Belajar Cinta (A Short Story)

Saturday, October 3, 2020


Pernah nggak, kalian menjalani sebuah hubungan yang 'memaksakan' kalian berubah menjadi orang lain? 

Sama seperti kebanyakan anak muda yang naif dalam soal percintaan, aku pun pernah ada di posisi tersebut. Ketemu cowok, naksir dan berusaha sebaik mungkin untuk menjadi sosok cewek yang ideal untuknya. Dipikir-pikir, edan juga yaa gue. Kok mau aja, sih, berubah untuk orang lain. Cuma ya itu, kalau nggak ada pengalaman seperti ini, mungkin aku juga nggak akan belajar. Dan mungkin kisah cinta selanjutnya nggak akan berakhir indah seperti hari ini 🙈

Cerita pendek di bawah ini nggak sepenuhnya fiksi, karena berdasarkan pengalaman pribadi. Namun, karena judulnya cerpen, jadi aku menambahkan 'bumbu-bumbu' supaya lebih ngena di hati pembaca. Nggak usah diterka-terka, ya, mana kejadian fiktif, mana yang beneran huahahaha 

Eniwei, terima kasih untuk teman-teman yang udah memberikan support dan cinta pada cerpen pertama (Baru Pulang) yang sebelumnya sudah di-publish di blog ini. Butuh keberanian untuk melakukan hal tersebut. Setelah melihat respon dari kalian semua, mulai muncul kepercayaan diri untuk share cerpen lainnya yang didasari pengalaman personal di blog ini. Semoga tulisan yang ini pun bisa diterima dengan baik, ya 😊

Happy reading! 


BELAJAR CINTA
Jane Reggievia (2010)

Begitu masuk kamar, tanpa mengatakan sepatah kata apapun, ia langsung berbaring di atas ranjangku. Ia mengambil bantal dan menenggelamkan wajahnya di dalam sana. 

She cried.

Aku hanya bisa menghela nafas dan menutup pintu kamar. Hal pertama yang selalu kulakukan ketika seorang teman menangis tanpa mengatakan penyebabnya lebih dulu. adalah membiarkan dia menangis sepuasnya. Aku bukan tipe sahabat yang menye-menye, bukan juga tidak berperasaan atau bagaimana, namun menurutku itu yang terbaik. Aku hanya duduk diam di sebelahnya, tanpa bersuara.

Aku melirik sebuah jam digital di atas meja belajarku. Sudah satu menit ia menangis dan masih belum berhenti. Kemudian ia mulai mengusap wajah sembabnya dengan kedua tangannya. Buru-buru aku mengambil kotak tisu dan menyodorkan padanya.

“Tunggu yah, Jes. Gue masih capek nangis..” ujarnya sambil terisak. Nafasnya juga nggak teratur. Lagi-lagi aku hanya diam. Aku memperhatikan matanya yang mulai bengkak. 

“Menurut lu, gue bego nggak sih gak, Jes?”

Aku mengangguk. Memang benar, ia terlalu bego. Dibegoin cinta.

“Kok lu jahat sih??”

“Justru gue baik.”

Dia diam.

“Gue nggak mampu lagi, Jes. Gue capek.”

Aku menunggu dia meneruskan kalimatnya.

“Di depan dia gue nggak bisa jadi diri sendiri, gue harus pake topeng, gue nggak bisa nunjukin diri gue yang sebenernya, padahal gue paling benci harus jaim.”

Aku masih diam. Sepertinya dia masih ingin melanjutkan kata-katanya. 

"Lu tau nggak, kemarin dia ngajakin gue ketemu sama temen-temen basketnya di sebuah restoran. Gue no idea acara itu kayak apa, ternyata mereka minum-minum, Jes. Gue udah feeling nggak enak dari sebelum berangkat. Milih pake baju apa aja udah pusing. Lu tau, kan, gue nggak suka pake celana jins? Baju gombrong begini? Gue begini karena pengen kasih impresi ke dia kalau gue bisa jadi cewek boyish yang dia suka. Bodoh banget. Asli." 

Aku memandangnya dari atas sampai bawah. Iya, sih. Aneh banget melihat dia sekarang ini berpakaian yang benar-benar bukan dia banget. Maklum, aku terbiasa melihatnya tampil girlie. Biasa warna pastel menempel erat di tubuhnya. Sekarang ini dia persis cewek emo patah hati memakai serba hitam. Ya, emang lagi patah hati, sih, ya. 

