Waiting Room

Tuesday, October 20, 2020


Bisa dibilang aku adalah salah satu dari sekian jutaan orang yang tidak suka dengan aktifitas menunggu. Apalagi kalau yang ditunggu itu nggak tahu kapan datangnya. Ini bukan ngomongin jodoh yang jauh di mata, ya. Lagi ngomongin galaunya tiap kali nunggu antrean dokter di rumah sakit. 

Seperti yang sudah teman-teman tahu, selama hampir tiga bulan ini aku rutin berkunjung ke rumah sakit untuk temu janji dengan dokter kandungan. Kebetulan sang dokter ini suka lamaaa sekali datangnya. Praktiknya pukul 9-12, namun batang hidung beliau baru terlihat sekitar pukul 11 atau 11:30. Belum lagi pasien yang mengantre cukup banyak, karena lagi-lagi sang dokter ini cukup banyak penggemarnya. Untuk booking appointment dengan sang dokter ini tidak bisa di H-1 sebelum jadwal kontrol. Bisa-bisa kita akan mendapatkan nomor antrean paling belakang, yang mana ini sangat aku hindari. Waktu aku mendapatkan nomor antrean ke-20 sekian di pertemuan pertama, untuk booking kontrol berikutnya aku harus menghubungi pihak rumah sakit jauh-jauh hari, kalau bisa seminggu sebelum deh. 

Karena sudah tahu bakal nunggu agak lama, saat pertemuan pertama pun aku bawa "senjata" untuk menghilangkan kebosanan selama menunggu di rumah sakit. Earphone dan buku bacaan nggak boleh ketinggalan. Hape juga harus di-charge 100%. Biar akunya nggak ikutan modyar kalau hapenya mendadak metong. 

Sambil dengerin podcast di Spotify, satu jam berlalu cukup cepat dan tidak terlalu berasa. Setengah jam berikutnya, mulai gatel ingin tanya ke perawatnya. Kapan dokter datang? Apakah hari ini jadi praktik? Jam berapa kira-kira beliau datang? 

Satu jam kembali berlalu, dokter yang ditunggu belum datang juga. Mulai deh kayak cacing kepanasan. Mendadak isi hape mulai membosankan. Buku bacaan yang dibawa juga nggak lagi menarik. Fokusku hanya menatap pintu ruangan dokter yang masih terbuka dan tempat duduknya yang kosong. Nggak berapa lama, aku mendengar desas-desus di samping dan belakang tempat duduk. Sepasang suami istri duduk bersama dan suaminya berujar, "Dokternya lama banget" terus ada juga ibu muda yang berbisik ke perempuan sebelahnya, "Biasa deh ini dokternya suka lama". Oh, ternyata memang biasanya selama ini. 

Setengah jam berlalu, yang ditunggu-tunggu akhirnya terlihat juga! Sang dokter berjalan gesit menuju ruangannya dan saat pintu tertutup, di situlah para pasien tahu bahwa sebentar lagi satu per satu dari setiap kami akan bergantian masuk ke dalam untuk menemui dokter dan juga bayi yang ada dalam perut buncit kami masing-masing. 

Meski mendapat nomor antrean agak belakang, setidaknya aku lega karena dengan nomor antrean adalah sebuah kepastian di mana aku akan masuk ke dalam ruangan dokter tersebut. 

***
Tahu nggak, terkadang aku berharap aku juga bisa punya nomor antrean untuk mendapatkan jawaban dari setiap doaku. Entah itu jawaban tentang kapan kami punya rumah sendiri, kapan kami bisa mengembangkan bisnis yang baru, kapan pandemi ini cepat selesai dan pertanyaan kapan-kapan lainnya. 

Aku benar-benar berharap Tuhan bisa memberikan aku nomor antrean tersebut. Meski mungkin aku tetap merasa gelisah di ruang tunggu seperti saat menunggu dokter datang, setidaknya aku punya nomor antrean yang memberikan kepastian kapan aku bisa mendapatkan jawaban doa-doa tersebut. 

Sayangnya, "ruang tunggu" versi Tuhan nggak mempunyai sistem nomor antrean seperti di rumah sakit. God doesn't work that way. Faith, doesn't work that way. 

