The Complete Story How We Met

Thursday, July 19, 2018

Circa 2010. Masih 'anget' dan labil :P

Keluarga besar dan teman-teman dari Andreas suka bingung gimana kami pertama kali ketemu. Mereka taunya Andreas menikah dengan cewek Bali, jadi aneh banget rasanya kok orang Bogor bisa sampai nikah dengan orang Bali, hahaha.

Kebetulan aja waktu kami menikah, orangtua aku sudah menetap di Bali. Sehingga pemberkatan nikah kami pun dilaksanakan di sana.

Pertanyaan "gimana kalian ketemuannya" itu menginspirasi aku untuk menceritakannya secara detil di postingan hari ini.

Beberapa hal yang akan diceritakan ini mungkin udah bukan kabar baru, karena sebelumnya aku pernah cerita tentang gimana kami ketemu, pacaran dan akhirnya menikah. Anggap aja ini versi lengkapnya, lah.

Aku nggak tahu bakal cerita sepanjang apa. So, bear with me, kaaaay? 

How we met each other: 

Jadiii, aku berangkat kuliah ke Guang Zhou, China di tahun 2009. Sedangkan Andreas udah lebih dulu di sana sejak tahun 2008. Yes, he's a senior. Tapi kami nggak satu kampus. Kami saling kenal karena pergi ke gereja yang sama.

Nggak tahu kenapa kuliah di Guang Zhou waktu itu dunia terasa sempit. Lingkar pertemanannya itu-itu aja. Kalau nggak ke kampus yang sama, pasti ke gereja yang sama. Aku kenal dengan banyak kakak-kakak senior di kampus itu justru karena kami ibadah di tempat yang sama.

Suatu malam, aku dan Sastika (remember her? I mention her quite some time in this blog!) pergi ke sekretariat gereja. Agak lupa tujuan kami malam itu ngapain, namun seingatan Andreas, kami ngumpul untuk rapat acara Natal yang akan datang.

Waktu kami berdua masuk, di situ lah aku lihat seorang cowok berpakaian kaos abu-abu sambil main-main gitar di tengah ruangan. Waktu itu aku belum genap sebulan di Guang Zhou, orang yang kukenal pun belum banyak, termasuk si cowok berpakaian abu-abu yang lagi main gitar itu.

Aku dan Sas menyapa cici gembala kami yang lagi sibuk di ruangannya. Tiba-tiba beliau berdiri dan ngomong, "Eh, kalian udah kenal sama Andreas belum? Dia adiknya Ko B****." Aku memang udah kenalan lebih dulu dengan Ko B**** ini (sekarang jadi koko ipar, hahaha). Terus, kami berdua ngekor cici gembala untuk menghampiri si cowok bernama Andreas.

Detik di mana kami kenalan, I felt... nothing. Ya iya lah, emangnya kalian mengharapkan ada sengatan listrik atau jantung yang berdebar-debar gitu? Sayangnya, ini buka drakor, hahahaha.

Butttt, sepengakuan Bapak Andreas, dia langsung tertarik dengan cewek newbie ini. Not a love at the first sight. Kayak kalian kalau pertama kali kenalan sama seseorang dan di saat itu juga kalian ngerasa, "I like this guy/girl." Ada sesuatu yang bikin kalian tertarik dengan orang tersebut. Sumpah ini nggak GR. Suami gue yang ngomong sendiri. Yaaaa, tersipu juga, sih, HAHAHA *udah ah geli!*

Soo, that's how we first met. Nggak ada yang spesial. Karena setelah rapat selesai pun, doi nggak minta nomor hape gue, ahahahaha. Nggak ada kelanjutan apa-apa.

Tapi ada bagian yang menarik.

Di dalam rapat tersebut, kami dibagi ke dalam beberapa seksi. You know, seksi acara, seksi konsumsi, dan seterusnya. Aku masih ingat masuk ke seksi hospitality, sementara sahabat baruku waktu itu, si Sas masuk ke seksi acara, bareng Andreas juga.

Semakin dekat dengan deadline, kami pun semakin sibuk dengan tugas masing-masing. Tiap kali rapat, anak-anak acara itu kelihatan lebih heboh daripada yang lainnya. Menurut pengamatanku waktu itu, Sas dan Andreas ini lumayan akrab. Kerjaannya ketawa-ketawa mulu. Pokoknya seru aja kalau lagi ngobrol. Gara-gara itu, aku pun mengambil kesimpulan yang paling cetek: Andreas naksir sahabatku.

Ini dua-duanya kalau baca pasti ngakak, sih (((((:

How we begin to like each other: 

Liburan semester pertama, aku memutuskan untuk pulang Jakarta. Selain pengen Imlekan bareng keluarga, aku nggak kuat dingin! Winter di Guang Zhou nggak sampai turun salju, tapi suhunya bisa drop sampai 3 derajat celcius! Mending kupulang aja daripada ngendon di kamar asrama mulu gara-gara kedinginan.