"Terus, waktu dia nawarin gue minum, gue sempat ragu gitu, Jes."

Aku menyipitkan mata. "Maksud lu?"

"Ya gue bingung, mau gue minum apa tolak." 

Kalau setelah ini dia bilang dia minum, aku siap untuk memarahinya. 

Aku pernah baca sebuah artikel yang menyebutkan tiga hal yang perlu dipertimbangkan ulang dalam sebuah hubungan: Pertama, kamu mulai berpura-pura menjadi orang lain yang bukan dirimu (checked); kedua, sesuatu yang tadinya bukan sebuah godaan untukmu sekarang kamu malah mempertimbangkan untuk melakukannya (tentang minum tadi, checked); ketiga, kamu berharap orang yang kamu sayang tidak mengetahui apapun tentang masa lalumu (aku belum cross check tentang hal ini, namun sebelum itu terjadi, rasanya sahabatku harus benar-benar mengakhiri hubungannya ini). 

"...akhirnya gue bilang jujur kalau gue nggak bisa minum. And you know what, teman-temannya malah ngetawain gue. Gue berharap dia nggak ikut ngetawain, tapi apa yang dia lakukan setelah itu nyakitin banget."

"Apa?" tanyaku penasaran. Dalam hati aku siap-siap menghajar cowok ini kapan-kapan kalau aku berpapasan dengannya. 

"Dia memesan sebotol teh kemasan pada pelayan dan bilang gini dengan suara berbisik, 'bilang dong kalau kamu nggak bisa minum, bikin aku nggak enak aja. Sori guys, dia lagi nggak enak badan.' Gue harap gue salah dengar, tapi itu nyata di telinga gue, Jes. Dia lebih mementingkan image-nya di depan teman-temannya ketimbang mikirin gue." 

Awas aja, besok ketemu cowok jerk ini, aku bakal mendaratkan bogem mentah tepat di wajahnya. 

"Dasar cowok brengsek!" dia menangis lagi. Aku menyodorkan tisu kembali. 

“Jadi lu nyerah?”tanyaku.

Dia mengangkat kepalanya, matanya benar-benar merah sekali. Ia menunduk, kemudian mengangguk.

“Gue bangga sama lu,” ujarku.

Dia langsung berbalik cepat, “Kenapa bangga??” tanyanya agak sewot.

“Yup. Soalnya akhirnya lu bisa ngerti. Gue udah nungguin lu dari kapan-kapan mengeluarkan statement itu.”

Statement yang mana?”

“Yang soal lu nggak bisa jadi diri sendiri.”

Dia terlihat seperti berpikir sebentar, kemudian dengan wajah terkejut dia berpaling lagi kepadaku. “Jadi lu udah nyadar lama, Jes?? Kok lu nggak kasih tau gue, sih??”

Lah, dia nggak ngaca apa tiap mau keluar dia berpakaian seperti itu? Tentu aja ini hanya ucapanku dalam hati. 

“Sengaja. Supaya lu bisa belajar, lu udah gede. Udah mau 20, kan? Masa, sih, lu masih kayak anak SMA yang nggak tau soal cinta?" 

Aku memang bukan pakar cinta, pacaran yang tergolong serius juga cuman sekali, dulu pas SMA. Tapi aku paham pelajaran dasar soal cinta, yaitu soal harus bisa jadi diri sendiri di depan orang yang kita suka. Kalau sampai harus pake topeng, pasti ada yang salah. 

“Jadi gue beneran bego banget yah, Jes..” ia kembali menunduk dan siap untuk menangis kembali. Tubuhnya bergetar.

Aku langsung mengusap bahunya pelan. “Lu emang berbuat salah, tapi akhirnya lu belajar sesuatu, kan?”

Dia nggak berkata apa-apa lagi dan tau-tau aku sudah dipeluknya erat. Dia tau banget aku nggak bisa meluk atau dipeluk orang, tapi dia tetap melakukannya. Aku nggak menghindar, aku malah belajar untuk memeluknya balik. Mungkin memang dia membutuhkan pelukan dari aku, sahabatnya. Dan sahabatku juga butuh itu.

Lesson learned?” ujarku dengan suara rendah.

“Iyah, lesson learned,” ia melepaskan pelukan lalu mulai bisa tersenyum lagi. Senyum yang sudah lama aku nggak lihat dua bulan terakhir ini. Senyum tulusnya itu.

