Japan Travel Journal 04: Kyoto

Monday, January 11, 2016

 
After we spent one day in Tokyo on first day, had so much fun in Disneysea, off to Osaka for one day, and today we're going to take you to another city called Kyoto! 

Menurut informasi yang aku dapet, Kyoto itu bukan kota metropolitan yang crowded seperti Tokyo atau Osaka. Kyoto terkenal dengan warisan budaya yang kaya, banyak wisata temple dengan view yang cantik, suasana yang lebih 'pedesaan'.

Well, it's half true. Ketika sampai di Kyoto, we found and felt that vibe. Kotanya tenang, udaranya bersih (di Tokyo dan Osaka juga bersih sih), banyak pohon-pohon yang berwarna cokelat kemerahan di tepi jalan, and so many old people walking around, hihi.

Note: Because this is also a one day trip journal, this post is gonna be a little bit longgg. 


 After we dropped our luggages in a Ryokan (yes, we talked about it later!), we immediately find a place for lunch. Kali ini kami nggak beli bento untuk bekal, karena perjalanan dari Osaka menuju Kyoto cuman 15 menit aja dengan shinkansen (CMIW yaa, lupa-lupa inget soalnya).

Agak susah sih nyari tempat makan di Kyoto, soalnya nggak banyak warung makanan yang tersebar di tepi jalan. Jadi kami jalan agak jauh dari ryokan tempat kami menginap nanti malam, sampai akhirnya nemu satu restoran yang kayaknya lumayan oke. Cuss, masuk aja deh.


Nothing special sih sebenarnya dari makanan di restoran ini. Kalau boleh jujur, rasanya nggak jauh beda dari bento set di Sushi Tei, hauhaha. Apa mungkin gara-gara aku cuman mesen pork katsudon set yaa. Cuman kata suami, sashimi-nya seger banget!

Fun fact! Mayoritas pengunjung restoran ini, para kakek dan nenek donggg. Mungkin mereka lagi hang out bareng kali ya, sambil lunch sambil minum bir. Mantap! 

Pelayan restorannya juga bukan anak muda, ibu-ibu separuh baya gitu deh, dan yang served kami bisa ngomong bahasa Indonesia lho. Tadinya dia nebak kami dari Korea atau China (sipit banget sih ya ini mata), pas kami bilang dari Indonesia, dia langsung ngomong "selamat datang" dengan pelafalan yang oke banget. Terus kami gombalin aja kok bagus banget pelafalannya, ehhh si ibu-ibu ini senyum-senyum kegirangan, hahaha.

Habis makan, kami langsung balik ke hotel untuk nanya akses ke Fushimi Inari Shrine dan Arashiyama Bamboo Groove. Ternyata dua-duanya agak berjauhan (nggak searah), jadi orang hotelnya suggest untuk pergi ke Fushimi Inari dulu karena lebih dekat dari tempat kami menginap. So off we go! 

 Banyak souvenirs lucu nan gemesin! Kebanyakan berbentuk atau bergambar fox (rubah). Si Rubah ini dipercaya sebagai messenger bagi Dewa Inari. Makanya jangan heran kalau banyak banget statue rubah di dalam kawasan ini.

 Sebelum masuk ke kawasan kuil, di luar banyak banget yang jual jajanan. Mulai dari fried soba, yakitori, takoyaki, kepiting, dll. Nggak afdol yaa kalau nggak jajan dulu, hoho. 

Ini cici penjualnya centil banget pengen ikutan difoto pas aku lagi motret jualan mereka haha. 

Aku lupa banget yang diminum Andreas buah apa ya, ada yang bisa kasih tau? Sejenis jeruk juga sih, tapi asemmm banget. Satunya 500 yen (sekitar Rp 60,000). Nanti buahnya dibolongin pake alat seperti di atas, setelah diminum airnya, buahnya bisa dimakan. Seger! 