Waktu kecil dulu, saat mendengar cerita Bapak Abraham yang menanti janji Tuhan untuk mengaruniakannya seorang anak yang mana kita tahu bernama Ishak, aku merasa biasa-biasa aja. Saat dewasa dan berulang kali membaca cerita tersebut, aku selalu terheran-heran dengan iman yang dimiliki Abraham. Gimana, sih, caranya dia menunggu jawaban Tuhan selama bertahun-tahun? Sampai di usianya yang menginjak usia seabad, akhirnya dia mendapatkan jawaban tersebut. Gimana caranya Abraham bertahan selama itu?

"Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa... imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia tahu tubuhnya sudah sangat lemah dan rahim Sara telah tertutup. Tetapi Abraham tidak bimbang dengan janji Allah, malah ia diperkuat dalam imannya dan tetap memuliakan Allah." (Roma 4:18-20) 

Aku nggak pernah tahu apa yang dirasakan oleh Abraham dan Sara dalam masa penantian mereka. Mereka juga manusia biasa kok. Abraham juga nggak sabar menanti janji Tuhan, so he took a shortcut. Tapi Tuhan seolah-olah bilang padanya, "Kamu bisa cari jalan pintas, tapi cara-Ku nggak seperti itu." 

Setelah Abraham sadar apa yang dilakukannya salah, ia pun mengisi waktunya di "ruang tunggu" dengan melakukan hal-hal lain, di mana hal tersebut malah membawa dia semakin dekat dengan Sang Pencipta, semakin mengenal siapa dirinya sebagai ciptaan Tuhan. 

***
Meski ada kalanya aku merasa gerah banget dan nggak berhenti 'ngerecokin' Tuhan dengan pertanyaan yang sama, "Berapa lama lagi aku harus menunggu, God?", akhir-akhir ini aku sadar bahwa pertanyaan tersebut nggak akan membawa aku ke mana-mana. Sibuk bertanya hal yang sama pada Tuhan nggak membuatku semakin dekat dengan jawaban doa yang ingin aku dapatkan. Bukannya semakin kuat, yang ada imanku melemah karena mulai meragukan caranya Tuhan. 

So instead, I'm practicing gratitude more often these days. Sama halnya aku bersyukur bisa menemukan pastel dan bakcang enak di kantin rumah sakit saat menunggu dokter datang di pertemuan berikutnya. Pastel dan bakcang tersebut seperti small joys yang layak mendapatkan selebrasi dalam kehidupan sehari-hari, sembari menunggu sesuatu yang kita doakan. 

Apapun permintaan teman-teman saat ini yang belum terjawab, semoga suatu hari nanti kalian bisa menemukan jawabannya. Sementara itu, semoga kita sama-sama bisa tetap bersemangat dan menemukan kebahagiaan kecil di "ruang tunggu" kita masing-masing, ya. 

And remember, don't lose your faith (: 

36 comments:

  1. Menunggu dokter kalo lama mendingan datangnya telat saja mbak Jane, yang penting nomor antriannya yang awal. Jadi misalnya dokternya datang jam 11, maka mbak datang jam 10.59 saja, nunggu semenit kan tidak apa-apa.😆

    Yah, mungkin dokternya punya banyak kesibukan mbak apalagi dokter di rumah sakit. Setelah mengerjakan sesuatu misalnya operasi tidak langsung ke tempat prakteknya karena harus istirahat dulu agar waktu melayani pasien nanti bisa berpikir jernih. Kira kira begitu sih menurutku.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya betul sekali, Mas Agus. Sebetulnya saya juga sudah sengaja datang telat dengan berangkat jam 10 dari rumah, tapi emang pada dasarnya saya nggak suka telat atau terburu-buru, ujung-ujungnya nunggu lama juga di rumah sakit 😅 apalagi saya suka berpikir gimana kalau dokternya hari ini on time, gimana kalau hari ini dokternya lebih cepat dan nggak ada tindakan. Tentunya harapan saya tersebut di-PHP-in dengan sang dokter wkwkwk

      Delete
  2. penutupannya bagus banget..
    dari menunggu periksa kandungan jadi sebuah pelajaran.

