Tentang Berbahasa Mandarin

Monday, June 5, 2017

credit: chineasy

Beberapa hari lalu, aku nggak sengaja nemu video Mark Zuckerberg ngomong bahasa Mandarin dengan lancar, di salah satu forum di Tsinghua University, Beijing, China. Aku cukup kaget kalau ternyata doi bisa ngomong selancar itu. Tengok dulu, deh, videonya.

Tips buat yang pengen berbahasa Mandarin (dan bahasa asing lainnya) dengan lancar, kuncinya PERCAYA DIRI aja!

Satu dekade yang lalu, aku pikir yang mau belajar Mandarin itu masih terbatas yang lahir sebagai keturunan Tionghoa, tapi nggak bisa bahasa Mandarin. Atau karena di sekolahnya ada pelajaran Mandarin, terus di rumah nggak ada yang bisa bantu ngajarin, jadi mau nggak mau kursus, deh. Makin ke sini ternyata makin banyak kalangan yang tertarik belajar Mandarin, termasuk bos-bos perusahan raksasa cem bos Facebook ini. 

Aku suka banget dengan alasan Mark kenapa doi belajar bahasa Mandarin. Sesimpel karena istrinya (walaupun ternyata Mandarinnya Priscilla Chan nggak fasih juga, ya, hihi), keluarga mertuanya adalah Chinese, serta sang nenek dari Priscilla hanya bisa berkomunikasi dalam bahasa Mandarin. Wajar banget kalo ada keinginan pengen dekat (atau mencuri hati) keluarga istri, jadi dibela-belain, deh, kursus Mandarin yang susyeh itu.

Waktu beberapa orang tau kalau aku komunikasi dengan Josh dalam bahasa Mandarin, mereka salut dan bilang aku hebat. Sejujurnya, aku nggak pengen dibilang hebat juga, sih. Buat yang udah lama kenal aku pasti tau, deh, bahasa Mandarin itu memang salah satu bahasa ibu di keluargaku. Jadi yaa... ngomong Mandarin ke Josh itu hal yang lumrah, biasa aja.

Buatku pribadi, ngomong bahasa Mandarin dengan Josh itu bukan suatu untuk keren-kerenan. Bukan juga biar dapet pujian anaknya pintar banget bilingual sejak bayi. Lah, emang bahasa ibu gue kok. Sama aja kayak kita ngomong bahasa Indonesia, begitu juga aku dan bahasa Mandarin.

Sering nggak dengar atau bahkan mengalaminya sendiri, kok muka kamu cina tapi nggak bisa ngomong Mandarin? Harus nanya orang tuanya langsung tuh untuk mendapatkan jawabannya, kerena orang tua memegang peran penting (ciyeh). Kalo menurut mamaku, (spesial 'riset' ke beliau demi tulisan ini) banyak orang tua yang BISA bahasa Mandarin tapi nggak ngajarin atau ngomong ke anaknya, hanya karena alasan takut anaknya 'bingung' bahasa. Lah, entar nggak bisa ngomong Indonesia piyeee? Lah, hidupnya di Indonesia kok, orang-orang sekitar juga orang Indonesia. Masuk sekolah juga pasti bisa ngomong Indonesia. Begitulah jawaban dari beliau. Makanya nggak heran yeee, bahasa Mandarin itu identik sama orang tua atau kakek nenek. Padahal nggak sama sekali. 

Demi mematahkan 'teori' para orang tua tersebut, aku ngikutin 'jalur' mamaku untuk melanjutkan bahasa Mandarin ke anak-anakku nanti. Untuk saat ini, ya, Josh dulu. Istilah kerennya, melestarikan budaya nenek moyang, lah. Alasan sebener-sebenernya, sih... takut diomelin mama sendiri kalo nggak ngajarin Mandarin ke Josh, LOL #MamaTakutMama

Punya skill berbahasa asing (walaupun hanya satu bahasa) juga banyak banget manfaatnya, salah satunya untuk bekal 'bertahan hidup' lho. 

Maksudnya gimana tuh?

Contohnya, waktu ke Jepang dua tahun lalu, aku dan suami pede banget bisa jalan sendiri di sana, hanya dengan bantuan Google maps dan tentunya bahasa tubuh. Udah pada tau, kan, kemampuan bahasa Inggrisnya Japanese itu masih agak-agak gimana gitu. Yang bikin kaget, ternyata dengan bahasa Mandarin, kami bisa survive juga lho. Bahasa Mandarin itu bantu kami banget untuk baca huruf kanji dan tebak-tebakan arti. Terus bisa juga berkomunikasi dengan petugas/pelayan yang kebetulan bisa berbahasa Mandarin (this happened two times while we were in Japan. First, sama mas-mas Sevel pas lagi nanya jalan. Kedua, sama mbak-mbak petugas di Metro waktu nanya jalan juga). Ini maksudku untuk bekal bertahan hidup. Ya, kalo nggak bisa juga, sih, nggak masalah. Tapi SO MUCH better, kan? *plis jawab iya aja, kalau nggak tulisan ini nggak berarti HAHA*

Bagaimana dengan pernyataan kalau anak yang belajar dua bahasa resiko speech delay?