Model gantungan wishes ini adalah gerbang-gerbang oranye atau yang disebut Senbon Torii, yang artinya ribuan gerbang torii. Sebelum ke Jepang, aku sering banget liat orang-orang foto di gerbang oranye ini. Ribuan gerbang torii ini berada di sepanjang jalan ke Gunung Inari. Kalau kita naik ke atas menuju gunung, bakal melewati banyak gerbang ini. 
 
Kalau ini model gantungan wishes berbentuk rubah. Aslinya gantungan ini cuman ada alis rubahnya aja, uniknya malah banyak yang gambar muka aneh-aneh di gantungan ini. Kreatif ya, sampai ada yang gambarnya niat banget tuh *tunjuk sebelah kanan baris ketiga*

 It's tricky to take a picture behind these gates. Soalnya banyak banget orang lalu-lalang dari depan dan belakang. Bingung banget yang di Instagram kenapa bisa kece-kece ya? But anyway, I found the way. Kalau fotonya masih di daerah bawah memang banyak orang, coba deh naik ke atas dikit—kayak fotoku di atas ini—untuk bisa dapet foto terbaik. Yes, nice photograph needs a sacrifice, guys. Padahal nggak nice amat juga sih, huehehe. 

 Ini route map dari kuil bawah sampai ke puncak gunung Inari. Kalau mau naik sampai atas sih udah pasti kemalaman (dan tepar jek!). Cuman kami kaget banget ternyata jalan sejauh dan secapek ini, kami belum sampai separuh jalan. Sampai turis lainnya yang seperjuangan sama kami ngomong, "What? We're still here??" sambil nunjuk-nunjuk tulisan "you're here" di peta, yaitu di lokasi kami saat ini. I know how you feel, friend. Yuk mari turun cantik lagi aja deh. 

Pardon my hubby's face. Mungkin dia lelah ya (literally) :P

My favorite photo so far in Kyoto. 


Sampai di bawah, tentunya melintasi kawasan jajanan lagi kan tuh. Jadi ya... jajan LAGI dong. Cuman nggak kalap kok, cuman beli taiyaki isi kacang merah yang endeus banget, sama hubby nyobain kepiting.

 Hubby reported, the crab was good. 

Sesuai rencana awal, setelah ini kami lanjut ke Arashiyama Bamboo Groove. So, we took another train to reach this place. Better hurry, because time flies! 

 Cute little cafe that we crossed by.

Too bad guys, we couldn't make it for the bamboo forest ): 

Karena salah jalan dan rutenya terlalu jauh, langit semakin gelap dan badan ini sudah lelah, akhirnya kami nggak lanjut sampai ke tujuan. Sayang banget, padahal kira dalam sehari bisa ke dua tempat yang cukup terkenal di Kyoto. Ternyata memang nggak cukup sehari ya. Akhirnya direlakan saja lah, semoga next time berjodoh lagi untuk ke sini yaa. 

Oh ya, ada cerita cukup menegangkan pas mau jalan balik ke arah subway. Tiba-tiba perut eiks melilit. Pokoknya kebelet banget deh. Panik dong, karena di tengah wilayah antah berantah gini mau nyari toilet di mana coba. Sempet mikir apa mau numpang di rumah penduduk aja ya, hauaha. Thanks God we finally found toilet! 

Toiletnya ada di sebuah taman bermain yang kayaknya udah lama banget. Ada ayunan di tengah-tengah, terus ada beberapa bangku kecil untuk duduk. Banyak tumpukan daun kering di tanah. Entah mengapa yang ada di pikiran ini, kok kayak setting-an film Jepang yang agak... ya, you knowww. Apalagi langitnya udah gelap dan angin mendesir-desir gimana gitu. Kalau ini kejadiannya di endonesiah, mungkin mikir-mikir buat numpang pup di toilet kayak gini. Tapi... ini kan Jepang yaaa, bersih lah yaa, aman lah yaaa. Yaudah masuk deh. 