“Selama masih jadi manusia, nggak apa-apa buat salah. Itu artinya kita masih hidup, kan?”

Dia mengangguk cepat. “Gila yah lu, kalau lagi gini lu tuh pinter banget, Jes. Makasih, ya.”

Kali ini aku tertawa. Dan sekali lagi kita berpelukan.

“Mau makan es krim di kantin?” tanyaku sambil berdiri dan mengambil dompet di dalam laci meja. Hanya ada satu brand es krim yang jadi favorit kami berdua. Anehnya, itu hanya dijual di kantin kampus kami. Sudah lama juga kami nggak makan es krim tersebut. 

“Mau! Eh tapi... gue ganti baju dulu ya, Jes," ujarnya sambil menarik-narik kerah kaos hitamnya dengan sebal. 

***

32 comments:

  1. Nggak jadi diri sendiri itu nggak enak, mbaaa 🤣 pasti temannya Jes berubah banget ya sampai gaya berpakaiannya pun mengikuti selera pasangan ~

    Saya termasuk tipe cewek jaim sebetulnya. Wk. Tapi nggak sampai merubah prinsip atau gaya dan kebiasaan saya. Apalagi sampai ubah gaya pakaian which is itu keputusan nggak mudah ~ untung temannya Jes sudah sadar kalau itu salah dan bisa belajar dari kenyataan. Semoga bisa mendapatkan cinta laki-laki yang mau menerima apa adanya. Macam lagu jadul Just The Way You Are 😂

    By the way, suka sama cerpen singkat saran makna seperti di atas mba 😍 semoga ke depannya ada banyak cerpen manis lahir di blog mba 😆💕

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaaa Mba Eno, lesson learned deh, kapok berubah untuk orang lain mah 🤭 Sebetulnya gapapa kalau ingin mengubah penampilan, tapi harus untuk diri sendiri dulu, bukan untuk orang lain ya. Karena kalau diri sendiri nggak nyaman ya buat apa. Kayak temannya Jes pake kaos sama jins aja gerah hihi

      Terima kasih udah menyukai cerpenku yang kedua ini, Mba Enoo ❤️ aku jadi kepikiran ingin membuat label baru untuk postingan cerpen huahaha semoga ada ide untuk yang mendatang 😚

      Delete
  2. Nggak nyaman karena ga jadi diri sendiri saat lagi sama orang yg kita suka itu ga enak banget ya, mba Jane...

    Tapi nggak gampang juga mengakhirinya. Apalagi kalau udah jatuh cinta. Repot lah pokoknya ngomong sama orang yang lagi kena virus cinta, mah...
    Jadi ya emang yang terbaik cuma bisa jadi pendengar dulu aja, kayak yang dilakukan tokoh Jes pada temannya itu. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, rasanya dunia runtuh udah nggak suka dengan perubahan sendiri untuk orang yang disuka, ehh malah bertepuk sebelah tangan 😔

      Jadi di sini pelajarannya ada dua yaa, bisa dipetik dari pengalaman si temannya Jes dan menjadi pendengar seperti yang dilakukan Jes ☺️

      Delete
  3. gue pernah di posisi nya si jes sih.
    justru yang gue biarkan itu adek gue sendiri. biar ngerasain kalo jatuh hati nanti ada sakit hati juga. biar enggak belajar teori doang, prakteknya.
    setelah difikir-fikir, jahat juga gue sebagai kakak ya

    duh, gue baca cerpen begini jadi pengen bikin juga
    udah enggak pernah nulis cerpen lagi :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wahahaha kadang-kadang emang jadi kakak itu harus tega dikit ya. Meski pasti rasanya kasihan, tapi mudah-mudahan sang adik bisa memetik pelajarannya ya (:

      Hayok Mas Fauzi nulis cerpen lagi. Saya juga udah lamaaa nggak nyentuh draft fiksi, tau-tau mood-nya muncul lagi nih :D

      Delete
  4. Teman Jes ini tipe pendengar yang baik. Ia tau Jesica tidak perlu banyak dinasihati, tapi didengarkan saja. Baca cerita ini kayak nonton romcom 😄

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mas Rahul sepertinya terbalik deh, maksudnya si Jes ini pendengar yang baik saat temannya curhat patah hati sama dia kan? Hahaha

      Ahh kok saya jadi senyum-senyum sendiri cerpennya dibilang kayak nonton romcom, seneng akutuu 😝

