Tentang Pemilu Indonesia 2019 dan Hampir Gagal Nyoblos

Thursday, April 18, 2019


Tahukah Anda kalo aku hampir 'terpaksa' golput? 

Seminggu sebelum Pemilu berlangsung, di WA grup dan sosmed udah ramai berbagi link sebuah situs resmi di mana kita bisa melihat apakah nama kita sudah terdaftar sebagai pemilih. I checked my name immediately dan hasilnya, namaku belum terdaftar. Oh, mungkin memang belum di-input kali, kan masih semingguan ini. Yaudah, coba lagi aja besok. 

The next day, and the very next day, I tried again, again and again, hasilnya tetap nihil. Mulai panik, merasa terancam nggak bakal nyoblos, aku lapor dong ke suami. Meskipun bukan pertama kali ikutan pemilu, namun ini pertama kalinya kami harus tanggung jawab dengan hak sebagai pemilih. Suami bilang tunggu surat C6 dikirim ke rumah aja, mungkin di situs kurang update. Lagipula, waktu pemilihan Gubernur Jawa Barat tahun lalu, namaku terdaftar sebagai pemilih, jadi harusnya kali ini juga dapet. Oh iya juga, ya. Yaudalah, mari kita tunggu lagi aja. Padahal aku tetap merasa was-was. 

Sampai akhirnya empat hari sebelum tanggal 17, surat C6 datang dan jeng jeng jeng... namaku nggak ada. 

Percaya nggak, sih, gara-gara ini aku tuh nggak bisa tidur lho tiga hari tiga malam. Sakit hati banget kenapa kok nama gue nggak kedaftar di DPT? Apa karena aku baru pindahan ke Bogor tahun 2015 yang lalu, namaku belum muncul di database KPU? Tapi setelah dicek di kediaman lama Jakarta dulu, namaku memang udah nggak ada. Kalo udah begini nih hati rasanya ingin menyalahkan berbagai pihak, namanya manusia kan yaa, kalo lagi kzl paling gampang nyalahin orang lain aja. 

Sadar melihat muka istrinya macam kertas lecek dan semerawut banget, suami inisiatif ngajak ke rumahnya Pak RT untuk mencari keadilan. Kami pun siang bolong ke rumah beliau, namun ternyata lagi nggak di tempat. Eh, nggak disangka sorenya Pak RT malah berkunjung ke rumah. Kata beliau benar, namaku nggak kedaftar di DPT, beberapa warga juga bernasib sama. Ada juga yang udah nggak tinggal di kelurahan setempat, namun namanya masih terdaftar. Menurut beliau, jalan terakhir pas haru pemilu nanti datang aja jam 12 siang, dipastikan surat suara ada lebih sehingga aku bisa nyoblos. 

Penjelasan udah di tangan, tetap aja hati ini terpotek-potek. I was devastated. Kenapa kok aku nggak dapat hak secara resmi untuk memilih? Meskipun masih bisa dapat kesempatan untuk nyoblos, rasanya jadi seperti 'buangan' gitu lho kok kebagiannya di satu jam sebelum waktu nyoblos berakhir. Mana kalo di berita bilangnya, "warga yang tidak terdaftar di DPT atau DPTb (alias DPK), bisa datang ke TPS di jam 12 siang untuk menyoblos KALAU masih ada sisa surat suara." I was upset tho. You know you have the right to vote, tapi hanya mendapat "sisa" itu sucks banget. Mewek lah T_T 

I know I was kinda overreacted to this situation. Sempat membagikan kemarahan ini juga di Instastory karena merasa nggak adil. Ternyata, ada beberapa teman juga yang DM menyatakan nasib yang sama. So I guess I was not alone. 

Sampailah di hari H. Aku ikut suami, mertua dan kakak ipar pagi-pagi ke TPS. We're too excited sampai akhirnya mendapat nomor antrean 1-5. Aku, sih, tetep kebagiannya jam 12 siang. Aku juga nggak mau ngotot lah dengan peraturan. 

Nunggu jam 12 itu kayak nunggu seharian, lamaaaa bener. Nengok Instagram isinya kelingking ungu semua, sementara aku cemas banget mikirin masih kebagian surat suara atau nggak. 

Mendekati jam 12, aku ngajak suami untuk balik lagi ke TPS, siapa tau udah bisa kebagian nyoblos. 

Sumpah, perjalanan dari rumah ke TPS itu jantung deg-degannya udah kayak apa. This kind of feeling was a bit weird. Euphoria pemilu tahun ini warbiasak yah efeknya. 

Kembali ke TPS, kami langsung disambut oleh Pak RT yang juga panitia KPPS dengan senyum sumringah, beliau langsung meminta aku untuk menyerahkan KTP dan langsung menuju bilik suara KPU. 

And I tell ya, kalo ada kamera para awak media saat itu, you probaby can see how wide my smile was. Nggak senyum pepsoden juga, sih, but I WAS FREAKIN HAPPY! 

Di balik bilik suara aku nggak berhenti senyum, sambil tetap berhati-hati supaya nggak salah nyoblos. And the moment when I dip my pinky to the ink bottle, hati ini menjerit kegirangan. Saking hepinya lupa tuh KTP diambil, Pak RT sampai manggil-manggil KTP-nya ketinggalan nih ðŸ¤£

Tentang kenapa namaku dan teman-teman sekalian lainnya nggak terdaftar masih menjadi misteri. Apakah murni kesalahan database KPU, keselip atau apa, I have no idea. 

What matter is, I've voted dan sudah menjalankan tugas sebagai warga negara yang baik *amin*. Semoga siapapun yang menjadi pemimpin negara ini, beliau adalah yang terbaik dan pilihan Tuhan sendiri. Mengutip dari speech 'kekalahan' Ahok di Pilkada kemarin, "kekuasaan itu Tuhan yang kasih Tuhan yang ambil, kita nggak bisa menjabat tanpa seizin Tuhan." 

We did our best, let God do the rest. 

Cheers for better home, our Indonesia! 🇮🇩

4 comments:

  1. Hehee seru mba baca ceritanya, sekaligus senang. Tahun ini berasa banget ya antusias warga untuk ikut nyoblos (berpartisipasi di pemilu). Semoga ke depannya sistem di KPU lebih tertata supaya semua warga terdaftar di DPT

    ReplyDelete
  2. Syukurlah akhirnya semuanya bisa lancar yah Jane...semoga lancar terus sampe pengumuman nanti :)

    ReplyDelete
  3. Saya juga sama mba, gak terdaftar di dpt...pake ktp deh biar bisa memakai hak suara 😊

    ReplyDelete
  4. Selamat mba sudah jadi warga negara yang baik. Kami gagal nyoblos karena gak pny A5 pindah domisili. sedihnyaaa

    ReplyDelete