Books Love: Review Men Without Women by Haruki Murakami

Wednesday, September 4, 2019


Ini buku pertama Murakami yang aku baca dan nggak nyesel karena karyanya beliau sememikat itu.

Salah satu Youtuber favoritku, Jenn Im, berulang kali menjagokan karya Murakami dan memasukkannya ke dalam daftar books you must read before you die. Kalau dari review-nya sendiri, gaya penulisan Murakami sangat "vivid" (sangat hidup). Mulai dari penokohan karakter sampai plot cerita terasa dekat, setidaknya itu yang aku rasakan waktu baca novel ini.

Men Without Women adalah kumpulan tujuh cerita pendek yang diwarnai oleh berbagai karakter dengan profesi yang berbeda-beda; mulai dari aktor, penulis, dokter kecantikan, ibu rumah tangga biasa sampai pemilik bar. Namun, tujuh kisah ini mempunyai satu benang merah, yaitu bagaimana kehadiran wanita yang sangat mempengaruhi kehidupan seorang laki-laki.


Ada dua judul cerita yang paling mencuri hati, "Yesterday" dan "An Independent Organ". Berikut sinopsis dari kedua cerita tersebut:

Yesterday

Pernah nggak, saat kita mendengar sebuah lagu tertentu tiba-tiba kita teringat dengan momen yang pernah terjadi dalam hidup?

Itu yang terjadi dengan seorang pria bernama Tanimura, saat ia mendengar lantunan lagu "Yesterday" karya The Beatles yang diputar di radio. Dia teringat dengan memori persahabatannya dengan Kitaru, seorang pria lainnya yang berkepribadian nyeleneh. Tanimura dan Kitaru berkenalan saat keduanya bekerja part-time di sebuah coffee shop. Mereka saling bertukar cerita dan berbagi pengalaman hidup sampai akhirnya mereka berteman baik.

Kitaru digambarkan seseorang yang "unik" cenderung aneh di mata Tanimura. Bahasa Jepangnya berlogat Kansai, padahal ia tinggal di Tokyo dan punya seorang kekasih bernama Erika, namun hubungan mereka jauh dari kata romantis, bahkan pengakuan Erika pun Kitaru seperti nggak punya ketertarikan seksual pada dirinya.

Sampai suatu hari, secara random Kitaru memberikan tawaran pada Tanimura untuk pergi nge-date dengan Erika. Pernah nggak kamu tiba-tiba ditawarin pergi dating dengan pacar teman kamu? Itulah Kitaru, nyeleneh banget. Namun, sebenarnya dia punya alasan di balik itu. Tentunya alasan yang nggak bisa diterima oleh sebagian besar orang 'normal' seperti kita.

An Independent Organ

Bercerita tentang seorang dokter kecantikan yang sukses, Dr. Tokai (plis jangan salfok dengan namanya...) yang berkawan dengan seorang penulis yang ia temui dari tempat gym. Si penulis bernama Mr. Tanimuraentah  tokoh ini sama dengan di bab Yesterday atau tidakmenjadi narator dalam cerita ini.

Dr. Tokai tidak ingin menikah, namun ia sering menjalin hubungan dengan berbagai wanita dalam hidupnya. Wanita lajang maupun wanita yang bersuami pernah menjadi kekasihnya. Dia tidak pernah memiliki kaitan emosional pada wanita-wanita tersebut, sampai pada suatu ketika dia benar-benar jatuh cinta dengan seorang wanita yang sudah berkeluarga.

Dengan wanita ini dia merasakan emosi yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya sehingga ia merasa 'aneh' dan mempertanyakan hal ini. Sementara, menurut Mr. Tanimura emosi yang dialami oleh Dr. Tokai adalah perasaan yang natural.

Falling in love is like that. 

Ending dari cerita ini cukup tragis, sampai aku pun bertanya-tanya, kok bisa jatuh cinta sampai seperti itu. Penasaran tentang apa itu "independent organ" pun akan dijelaskan di akhir cerita.