Suatu hari, aku lupa lagi ngapain tiba-tiba ada yang nelpon ke hape lebih dari sekali. Aku emang nggak suka menjawab telepon dari nomor yang nggak dikenal. Sampai sekarang juga gitu kok. Mungkin gara-gara nggak dijawab, akhirnya ada SMS masuk dari nomor tersebut. Udah ketebak, yaaaa, dari siapa.

Jujur waktu itu aku lagi males banget basa-basi dengan Andreas. Alkisah sebelumnya, masih di Guang Zhou juga, aku punya pengalaman yang kurang menyenangkan dengan seorang cowok. Si cowok ini ngedeketin aku karena ada maunya. Intinya, aku patah hati banget lah. Dan nggak kepengen berurusan dengan cowok dulu. Lagian, belum setahun kuliah di LN, mendingan fokus belajar dulu aja. Itulah sebabnya aku agak dingin ngebalesin sms-sms dari Andreas.

Kembali ke Guang Zhou, I was not in a good condition. Bukan masalah kesehatan, lebih ke mental kali, ya. Masih homesick, mulai ngerasain beratnya kuliah dengan bahasa Mandarin sebagai bahasa pengantar utama. Belum lagi aku lagi males banget menghadapi gaya pertemanan di sana yang menurutku lagi kurang sehat. Sebisa mungkin aku menjauh dari mereka. Hari-hari aku habiskan sendirian di kamar atau berpergian dengan roommate. Waktu itu ada teman lama dari Jakarta yang sedang mengambil kelas bahasa selama setahun di kampus yang sama, so I spent lots of my time with her. 

Di akhir liburan May Day (hari buruh), aku lagi leha-leha di kamar karena habis liburan juga bersama temanku tersebut. Tiba-tiba muncul pop-up message dari MSN. Btw, anak jaman sekarang tau MSN nggak, sih?

Not so surprise, ada pesan dariiii.... si cowok yang sms-smsnya aku dinginin selama di Jakarta, hahahaha.

Sejak kembali ke Guang Zhou, kami memang jarang ngobrol. Sampai suatu hari, lagi-lagi ada acara dari gereja dan kali ini kami berdua terlibat dalam kepanitiaan.

Lalu, entah gimana ceritanya beberapa teman mulai jodoh-jodohin aku dan Andreas. Jadi ada seorang teman yang hobinya ngejodoh-jodohin orang. Terus kami berdua jadi korban. My honest thought about this thing, NYEBELIN. Sumpah, gimana nggak. Tiap kali aku ketemu Andreas, langsung deh pada norak. Padahal kalo dipikir-pikir, aneh banget mereka jodohin kami. Ketemu jarang, ngobrol apalagi. Dan mereka nggak sadar dengan permainan kekanakan-kanakan tersebut dapat menyebabkan dua hal: Pertama, pertemanan aku dan Andreas bakal awkward banget. Kedua, beneran jatuh cinta.

Nyebelinnya lagi, ternyata kami berakhir di akibat yang kedua. Tell me, should I be thankful or not? HAHAHA

Entah gegara 'latah' dijodoh-jodohin, Andreas malah penasaran dengan aku. Ciyeeee... hahahahahaha. Ini sepengakuan doi, ya. Plisss, aku nggak GR!

Katanya, sih, dia mulai merhatiin dan 'mempelajari' tentang aku. Cara aku ngomong, gimana sifat aku kalau lagi ngumpul bareng teman, hobi dan keseharian aku kayak apa. It's bit of creepy, because not all that stuffs he knew directly from me, tapi dariiii... coba dari siapa? Ya, siapa lagi kalo bukan orang yang tadinya aku anggap ditaksir oleh Andreas LOL

Selama mempersiapkan acara gereja berikutnya, kuantitas kami bertemu jadi lebih sering. Andreas, kan, anak bultang (and did I mention he was a serious athlete back then? Nggak sampai nasional, sih. Tapi dia sangat berprestasi selama di Guang Zhou), dia pun menjadi pelopor untuk menjadikan hari Senin sebagai hari bulu tangkis. Anak-anak gereja yang pengen olahraga atau sekedar main, bisa ikutan. Aku juga ikutan, tapi kebanyakan ha-ha-hi-hi aja di lapangan alias tim hore.

Dari sekali, dua kali, sampai akhirnya udah menjadi rutinitas aja gitu tiap Senin ikutan bultang. Selesai bultang, biasanya kami pulang rame-rame berjalan kaki. Sampai akhirnya bener-bener cuma dia seorang yang nganterin aku pulang sampai asrama.

Selama jalan pulang bareng, kami banyak ngobrol. I was so surprised that he was not the guy I thought before. Awalnya, aku mikir Andreas ini cowok yang masih pengen senang-senang. Ya, nggak salah, sih. Waktu itu kami baru di usia 19-20 tahun, masih pengen 'nyicip' enaknya hidup. Ternyata, dia udah punya rencana untuk masa depan. Dia juga sering sharing pandangan hidup dari sisi yang berbeda. Yang paling bikin hati ini lumayan meleleh, he's a family guy. Dia nggak malu menceritakan keluarganya kayak apa, orangtuanya gimana. Nggak bisa bohong, aku mulai tertarik dengan cowok ini.

