengan analogi yang mereka pakai tentang dunia internet dengan hubungan kita dengan orang lain di dunia nyata. Seperti waktu Vanellope lagi 'lemah', dengan mudah virus menggunakan kelemahan kita tersebut dan menyebarkannya ke orang lain dan akhirnya timbul chaos. Ini bisa dihubungkan ketika kita lagi nggak mood, merasa payah dalam mencapai sebuah keberhasilan, terus main ke medsos dan dengan mudahnya membandingkan kehidupan kita dengan orang lain. Makanya, waktu Josh lagi susah (BANGET) makan, aku nggak berani buka-buka medsos. Akun neng A pun ku-unfollow, it's not that I hate her, cuma merasa apa yang dia post waktu itu nggak begitu bagus efeknya buatku, malah jadi toxic. 

Pokoknya film ini seruuu untuk ditonton rame-rame bareng sahabat atau keluarga.

4. Cafe. Waiting. Love (等一个人咖啡)


Film Taiwan ini merupakan adaptasi dari sebuah novel karya Giddens Ko atau lebih dikenal dengan 九把刀 (jiu ba dao). Kalian pernah nonton film You Are the Apple of My Eye? Nah, itu juga salah satu karyanya Giddens Ko yang populer.

Aku tuh jarang banget nonton film drama Taiwan (kalau serialnya mah nggak usah ditanya), nemu film ini juga nggak sengaja karena aku lagi baca ulang novelnya pas pulang ke Bali bulan lalu. Aku beli novelnya ini waktu masih di Guang Zhou, random banget belinya hanya karena judulnya yang bawa-bawa kopi. Tapi ceritanya memang bagus kok. Waktu lagi baca ulang, iseng aja pengen tahu ini ada filmnya nggak, ya. Eh, beneran ada dong. Kebetulan beberapa aktornya cukup familiar dan produsernya  sang penulis novel sendiri, bersama Angie Cai, mother of Meteor Garden drama.

Jadiii, Cafe Waiting Love ini bercerita tentang seorang mahasiswi tahun pertama bernama Si Ying, yang bekerja part-time di sebuah kafe, karena dia melihat seorang cowok yang dia taksir sering mampir ke kafe tersebut. Ternyata cowok tersebut bernama Ze Yu, salah satu senior di kampus Si Ying juga. Hari-hari Ze Yu duduk di pojokan kafe bersama perempuan yang berbeda-beda, namun herannya tidak ada interaksi antara Ze Yu dan para perempuan tersebut.

Suatu hari, seorang senior lainnya dari kampus Si Ying bernama A Tuo, datang bersama teman-temannya ke kafe tempat Si Ying bekerja. Si A Tuo ini legendaris banget di kampus karena kelakuannya yang nyeleneh dan suka di-bully karena mantan pacarnya direbut oleh seorang lesbian. Karena nggak tahan dengan kelakukan teman-temannya, Si Ying membela A Tuo dengan memarahi teman-temannya tersebut karena dianggap nggak sopan. Sejak saat itu, A Tuo dan Si Ying suka bertemu secara "nggak sengaja" dan akhirnya mereka berteman baik. Lama-lama A Tuo mulai menaruh perasaan pada Si Ying dan menyatakan perasaannya sebelum dia berangkat traveling untuk beberapa waktu. Perasaannya tidak berbalas, karena Si Ying naksir dengan kakak senior satunya lagi, yaitu Ze Yu.

Filmnya, sih, cukup menarik. Namun sayangnyaaaa... sangat berbeda dengan novelnya. Dan buat yang nggak biasa dengan jokes ala Giddens Ko, mungkin agak-agak garing kalo nonton filmnya ini. Tapi, plot twist-nya lumayan mengejutkan (atau mudah ketebak sebenarnya dari awal hahaha) dan karakter A Tuo ini cukup menghibur. Kalo premis kisah cintanya mahhh cheesy lah, as expected, namanya juga film Taiwan, hoho.

5. Tidying Up with Marie Kondo (Netflix Series)

Credit to Konmari.com

Last but not least, yang paling diomongin bangettt sejak bukunya terbit, adalah serialnya Marie Kondo.

Sampai detik ini, aku belum baca bukunya dan setelah nonton serialnya aku semakin diyakinkan untuk... tidak membaca bukunya. Why? Karena... metode beberesnya biasa aja *kemudian aku  pun ditimpuk rame-rame oleh pemuja KonMari method*

Ini bukan hateful comment yaaa, tapi serius, nothing special (for me) about her organizing method kecuali esensi tentang "spark joy".