      Delete
  5. Ci Jane, another good cerpen dan penuh makna dari cici 🙌🏻 aku suka bacanya! Singkat, menarik tapi tetap ada inti cerita yang bisa didapat 🙌🏻 keren lah cici 😍

    Btw, aku pernah berada di posisi temannya Jes, dimana harus jaim (yang bukan aku banget) di depan pasangan. Biasanya aku kan anaknya bawel tapi depan dia nggak bisa kayak gitu 😂 jadi kalem, jadi anteng, mau ngapa-ngapain rasanya nggak enak karena jaim, nggak enak juga seperti itu karena rasanya terkekang 😭 udah gitu, aku terlalu banyak menjadi korban perasaan dalam hubungan itu. Hiks. Untung hanya bertahan 4 bulan dan nggak ada rasa menyesal sama sekali bisa lepas dari hubungan nggak sehat seperti itu 😂 *jadi curhat*

    Akhirnya, memang lebih enak bisa jadi diri sendiri, nggak perlu jaim-jaim sama pasangan, bisa bawel setiap saat, dan dimana justru hal itu malah jadi hal yang dirindukan kalau aku lagi nggak ada 🙈 uwuuuw. Semoga orang-orang yang sedang berada di posisi "teman Jes" bisa segera sadar dan move on dari hubungan yang nggak sehat itu 😂

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ihiiyyy jadi tersipu-sipu lhoo aku dipuji sama Lia 😝 Maacih yaaa Lii udah baca dan suka dengan cerpen ini 💕

      Nggak bisa jadi diri sendiri itu emang nyusahin. Benar yang kamu bilang, mau ngapain-ngapain kok rasanya terbatas, nggak lepas aja gitu. Harusnya di depan orang yang kita sayang (dan mereka juga sayang balik ke kita) kita bisa bebas menjadi diri sendiri yaa. Plus, aku gak kebayang sih seorang Lia jaim itu kayak apa *upppps* 😝🤣

      Jadiii, si uhuk ehem prikitiwww ulala ini yang suka kangen dengan seorang Lia kah? 😝 *kepoooo*

      Spoiler alert: puji Tuhan temannya Jes itu udah move on dan ketemu jodohnya hihihi

      Delete
    2. Hihihi sama-sama Ci ♥️ ditunggu cerpen-cerpen lainnya 😍

      Ci, mohon maaf, kenapa itu ditulis (sayang balik ke kita) WKWKWKKW kok jadi miris bacanya 🤣
      HAHAHAHA bahkan Ci Jane yang belum pernah ketemu aku in real life aja bisa nggak kebayang bagaimana kalau aku jaim 🤪 yang pasti, nggak enak sih 🤣

      Spill the tea nggak ya 🤪

      Puji Tuhan! Aaah happy ending ternyata akhirnya 😍 aku turut bahagia dengan temannya Jes! Semoga hubungannya yang sekarang bisa langgeng, aminn.

      Delete
  6. Jane, suka cerpennyaaa sederhana tapi pesannya nyampe banget 😄

    Kayaknya beberapa dari kita pas remaja pasti banyak yang pernah berusaha sampe mengubah penampilan atau nyembunyiin gimana aslinya kita pas suka sama orang. Karena pengin dilihat dan bikin tertarik orang yang kita suka ahaha. Menurutku ini wajar banget sih, sekalian buat belajar mengenal diri kita sendiri juga. Asal yaa kita paham batasannya, kalo udah ga nyaman buat kitanya sendiri memang lebih baik dilepas aja ahaha 😄

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aihh makasih banyak yaa Eyaa 😘

      Nah iya betul juga. Sebetulnya efek jatuh cinta atau jadi bucin ini bisa membantu pengenalan akan diri sendiri juga yaa. Tapi kalau diri sendiri udah nggak nyaman, harusnya bisa stopp dan balik lagi menjadi diri sendiri apa adanya. Jangan sampai jadi bucin tingkat akut deh 🤭

      Delete
  7. Sangat khas usia mau 20an banget masalahnya🤣 been there🤣🤣 hal-hal kayak gitu dihabisin pas masih belia banget emang biar gedenya makin dewasa dan ngerti sama hidup dan cinta ya Ci, kalo udah usia sekarang ogah banget ga jadi diri sendiri haha udah pusing sama banyak hal, saling suka ya ayo jalan, kalo nggak suka yaudah selesai sampai di sini😝