Eh ternyata, toiletnya bersih lho untuk ukuran toilet umum. Walaupun wece jongkok, tapi nggak jorok dan bau sama sekali. Sambil jongkok, sambil berdoa nggak ada yang macem-macem dari toilet kosong di sebelah. Maaf ya permisah, nggak doyan film horor, tapi kebanyakan berimajinasi yang nggak-nggak. Glad I have a husband now yang setia menunggu di depan, hauahaha. 

Setelah perut ini lega, mari lanjut untuk kembali ke penginapan. Sebelum pulang, mampir sebentar ke sebuah kios kecil yang jual eskrim matcha. Sooo good! 

 Itu atasnya bukan meleleh, tapi udah diicip, haha. Setelah diicip, baru inget harus difoto, lool. 

Karena belum check in di ryokan, jadi kami langsung ke ryokan dulu sekalian untuk mandi dan istirahat sebentar, baru setelah itu nyari makan lagi. 

Khusus di Kyoto, kami sengaja nggak tinggal di hotel biasa, melainkan di sebuah ryokan. Ryokan ini sejenis rumah tradisional orang Jepang, yang sering kita liat di film atau komik. Nah, katanya sih, kalau ke Kyota nyobain tinggal di ryokan ini, karena pengalamannya bakal beda. Tarif per malam ryokan juga berbeda dengan hotel biasa, yaitu jauh lebih mahal. Tiap ryokan beda tarif sih pastinya, karena dilihat dari kamar dan fasilitas. For us, karena judulnya honeymoon, walaupun ngeluarin kocek yang nggak sedikit, gapapa deh nyobain semalam di ryokan ini. Ryokan tempat kami menginap di Nishiyama Ryokan.   

Setelah check in, akan ada staff ryokan yang akan memberikan ryokan tour dan penjelasan di dalam kamar untuk pengunjung. Tenang aja, staff di sini bisa berbahasa Inggris cukup lancar. 

 Penampakan salah satu sisi kamar ryokan kami. Itu di belakang adalah pintu geser, di dalamnya bisa jadi ruang ganti baju. 

 Tea set yang disediakan di kamar. Teh-nya sudah pasti matcha, karena itu khasnya kota Kyoto. Terus ada cemilan untuk temen ngeteh juga. Teksturnya halus banget, rasa kacang merah, manis dan enak. 

Ini buku panduan menjelaskan tradisi dan budaya ryokan, tata cara tradisional dalam menyantap makanan, juga cara memakai yukata. Yes, kita dikasih yukata per orang untuk dipakai di dalam kamar. Intinya, kita bisa ngerasain kira-kira gimana menjadi seorang Japanese

Konbawaaa~ 

Still with me? Sabar yaaa, bentar lagi kelar kok posting-an ini, hihi. 

Kalau soal nyari tempat makan selama di Jepang ini, Andreas suka banget searching di TripAdvisor. Kali ini di Kyoto, doi juga nyari referensi dari TripAdvisor. Sejak hari pertama, dia pengen banget makan di sushi bar, akhirnya kesampaian deh di Kyoto. We went a sushi bar place called, Musashi Sushi

Restoran ini udah dapet excellent certificate dari TripAdvisor. Buat yang takut nggak bisa ngomong bahasa lokal, tenang aja. This place is tourist friendly. Kebanyakan yang makan di tempat ini adalah turis asing juga

Sampai di tempat, kami langsung dibawa ke lantai dua dan beruntung banget masih dapet space di bagian bar-nya. Score! 

One of my favorite after tamago sushi, yum!

 Mine in total. Ini termasuk sedikit lho, nggak tau kenapa kenyang banget. 

Hubby's! As expected yaaa. Penggemar sushi kelas apa ya ini namanya. Ada yang mau battle mungkin? 