    setahun terakhir ini aku mencoba merubah perspektifku terhadap Yang Kuasa.
    dan yah.. kali ini rasanya lebih damai, nggak grasa-grusu macam dulu. walaupun ada satu atau dua waktu, ketika aku tidak bisa mengendalikan keadaan, rasanya seperti tidak adil, dan minta pertanggung jawaban Nya.
    paling dikembalikan lagi ke mindset, Yang Kuasa bersamaku, dan tidak akan menjatuhkanku begitu saja, hanya ingin mencoba, apakah aku bisa berdiri dengan kakiku sendiri.
    soalnya kalau dipikir-pikir lagi, idup kalau seneng terus pasti ngebosenin. makanya kudu ada sentilan, biar seru kek naik roller coaster.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mba Pipit, aku setuju sekali dengan kalimat "Yang Kuasa bersamaku dan tidak akan menjatuhkanku begitu saja." Karena seringkali, kita yang tanpa sengaja menjatuhkan diri sendiri nggak sih? Kita yang menyerah begitu aja, padahal Tuhan nggak menyerah dengan hidup kita ):

      Jujur selama pandemi ini aku merasa Tuhan sengaja ingin aku kembali lagi pada-Nya. Dan rasanya situasi seperti ini kita nggak bisa melakukan apa-apa tanpa bergantung dan berharap penuh pada Yang Maha Kuasa. \

      Hahahaha betull. Walau bikin jantung ini nggak karu-karuan, kalau track-nya datar aja juga nggak seru yaa 😂

      Terima kasih Mba Pipit atas komentarnya (:

      Delete
  3. Semangat mba Jane, menunggu memang nggak enak, kadang melelahkan :D -- tapi saya penasaran, kenapa dokternya telat? Apa karena praktik di tempat lainnya, yah?

    Bicara mengenai penantian atas doa-doa panjang pada Tuhan, saya pun merasakannya, mba. If only betulan ada nomor antrian, rasanya akan jauh lebih mudah karena seenggaknya kita tau kalau kita akan dapat walau belakangan hehehe. However, saya selalu percaya, kalau rejeki kita sudah ditentukan jadi tugas kita adalah tetap berusaha, berusaha, berusaha dan bersabar sambil nggak lupa bersyukur atas nikmat yang sudah kita punya :D -- oh dan menuliskannya.

    Saya setiap kali punya keinginan, saya tulis dengan detail, sedetail mungkin, karena itu jadi afirmasi positif ke diri saya kalau Tuhan dan semesta bisa memberikan hal itu pada saya suatu hari nanti (entah kapan) :3 -- saya pernah punya keinginan untuk bisa ke negara Balkan (I know, duniawi banget keinginan saya. Wk), terus saya tulis dengan jelas, saya susun itinerary saya, dan hitung perkiraan budgetnya, even mau menginap di mana, mau makan apa, sedetail-detailnya. Nggak lupa saya kasih footnote, one day I will go there. Hahahaha. Itu salah satu contoh dan long story short, bisa tercapai pada akhirnya meski melewati penantian panjang :3

    Semangat terus ya, mba ~ dan terima kasih untuk tulisan hangat ini yang mngingatkan saya agar bisa bersyukur pada kehidupan yang saya punya. Hugs <3

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sebetulnya banyak alasan mengapa sang dokter suka telat, Mbaa. Kalau dokter kandungan seringnya mendadak ada panggilan tindakan, bisa juga karena dia praktik di rumah sakit lain dan kemungkinan lainnya. Kalau alasannya tindakan, pasti pasien akan diberitahu. Selain dari alasan itu, pasien nggak pernah tahu kenapa dokter datangnya telat 😂

      Betul sekali, Mba Eno. Setidaknya dengan ada nomor antrean, aku tahu akan mendapat gilirannya walau belakangan. Soal penantian ini, terkadang aku bisa bersabar, tapi ada kalanya juga aku bisa gerah sendiri dan bertanya-tanya pada Tuhan, "why God whyyy". Padahal kalau ditilik ke belakang, apa yang sudah terjadi di kehidupan yang lalu, timing Tuhan nggak pernah terlambat (:

      Wah iya, soal menulis mimpi itu aku biasanya hanya sekedar menulis daftar mimpi, tanpa menjabarkan how to achieve that dream 😅 sepertinya mulai hari ini aku harus melakukan hal yang sama seperti Mba Eno lakukan deh hihi