Meski nggak terlalu spesial buatku, belum tentu untuk orang lain, ya. Gimana pun juga Marie Kondo sukses besar berkat metodenya ini, pastinya ada sesuatu yang keren banget lah tentang KonMari method ini.

Satu-satunya yang aku suka dari serial ini karena tertarik dengan cerita setiap kliennya Marie Kondo. Apalagi di episode seorang janda yang suaminya sudah meninggal dan dia harus membereskan barang-barang milik suaminya karena dia ingin move on, not living in the past. Itu emosional banget, sih. Mataku ikut berkaca-kaca waktu dia mulai ngeluarin satu per satu baju milik suaminya dari lemari. Ya Tuhan sedih sekali T___T

Hampir di setiap episode Marie hanya berperan sebagai konsultan aja, dia hanya memberitahukan trik-trik dalam membereskan barang, kemudian doi pulang dan setiap berapa minggu sekali kembali untuk memantau. So, basically, kliennya yang harus bekerja sendiri dalam menata rumah mereka and that's a good thing. Jangan manja yaaaa berharap perintilan rumah diberesin Marie Kondo hahahaha. Karena aku tuh mikirnya Marie bakal terlibat bareng, namun ternyata nggak.

Di luar ketidaktertarikan aku pada KonMari ini, Marie Kondo herself is a sweet adorable person. Ayoo dong Netflix sekalian bikin hometour-nya Marie Kondo. Jangan-jangan rapihhh banget kayak masuk store Muji, ya 😂

***
Ada yang udah pernah nonton film yang disebutkan di atas? Share your thoughts! 

Happy weekend folks! 🍻

7 comments:

  1. Aku maju mundur terus mau nonton gone girl, takut hahaha. Filosofi vanellope kena virus dalem juga ya, tbh aku udah lama unfollow blog kakak panutanku itu karena dulu jadi ikutan insecure huhu, tapi masih baca2 sih sekarang hehe. Aku suka banget sama bukunya konmari haha membantuku jadi anak rapi setelah 20an tahun jadi anak berantakan, dan sudah pasti bukunya lebih dalam daripada serinya yaaa.

    ReplyDelete
  2. Aku juga ga berani tidur sendirian habis nonton Gone Girl lho hahaha disturbing banget dan adegannya nempel di kepala :)) Ralph Breaks The Internet ini bagus banget, jauh lebih bagus dari yang pertama (padahal yang pertama juga bagus),relate banget yaa dan visualisasi dunia internetnya sungguh sangat detail dan amazing banget :))

    ReplyDelete
  3. Aku bulan kemarin juga nonton Ralph Break The Internet. Seru bangeeeeeetttt. Aku tipe yang suka sama animasi memang. Lebih penuh imajinasi.

    ReplyDelete
  4. Dari dulu penasaran sama Gone Girl kirain hantu btw nanti nonton deh. Oia aku suka banget buku Marie, beberesnya ngga ikutin dia tp filosofinya bagus banget kak menurutku hehe dan neng A itu juga aku termotivasi, ngga terintimidasi hehe

    ReplyDelete
  5. Bulan kemarin nonton udah banyak banget.. sekitar 10 film aku tonton tp film Indonesia semua, salah satunya Dear Nathan Hello Salma 😀😀 suka sih sama film2 negri sendiri

    ReplyDelete
  6. Gine Girl! Wuah suamiku pas banget waktu dia ngelarang aku untuk nggak beli novelnya. Karna dia baca sekilas review novelnya tuh udah yang srrr ke psikis gt.

    Dan beneran dah begitu nekat kutonton filmnya, kek nyesek lahir bathin aku hahaha lebay ya. Tapi emang iyesss, gak kaget kalo dilarang tayang di Indo ya mbak.

    ReplyDelete
  7. Akhirnya nonton TUWMK yaa! Her organizing method-nya emang agak ngebosenin kalau ditonton (even buat yg tertarik utk menerapkannya kayak aku) tapi aku suka banget dengerin Marie ngomong tentang konsep dan mindset spark joy. Di bukunya juga gitu, aku suka bahasannya seputar itu, dan untungnya bukunya nggak begitu repetitif dalam ngomongin metode rapi2.

    Dari semuanya aku cuma udah nonton yg TUMWK. Definitely gonna check the rest soon. Loving this kind of post anyways!

    ReplyDelete