    ReplyDelete
    Replies
    1. Asekkk, yang kayak gini nih yang aku suka 😚 udah dewasa gini harusnya udah sama-sama tau preferensi dan mengalokasikan perasaan masing-masing yaa. Yang penting mah satu visi dan misi dan berpegang pada nilai dan prinsip. Semoga yang lain bisa baca dan belajar dari komentar kamu ini nih, Ndahh 😁

      Delete
  8. Idealnya memang kita tetap menjadi diri sendiri, dalam situasi apapun, dimana pun dan kapan pun, termasuk dalam suatu hubungan. Tapi, karena kita tidak hidup sendirian, apalagi dalam menjalin suatu hubungan yang seharus dua arah, dibutuhkan suatu adaptasi agar hubungan itu bisa sama-sama menyenangkan dan menguntungkan kedua pihak.

    Adaptasi itu kadang-kadang yang harus dilakukan dengan mengubah sedikit beberapa hal pada diri kita untuk menyesuaikan dengan hubungan yang sedang dijalankan. Yang penting salah satu pihak tidak memaksakan perubahan dari pasangannya sementara dia tidak melakukan adaptasi yang seharusnya ia lakukan untuk pasangannya.

    Nah, hubungan cinta yang paling membutuhkan adaptasi/perubahan yang besar untuk saya lakukan adalah saat telah menjalin hubungan sebagai bapak dan anak, bersama K. Mau tidak mau saya mengubah banyak hal pada diri saya, kebiasaan saya, dll., karena tentu mustahil saya menuntut K beradaptasi untuk saya. Mungkin nanti, pelan-pelan kalau dia sudah semakin besar, tapi tidak mungkin sekarang.

    Nice story, cik.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ah saya suka sekali di bagian adaptasi hubungan antara orangtua dengan anak. Kalau ini saya juga bisa relate. Awalnya saya masih egois lho, berharap anak yang bisa ngikutin jalannya saya. Memang masih banyak hal di mana anak harus mengikuti pola orangtuanya, namun semakin beranjaknya usia saya juga sadar bahwa sayalah yang harus bisa beradaptasi dengan anak sendiri. Anak pasti tumbuh dengan caranya, dia punya preferensi dan karakternya sendiri. Harapannya saya bisa selalu menjadi supporter dan penasihat yang baik bagi si anak 😊

      Kalau dalam hubungan pernikahan, kompromi itu memang harus ya. Kita nggak bisa mengubah satu sama lain, yang bisa dilakukan adalah belajar untuk beradaptasi dan menjadi diri sendiri yang lebih baik dalam hubungan tersebut.

      Terima kasih untuk komentarnya, Mas Agung. Semoga yang lainnya bisa belajar juga dari pengalaman ini (:

      Delete
  9. Mba Janeeee aku suka cerpennya beneran ❤❤

    Sebelumnya aku mau nanya, Jes, apakah kamu itu aku? Hahahaha kepedean banget ya, wkwk. Soalnya aku lumayan sering di posisi Jes 😂😂

    Temen lagi kasmaran itu memang dibiarin aja dulu, karena kalau dibilangin bakal mental dan kalau kitanya ngotot malah, malesin ujung-ujungnya.

    Benci untuk nggak jadi diri sendiri itu, permasalahan semua umat banget kayaknya ya mba, karena nggak hanya dalam percintaan ketika jumpa teman yang salah pun kita bakalan berusaha jadi orang lain juga, nggak bebas menunjukkan the real diri kita.

    Moral value (menurut aku aja sih) 😂😂: Jangan suka jorokin sahabat kalau dia lagi sedih sama jadilah diri sendiri karena kalau kamu menjadi orang lain, orang lain mau jadi siapa?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Maacih banyaaak udah menyukai cerpen ini, Mba Soviaa 😉❤️

      Hahahaha yess Jes itu bisa kamu dan siapa aja hihi jujur aku sendiri memang punya sahabat yang plek-plekan dengan si Jes ini. Dia pendengar yang baik di saat aku hanya ingin 'nyampah'. Di sisi lain, aku pun ingin belajar menjadi a good listener di mana saat teman curhat nggak langsung asal nyablak atau sok nasehatin. Karena pada dasarnya mereka yang ingin curhat emang butuh didengerin aja nggak sih? 😊

      Dan soal jadi diri sendiri dalam pertemanan itu juga setujuuu karena sama-sama berlaku. How many times kita pura-pura jadi teman yang sok asik di depan orang yang kita harapkan jadi real friend? Been there, dan kapok huahaha

      Btw, blognya Mba Sovia lagi off ya? Aku mau mampir dari beberapa waktu lalu namun nggak bisa hihi

      Delete
  10. Aahhhhhh aku sukaaaaaa cerpennya. Apa mungkin Krn sebagian ada kisah nyatanya yaaa, jd terasa lebih hidup ;).