Muka happy dan kekenyangan semua jadi satu. Seneng banget yah, sayang. Hahaha 

Pas turun untuk bayar bill, agak deg-degan sih. Soalnya ini makannya brutal banget. Ternyata oh ternyata... nggak begitu mahal lho, sodara-sodara. Makan sebanyak dan sekenyang itu, kira-kira 4,000 yen deh. Kenapa nggak mahal, karena coba bayangin deh kalau makan sushi di Sushi Tei, sashimi-nya aja udah lebih dari Rp 50,000. Di sini makannya nambah terus. Double scores! Buat penggemar sushi, we recommend this place. Dicatat tuh ya nama restorannya. 

Two pictures more, boleh yaaaa? 


Pas kami check in, kami ditanya mau sarapan jam berapa, ada slot-slotnya. Kami pilih jam tujuh, karena biar bisa pagian naik kereta balik ke Tokyo. Selain jam, kami juga ditanya mau western style or Japanese style. Of course Japanese style dong yaa. Kan lagi di Jepang nih. 

Besok paginya, jam tujuh kami turun ke restoran. Ada beberapa meja yang udah diberi nama sesuai nama untuk booking kamar. We found my name was in one table, then one middle-ages woman came and served us. Wanita ini pake semacam yukata dan dia bolak-balik bawain kami makanan. Setiap makanan yang diantar, dijelasin apa namanya dan bagaimana cara makannya. Foto yang di atas itu, yang ada di tengah-tengah, itu sup miso. Di samping-sampingnya ada tamago, grilled salmon, ham, steamed rice, etc.  

Sebelum check out, kami ditawarin untuk nyobain minum matcha powder tea yang diracik langsung di tempat. Teh matcha ada dua jenis, jenis teabag biasa dan satunya lagi bubuk (powder). Rasa teh teabag dan bubuk agak berbeda. Menurutku, kalau teabag ya kayak teh celup biasa. Kalau powder, rasanya lebih pekat dan berasa banget matcha-nya. Ini penampakannya: 


Mamaku suka banget sama teh. Mumpung di Kyoto, yang terkenal dengan matcha tea-nya, aku mampir ke salah satu tea shop yang cukup terkenal di Kyoto, yaitu Ippodo. Buat penggemar teh atau sekedar untuk beli oleh-oleh kayak aku, boleh mampir ke sini. Bisa nyobain langsung juga lho. Karena aku bukan penggemar teh dan nggak ngerti apa-apa, jadi nanya langsung aja ke pegawainya yang mana yang favorit dan enak, itulah yang aku beli, haha. 

So that's it for Kyoto travel post! 

Busyett dah, ini punggung rasanya pegel warbiasaaa ngetiknya. Untung masih ada semangat ngerjainnya, walaupun trip ini sendiri udah lewat dua bulan lamanya, hauahaha. There will be another two or three posts, I guess. Semoga tetap semangat menyelesaikannya sampai akhir. Hufft. 
I'll see you guys in the next post. Stay awesome!

4 comments:

  1. Nice post, kak! :D
    Too bad aku skip Kyoto waktu terakhir ke Jepang. Gak nyangka banyak banget yang bisa dijelajahin di sini. :p
    Thanks for sharing kak! :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aww, too bad yah. Lain kali harus ke Disneysea dan Kyoto ya! :P
      Aku juga lebih seneng di Kyoto sih, soalnya suasana kotanya lain dan lebih tenang. Kalau ada kesempatan pengen ke sini lamaan juga.

      Thank you for checking for my blog too, dear. Have a nice day!

      Delete
  2. janeeee
    postingan jepang kamu bikin aku pengen kesana lagiiii

    ReplyDelete
  3. Serius lu di Kyoto cuma ke 1 tempat doang akhirnya? Ya amploppp sayang jugaaaa... Untung deh ada pengalaman Ryokan, or else sayang hehe. Next time stay di Osaka aja untuk maen seputar Kansai area tmsk Kyoto.

    ReplyDelete