      Terima kasih banyak, Mba Enooo. Aku juga nggak berhenti mengingatkan diri sendiri untuk terus bersyukur, bersyukur dan bersyukur apapun yang terjadi (: himnaeseyo! Hugs backkk 🤗

      Delete
  4. Ciciiii, what a good post 😭💕
    Terima kasih atas reminder-nya! Benar-benar rasanya pas banget untuk setiap orang di dunia yang sedang mengalami masa-masa sulit seperti sekarang ini.
    Walaupun seringkali dikatakan bahwa waktu Tuhan pasti yang terbaik, tapi sebagai manusia, pasti ada rasa nggak sabarnya juga untuk menunggu jawaban dari doa-doanya. Kalau dipikir-pikir, Bapa Abraham benar-benar setia sekali ya menunggu janji Tuhan, yang sekarang kalau dirasa, menanti selama puluhan tahun itu pasti nggak mudah karena menunggu antrian yang bisa dibilang biasa aja tuh udah gatel banget pengin buru-buru selesai but he can dan saat Tuhan mengujinya-pun, dia berserah dan tetap setia sama Tuhan.
    Semoga kita bisa seperti itu ya Ci, tetap setia menanti janji-Nya dan nggak putus asa untuk selalu berharap hanya padaNya 😊🙏🏻

    Btw, memang ujung-ujungnya, camilan adalah sahabat terbaik ya WKWKWK 😜

    ReplyDelete
    Replies
    1. Thank youuuu Lia sayanggg 💕

      Beberapa waktu lalu, aku dan teman-teman komsel juga ngomongin soal ini. Ternyata setiap kami mengalami yang namanya sedang berada di "ruang tunggu", yang ditunggu berbeda-beda, masa penantiannya pun berbeda-beda. Meski sama-sama nggak tahu kapan doa kami terjawab, setidaknya dalam masa penantian ini aku nggak sendirian, tapi ada teman-teman seperjuangan yang sama-sama bisa saling menguatkan dan mengingatkan 😊

      Aminnnn. Semoga kita semua bisa tetap menaruh harapan pada-Nya yaa 😊

      AHAHAHA ujung-ujungnya makanan lagi kan LOOOL 🤣

      Delete
  5. Adem banget bacanya, aku jadi inget sama twit-twit yang dipost sama Mufti Menk di twitter. Makasih udah berbagi tentang topik ini ci Jane🥰
    Ini oot sih sebenernya, cuman sejak aku ngikutin Habib Husein Jafar di youtube selama setahunan ini, jadi ngerasa perbedaan itu benar-benar indah gitu. Habibnya kan suka dialog dengan orang-orang yang beda agama juga dan sampai pada satu kesimpulan bahwa "kita berbeda dalam kebenaran, tapi kita sama dalam hal kebaikan" idk how to put this in words but I feel like perbedaan ini tuh indah banget gitu lho ci Jane, kayak...ribut-ribut gak jelas soal perbedaan itu sebenernya gak penting. Andai semua orang bisa damai dengan perbedaan😔

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama-sama, Endahh 😊 Aku jarang memang ngomongin hal-hal yang berbau religius di blog, cuma biasanya kalau ada yang harus disampaikan, ya bakal aku tulis di sini. Karena aku percaya meski kepercayaan kita berbeda-beda, namun setiap kepercayaan yang kita anut itu pasti mengajarkan hal-hal baik, seperti yang kamu bilang 🥰 Kalau memang semua orang bisa embrace perbedaan yang ada, dunia ini pasti lebih damai, sih. Mari kita mulai dari diri kita sendiri dulu yaak 🙌

      Delete
  6. Mba Jane, aku jd nostalgia dulu pas kontrol kehamilan anak pertama lbh dr 7 th yg lalu. Dulu rumah sakit nya blm nerapin batching buat antrian, jd klo dokter praktek dr jam 2-6, yauda kita nunggu aja di rentang jam segitu sambil ngira2 sendiri kita dateng jam brapa pas ny dg nomer antrian yg dipunya. Walau udah daftar jauh2 hr, nomer antrian didapet tetep per kedatangan n itu ga bs diprediksi. Bisa dpt awal2, bisa dpt akhir2 terntng yg dateng duluan udah banyak atau blm. Mana kan namanya obgyn, klo tiba2 ada operasi atau orang melahirkan, bisa molor semua jdwalnya kan 😅