    Dan cerita begini tuh banyaaaaaaaaaak terjadi di manapun mba. Aku sendiri, jg prnh ngerasain hahahaha. Kalo diinget skr yaaa, lgs nyeseeel dan malu setengah idup Kenapalah aku sebego itu.

    Sempet pacaran Ama cowo, yg dulu Kaka kelas, dan kami nikah malah akhirnya, walo kemudian cerai. Pas pacaran dan nikah, udh kliatan tuh sikapnya posesif parah. Aku ga diizinin kluar Ama temen2, kalo jalan Ama dia, hrs nunduk, ga bisa melihat cowo lain, kalo dia nelpon hrs cepet diangkat, LBH dari 3 deringan lgs dituduh sdg Ama cowo. OMG, aku kesambit kayaknya waktu itu hahahahaha. Tolol banget. Ga keitung berkali2 ribut yg berakhir aku nangis cm Krn msalah di atas. Sampe akhirnya aku kuliah di Malaysia, dia tetep di Banda Aceh, dan ketahuan selingkuh dengan alasan kesepian aku ga ada. Ga pake lama, males denger penjelasan, aku lgs minta pengacara papa utk beresin perceraian Ama tuh cowo gila secepet mungkin. Hiiih, sejak itu mata lgs kebuka, untuk ga seenaknya aja nurut Ama cowo, apalagi kalo ga masuk di akal perintahnya :p. Kita berhak lah jd diri sendiri dan neglakuin apa yg disuka :).

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mba Fannyyy, maacih banyak yaa udah cerita pengalaman pribadinya di sini ☺️ I knowww mungkin nggak mudah rasanya menceritakan 'luka' lama, namun kalau dilihat ke belakang malah jadi bersyukur yaa bisa jadi pengalaman yang berarti 😊

      Aku nggak kebayang kalau harus menjalani hubungan yang kayaknya dipenjara banget. But at the end, lesson learned yaa hihi

      Betulll, highlight-nya menjadi diri sendiri. Be yourself, love yourself first 😍

      Delete
  11. kalau pengalaman aku pribadi untuk jadi orang lain kayaknya nggak pernah, aku tetep jadi aku dan berusaha yang biasanya aja.
    duluuu zaman waktu kuliah rasanya kalau jadi "orang lain" apalagi sampe jadi bahan omongan anak anak lain kok kayak gimana gitu. orang yang aslinya biasa aja kemudian tiba tiba jadi "wah" hanya untuk mencari perhatian pacar terasa kayak njomplang dan aneh

    aku sukak sama cerita ini, malah terkesan real, bener kata mba fanny, kayak hidup
    dan sepertinya aku pernah alami ini sama sahabatku mbak, tiba tiba langsung inget setelah baca ini.
    baru pertama kali itu dan belum temenan satu tahun, karena sama sama anak kos, dia curhat kayaknya tentang cowok, aku peluk dia. so sweet

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bersyukur sekalii Mba Ainun bisa tetap menjadi diri sendiri apa adanya tanpa harus dibuat-buat yaa. Akutu waktu pertama kali ketemu keluarga suami aja rasanya nervous setengah mati sampe lupaa jadi diri sendiri itu gimana 😂 makanya cerpen ini mengingatkan kembali gimana seharusnya kita bisa nyaman menjadi diri sendiri, apa adanya yaa 😊

      Aaaah sama, Mbaa. Aku pun dengan sahabatku waktu kuliah dulu juga langsung akrab padahal belum kenal sampai setahun. Klop aja sama dia entah kenapa hihi

      Delete
  12. Beri tepuk tangan dulu buat cerpen kedua mbak Jane.😀

    Bagus kok cerpennya, mengalir lancar gitu mbak. Ini ceritanya lagi dikamar tapi tetap bisa menjelaskan latar belakangnya.

    Soal isi cerpen, memang ngga enak jadi diri sendiri, tapi kalo lagi bucin memang apapun akan dilakukan untuk menyenangkan hati pacar biarpun untuk itu ia agak tersiksa.