Salah satu Youtuber yang aku ikuti, Bubz, meng-upload sebuah video, di mana dia cerita kalau agak khawatir dengan anak mereka yang kemungkinan mengalami speech delay. Bubz dan suaminya memang bilingual juga di rumah, they speak both Cantonese and English. Tapi di saat mereka galau tentang ini, anaknya mulai ngomong beberapa kata dan kalimat, walaupun pelafalannya belum jelas banget. Jadi memang beberapa anak late bloomer gitu, bukan karena kelainan tertentu. Btw, anaknya berusia 3 tahun bulan Agustus ini. Fakta usianya ini yang bikin kolom komen pada gonjang-ganjing, bilang seharusnya anak umur 3 tahun itu udah harus bisa cas-cis-cus. Yang kek gini-gini harusnya emang nggak usah terlalu didengerin, ya, bu ibuk *justsayin*

Dan kalau baca di situs Baby Center, sebenarnya anak bilingual bakal speech delay itu mitos belaka. Anak yang bilingual di rumah, mereka memang sedikit lambat untuk bicara karena harus menyerap dua bahasa sekaligus dalam otak mereka. Orang tua boleh khawatir kalau anak dalam usia tertentu—yang harusnya udah bisa bicara beberapa kata/kalimat dalam jumlah tertentu tapi belom bisa samsek—baru deh tuh dibawa ke ahlinya untuk dicek lebih lanjut.

Sejauh ini di usia 9 bulan lebih, Josh mulai 'nangkep' beberapa kata dan instruksi dalam Mandarin. 

Ini hanya bits of my thoughts about Mandarin. Nggak tau kenapa tetiba pengen nulis ini. Semua gara-gara video Mark di atas itu. Sampai sekarang masih amaze dia bisa ngomong Mandarin casciscus. Pede banget lho! *acung jempol*

Eh iya, mumpung berhubungan dengan topik, bulan Februari kemarin aku nulis tentang cara belajar bahasa Mandarin di Youthmanual. Baca donggg kalau sempat. Buat iseng-iseng atau dipraktekin juga boleh. Maacih, lho!

Teman-teman di sini, ada nggak yang sama kayak aku 'menelan' dua bahasa sejak bayik di rumah? Efeknya apa, sih, sampai sekarang? Atau yang punya anak, do you guys speak bilingual to your kids? Sharing-sharing di kolom komentar, ya!

7 comments:

  1. Good for you momma! Josh is so lucky to have you!!
    Aku termasuk yang ga bisa ngomong mandarin tapi ya karena kerja jadi guru terus tinggal di sini modal pede aja. pernah sok - sok nyautin pake mandarin begitu diajak ngomong yang panjangan aku nyengir bilang kalo aku ga bisa hahahaha ... suka sok ide emang! hahaha

    Gide juga bilingual nih. indo sama inggris and we're hoping he can pick up chinese soon when he enroll to school .. trilingual yah jadinya hahaha .. yang penting bisa ngomong aja laha sama pesenin makanan buat maminya hahahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hauhahaha tipikal orang Chinese banget tuh. Nggak bisa denger orang ngomong Mandarin secuil aja, langsung ngoceh panjang lebar deh! Eh tapi kalo tinggal di Spore, kayaknya tanpa sadar bisa bahasa Mandarin juga ya.

      Gide so lucky to have you too as a teacher! Belajar bahasa gratis di rumah hahaha. Semangat yaa Gide schooling-nya. Biar makin pinter :D

      Delete
  2. aku pernah sharing tentang bilingual ini di blog... kalo sehari2 sih ngomong sama jayden pake bahasa indonesia, tapi untuk pengenalan benda, warna, binatang, ada yang pake bahasa inggris... ga tau sih masalah bilingual sama speech delay, soalnya jayden termasuk anak yang cepet ngomong... dan makin kesini kemampuan bahasanya makin keliatan... dia uda tau warna dan binatang dalam dua bahasa, misalnya green itu hijau, cat itu kucing, open itu buka, dll....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah betul tuh, berarti memang bilingual dan speech delay nggak ada hubungannya sama sekali ya, gimana si anak pick up bahasa yang udah diajarin aja. Berarti Jayden termasuk yang pinter banget bisa menyerap bahasa dengan baik, jadi cepet ngomongnya deh (:

      Delete
  3. kalo ke sekolah emma lebih lucu dah... ya anak bule, anak item (african american), anak hispanic, pada ngomong mandarin... hehehe.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kayak di kampusku dulu tuh, African students-nya banyak banget, terus pada lancar ngomong Mandarin hihi

      Delete
  4. Kisah yang sangat menarik, setidaknya jadi paham, seru ya wkwk

    ReplyDelete