    Untung pas anak berikutnya, sistem rumh sakitnya udah dibenerin. Jd pas booking (which is hrs jauh2 hari juga saking favortnya obgyn nya), kita udah dpt rentang jdwal nya. Misal kita dpt yg batching jam 2-3. Jd nunggu paling jadinya cuma sejam. Klo dulu, jangan ditanya bisa nunggu brapa lama 😅 Tapi karena udah keburu jatuh cinta sama obgyn ny, 3 kali lahiran sama dia semua..hehehe..

    Suka banget sama pesannya Mba jane 😍😍 Kita hrs ciptakan kebahagiaan kita sambil menunggu, karena memang hidup kadang banyak jeda yg hrs kita isi dg hal positif 😊

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah rumah sakitnya oke banget bisa kepikiran untuk bikin sistem batching seperti yang Mba Thessa bilang. Dengan begini juga pasien nggak numpuk atau kelamaan nunggu di rumah sakit, ya. Tapi waktu aku awal kontrol ke dokter yang ini, perawatnya ada bilang sih, walau dapet nomor antrean belakang, tunggu aja jangan ke mana-mana, katanya bisa aja dipanggil lebih dulu. Tapi pertemuan berikutnya, dipanggil sesuai nomor antrean yang sudah didapat. Jadi nggak tau deh, itu sistem dari perawatnya sendiri apa gimana wkwkwk 😂

      Terima kasih Mba Thessa sudah membacanya 🤗 iyak betul sekali. Menciptakan kebahagiaan sendiri itu sepertinya salah satu seni yang harus kita kuasai deh, biar ngeluhnya berkurang dikit 🙈 *ngomong ke diri sendiri*

      Delete
  7. Cii.... baca tulisan ini dan ayat yang dipilih cici, bikin aku ngerasa jleb banget. Akhir-akhir ini lagi pusing nyari rumah, kemarin kembali sedih karena inget Baby E, baca postingan temen yg doanya langsung dijawab Tuhan, trus ngerasa kok hidup aku gini amat yaa. Pas baca tulisan ini, mungkin emang waktu tunggu aku masih ada dan belum waktunya untuk mendapatkan yang tepat. Ada yang doanya di jawab cepat karena mungkin memang sudah waktunya, namun ada yang masih perlu menunggu.

    Makasih yaa Ci Jane... Semangat untuk cici dan sehat-sehat terus yaaa.. 😊

    ReplyDelete
    Replies
    1. Devinaaa, sini berpelukannnn 🤗🤗🤗

      Aku juga sering merasa seperti itu. Kok doa orang lain sepertinya cepat sekali dijawab, sementara aku harus nunggu entah sampai kapan. Padahal yaa aku juga nggak tahu pasti mereka yang doanya sudah terjawab itu sudah menunggu berapa lama. Dan mungkin juga seperti yang kamu bilang, memang sudah waktunya untuk mereka menerima jawaban.

      Soo, sembari menunggu jawaban doa masing-masing, mari kita sama-sama semangat dan jangan lupa terus bersyukur 🥰 semangat yaa, Dev! 😉

      Delete
  8. Jane tulisan kali ini menyentuh banget deh 🥺

    Memang yaa kadang ada masanya di mana kita bertanya2 kapan sih doa kita dikabulkan? Orang lain kok udah, kok aku belum? Tapi ya kalo dipikirin, balik ke kitanya lagi. Apa yang sudah kita lakukan untuk harapan2 ini, mungkin orang lain usahanya lebih besar makanya lebih dulu dijawab huhu..