    Syukurlah ia akhirnya sadar.😀

    ReplyDelete
    Replies
    1. Horeeee makasih untuk applause-nya, Mas Agus! Jadi semangat untuk nulis terus ke depannya 😁

      Iya ya, saya juga baru sadar ini setting-nya di kamar doang ahahaaha *begimane toh*

      Betul, bucin kadang membutakan segalanya. Mungkin untuk beberapa orang harus melalui seperti yang dialami temannya Jes dulu, baru deh bisa dapet pelajarannya (:

      Delete
  13. Suka sekali sama cerpennya Mbak Jane!!
    Love, love, love..

    Ringan, tapi ngena karena emang ini kejadian, paling g sekali atau mungkin berkali-kali dalam hidup. Wkakakaka..

    Setuju banget, being yourself is one of the best thing. Aku sendiri melewati beberapa kali patah hati baru bisa ngambil pelajaran ini. Dan akhirnya atau setidaknya, di relationship ku kali ini, aku bisa jadi diriku sendiri plus he helps me to be the full potential of me.

    Sesederhana, video call dan aku g perlu dandan, atau habis berenang yang emang muka capek habis olahraga, yang penting cuci muka dan mandi. Ah.. rasanya lebih lega dan enteng aja, g perlu insinyur eh insecure, takut dia meleng ke perempuan lain. Ya kalau meleng sih, ya udah. I love myself more than him, jadi monggo. Tapi dia juga masih lengket aja, wkakaakaka..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Thank youuu much Mba Pipit ❤️❤️

      Aihhhh sukakkkk sekali dengan pernyataan Mba Pipit di bagian terakhirnya. "I love myself more than him.." uwuuuu self love goal! 😚😆 Walau tetap berdoa semoga doi nggak meleng sih yaa nyahahaaha

      Tampil bare-face depan pasangan itu butuh keberanian sih buatku. Awalnya kagok banget, tiap mau Skype-an waktu pacaran dulu ribet sisiran lah, bedakan lah, eh lama-lama baru bangun tidur aja diajak vidcall juga hayuk 😝

      Jadi memang rumusnya love yourself first yaaa hihi ❤️

      Delete
  14. Hihihi, bener banget.. Kadang kalau jadi orang lain itu gak enak banget sih. Apalagi kalau itu tidak sesuai dengan apa yang biasa kita lakukan setiap harinya, jadi kayak dibuat-buat aja untuk kenyamanan orang lain.

    Aku juga gak bisa sih kayak gitu, apalagi soal pakaian.. Memang sih kalau mau kemana-mana setidaknya menggunakan pakaian yang sopan, pantas, dan enak dipandang. Tapi kalau sampai diatur harus gini harus gitu sih gak banget deh hihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah iyaa, posisi "dibuat-buat" itu memang bikin serba salah. Kitanya nggak enak, orang lain juga lama-lama ngerasa kita nggak orisinil nggak sih?

      Soal berpakaian saya juga setuju, sopan dan rapi itu haruss. Tapi ya nggak dikit-dikit diatur juga demi menyenangkan orang lain, capekk rasanya 😂

      Delete
  15. Toxic relationship ini selalu menarik buat dibahas yaa. Krna kadang yg ngalamin ga ngerasa hubungannya se toxic itu, yg ngeh malah orang2 disekitarnya kaya Jessica ini.

    Btw, bagus tulisannya Mba Jane. Kapan2 post cerpen lg yaa 💖💖

    ReplyDelete
  16. Sudahlah, hempaskan saja cowok ituuu....XD XD

    Cerpennya cakep. Kadang kita suka memaksakan diri bukan cuma sama cowok ya, sama lingkungan juga, untuk mengikuti style yang bukan kita banget...

    Apalagi banyak fashion police nya. Duh, dari ujung kaki ke kepala, di scan dan dikomentarin deh...

    ReplyDelete
  17. Haloo mbak Jane. Aku dapat link ini dari Blognya mas Agus.
    Saya sangat salut sama mbaknya untuk menjadi diri sendiri, dan menghindari diri dari 'minum'. Yaa, banyak orang sekrang yang santai santai saja mau minum, padahal itu tidak baik dan apalagi kalau dari tinjauan agama tertentu, minum atau mabuk tidaklah dibenarkan..

    ReplyDelete