Sampai suatu kali waktu kami tiba di depan asramaku, dia berhenti dan ngomong sesuatu. "Aku suka kamu, tapi aku belum minta kamu jadi pacar kok."

KOK TIBA-TIBA SUKA GUE SIH?! 

Karena panik dan nggak tau mau jawab apa, aku cuma memberikan gelagat superrrr awkward dan buru-buru pamit masuk asrama. Di dalam kamar, aku masih mikirin kalimat Andreas tersebut. Senang campur bingung. Senang karena ada cowok yang abis menyatakan perasaan. Bingung karena aku belum tau harus merespon seperti apa.

Eniwei, ini nyasarnya sampai ke mana-mana, deh. Balik ke cerita di mana aku terima chat MSN Andreas. He asked me how I spent my holiday week so did I. Biar sopan aja gitu nanya balik. Tiba-tiba dia nanya tentang perasaan aku waktu dia mengutarakan perasaannya bulan lalu. Aku jawab jujur kalau aku belum punya perasaan yang sama dengan dia. Lagian kami baru dekat beberapa bulan ini, nggak mau terlalu cepat mengambil kesimpulan. Aku juga ingin dia memastikan perasaannya dulu. Pelan-pelan aja.

Then, he asked me out for few times. Tiap kali diajak keluar, aku pasti minta ijin untuk bawa teman untuk nemenin. Kasian banget, ya, doi, hahahaha. Sampai akhirnya dia berhasil ngajak lunch berduaan. Aku masih inget waktu itu dia ngajak makan di restoran Vietnam.

Another month has passed, he asked me to be his girlfriend and I said yes. 

Perlu dikasih tau nggak, ya, cara nembaknya? ((nembakkk))

Suatu malam, Andreas baru pulang rafting bareng teman-teman. Dia ngirim sms kasih tahu bentar lagi dia akan sampai dan ngajakin untuk makan malam. Ada tempat makan bubur enak dekat tempat tinggal aku, siapa tau aku doyan. I said okay.

Makan malam pun berjalan seperti biasa, until he asked the "question". Perasaanku waktu itu campur aduk antara kesal, kaget tapi seneng. Ini apa nggak bisa lebih romantis nembaknya? Setidaknya nggak di tempat makan kayak gini lah. Fyi, tempat makan bubur yang dimaksud itu posisinya di pinggir jalan, kalau di Jakarta semacam warung tendaan lah. Terus nanyanya lempeng aja gitu, "Kamu mau jadi pacarku nggak?" sambil nyendokin bubur.

Here you go my pren, the most 'romantic' and 'sweet' guy in 2010 goes tooooo... 

Back in 2013, after my graduation. 
Doi udah kerja, udah ada modal dikit ngajakin makan di tempat yang lebih bagus ((: 

***
Pertanyaan favorit Andreas sampai hari ini masih sama: kok kamu mau, sih, sama aku?

Kalo ditanya waktu pacaran dulu, jawabannya pasti sok-sok imut yang "ihhh, kenapa nanya gituuu". Kalo sekarang malah nanya balik, "Iya, ya, kenapa gue mau sama lo?"

Masuk tahun kedua pacaran, kami sering banget berantem. Ada di suatu titik aku merasa capek banget menjalani hubungan kayak gini. Setelah itu mulai jarang, sampai tiba di persiapan nikah, kami berantem serius. Ada masalah yang cukup mengganggu persiapan nikah kami waktu itu, dan akhirnya muncul "second thought" di benakku. Supaya bisa berpikir jernih, kami memutuskan untuk time out selama 24 jam. The longest 24 hours I've ever been T_T

Hal-hal nggak enak yang pernah terjadi di masa lalu bikin aku membatin dalam hati, kenapa bisa betah dan menikah sama Andreas.

Karena nggak pinter menyusun kalimat yang menyentuh, aku meminjam kalimat dari Noah yang diucapkan pada Allie saat mereka berantem di scene terakhir film The Notebook:

"It's not gonna be easy, it's gonna be really hard. And we're gonna work very hard at this every day. I want to do that because I want you."

Soo... maybe that's why...?
*brb lap aer mata dan ingus*

So, how did you guys meet with your spouse? Let's share the story! 

3 comments:

  1. Suka deh dari dulu bacain blog kamu. Sweet yaa masa-masa abege hahahah

    ReplyDelete
  2. aduh suka banget baca cerita-cerita PDKT gini, jadi inget manisnya pacaran dulu hahahaha.. kalo sekarang mah udah asyem. kikikik

    ReplyDelete
  3. Tiba di sini dari blognya mami ubii. Senang baca tulisan ini. God bless you and andreas :)

    ReplyDelete