Ada satu tokoh dalam cerita ini yang nggak boleh dilupakan, yaitu asisten pribadi Dr. Tokai yang adalah seorang gay. Dari ceritanya kita bisa mengetahui sisi lain Dr. Tokai yang bikin terharu.

What do I love after reading this book? 

Meskipun ini karya fiksi, namun entah kenapa cerita setiap karakter sangat personal dan dekat di hati. Khususnya cerita An Independent Organ, rasanya pasti semua dari kita relate dengan apa yang dirasakan Mr. Tokai. Aku tuh percaya banget manusia itu diciptakan untuk merasakan cinta, makanya setuju dengan Mr. Tanimura yang mengatakan perasaan (cinta) tersebut adalah hal yang sangat wajar.

Hal lainnya yang aku suka, adalah bagaimana Murakami sedikit menyelipkan tradisi dan budaya di Jepang, seperti minum-minum di bar setelah pulang kerja. Kemudian dengan gambaran beberapa tokoh terkesan private, karena sepertinya orang Jepang pun nggak terlalu mengumbar kehidupan mereka, ya.

Men Without Women memang buku pertama Murakami yang pernah kubaca dan sepertinya ini permulaan yang baik untuk kemudian lanjut membaca karyanya yang lain. Padahal aku udah siap-siap dibikin njelimet karena banyak yang bilang karyanya Murakami itu sastra banget, kan. Sementara aku terbiasa baca buku dengan level yang gampang dicerna oleh otak (tuh kan, mulai 'rasis' dengan genre buku hahahaha *padahal ya selera orang memang berbeda-beda*)

Jadii, judul karya Murakami apa yang harus dibaca selanjutnya? (: 

11 comments:

  1. Menarik banget kayaknya. Save dulu untuk wish list belanja bulan depan 😆.

    ReplyDelete
  2. aku jadi pengen baca buku ini hahaha
    sebelumnya sama kayak kamuuuu, takut soalnya denger "sastra banget". aku takutnya udah beli bukunya terus malah ga ngerti.. tp kayaknya kalo buku ini gampang dimengerti ya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya kannn aku pun takut berbeban berat baca buku sastra, tapi untung ini nggak sama sekali. Coba baca dehh siapa tau suka juga (:

      Delete
  3. Aku baru baca 2 buku nya murakami, kafka on the shore&tsukuru tanpa warna dan thn ziarahnya. Kafka on the shore yg mesti di coba juga kak :')

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya nih pengen baca yang Kafka sama katanya Norwegian Wood juga bagus ya? Thank youu yaa rekomendasinya!

      Delete
  4. Auto masukin list belanja buku. Btw, ada di ipusnas ngga ya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah aku belum pernah pinjam di Pusnas, mungkin bisa dicari dulu. Atau bisa cari di BolehBaca deh, siapa tau ada (:

      Delete
  5. Aku pernah nyoba baca yg Norwegian Wood dan menyerah. Hahaha.
    Beda selera aja kayaknya 😁
    Oiya, salam kenal ya, Jane.
    Maaf, selama ini seringnya SR :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wadu justru itu yang pengen aku baca abis ini hahahaha iya kayaknya genre buku itu selera juga sih. Salam kenal juga! Makasih udah mampir ya (:

      Delete
  6. yang tsukuru tazaki wajib dibaca untuk permulaan, buku ini yang paling ringan diantara yang lain menurutku

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yang judulnya "Colorless Tsukuru Tazaki" ya? Aku langsung tengok review-nya di Google, ternyata ini termasuk terbitan baru yaa (udah 7 tahun yang lalu juga sih..). Kalau dilihat dari temanya sih cukup menarik, tentang transisi menjadi dewasa dan pencarian jati diri ya. Sip deh, nanti aku bakal ceki-ceki bukunya. Siapa tahu bisa kecantol lagi dengan bukunya Murakami 😂 Terima kasih banyak Mba Dian untuk rekomendasinya! (:

      Delete