    Btw aku jadi pengin makan bacang 😂

    ReplyDelete
    Replies
    1. Seringnya pertanyaan tersebut muncul saat melihat mimpi kita yang terwujud di kehidupan orang lain. Ini suka terjadi kalau aku udah kepo sosmed, Eyaa. Emang tuh ya, kalau lagi banyak pikiran, sosmed itu harus dihindari banget 😂

      Soal usaha itu, betul juga. Jangan-jangan aku belum berusaha banget dalam mewujudkan mimpi sendiri. Seperti yang Mba Eno bilang di atas ya, berusaha itu adalah salah satu koentji 😊

      Wahahaha aku juga lama udah nggak makan bakcang yang isi daging cincang. Eh di RS tempat aku kontrol ternyata ada yang jual, dan ternyata lumayan enak XD

      Delete
  9. Baca ini di saat hujan bikin hangat dan tenteram hati banget mbak Jane🤧 Seandainya kalau aku punya nomor antrean itu, kayaknya gak akan sestress ini menjalani hidup, sebab semua sudah jelas dan kita tinggal nunggu giliran. Tapi itulah baiknya Tuhan:') Dia terlalu sayang sama hamba-Nya, jadi nggak menetapkan giliran itu dengan nomor antrean yang pakem dan nggak bisa diubah. Tanpa nomor antrean itu, dia justru bisa mengubah nomor yang terbelakang jadi di depan, atau di tengah, kalau kita mau bekerja keras dan berusaha. Sebab masalah rezeki kan bukan hanya uang, tapi semua berkat yang diberi Tuhan.

    Makasi untuk tulisannya yg deep ini mbak, makasih sudah mengingatkan untuk kita semakin bersyukur dan dekat dengan Tuhan. Sehat selalu untuk mbak Jane dan debaynya yaa😍🤗

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihi aku nulis ini kemarin juga ditemani cuaca mendung, Awl. Jadi tambah mellow kan yaa 🤧

      Ahhh betul sekali yang kamu bilang, dengan cara yang demikian Tuhan justru membuktikan bahwa dia Tuhan yang adil ya (': kenapa aku nggak berpikir seperti ini sebelumnya hiks semua doa pasti didengar-Nya, dan jawaban akan diterima sesuai waktunya masing-masing. Makasih Awal sudah diingatkan 😊

      Sama-sama! Makasih juga udah baca yaa. Sehat-sehat juga buat kamu, Awl 😉

      Delete
  10. Indah sekali tulisannya Jane, menunggu untuk hal yang tidak bisa dibeli memang jadinya lebih mahal ya.
    Based on my experience harus sabar menunggu 12 tahun pernikahan sampai dikaruniai anak, itupun lewat IVF selama 6 tahun. God is good and He keeps His promise if we believe, walaupun suka ngedumel juga ihihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mbaaa *hugss* penantian yang panjang namun pada akhirnya Tuhan nggak pernah lalai dengan janji-Nya ya. Yang sulit itu di mana aku harus tetap percaya Tuhan tetap baik, meski Dia nggak menjawab doaku (':

      Terima kasih untuk reminder hangatnya ya, Mba <3

      Delete
  11. Baca ini setelah ngantri di optik barusan nih, insightful bgt mba Jane. Sukaaaa...

    Pernah di situasi benci sekali sama yang namanya menunggu. Karena aku sering merasa aku yg harus selalu menunggu, bergegas lebih dulu, bersiap2 lebih cepat, eh yg disamperinny malah belum ngapa2in. Tapi, aku jg jadi nemu apa yg dimaksd mbak Jane nih, aku jd ngobrol sama ibu temenku itu, jd bisa review materi pelajaran jg.

    Abraham dan Sara mgkn jg pernah kesal menunggu sampe ratusan buat punya anak, tp emang cara Tuhan selalu ga bisa ditebak. Maka, cara ku adalah meyakini bahwa hal baik pasti datang selagi kita berusaha. Cheers 🤗

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha bisa pas gitu lagi ngantri di optik juga ya, Mba Ghin 😂

      Aduh situasi kayak gitu familiar sekali buatku, Mba. Emang keselnya tuh sampe ubun-ubun kalau kitanya udah berusaha tidak telat, ehh yang di sana malah belum ngapa-ngapain. Tapi sebaliknya, di saat menanti jawaban doa dari Tuhan, kitanya juga sering ngeluh dan bawel ke Tuhan 😂

      Yess! Nggak hanya berhenti di berharap, namun juga tetap berusaha yang terbaik, ya (: terima kasihhh, Mba Ghina!

      Delete
  12. Meski kadang suka gabut juga kalo nunggu antrean rumah sakit, tapi ada kalanya itu seru kalo pasien sebelah sudah ngajak ngobrol. Atau paling tidak, secara tidak langsung kita dengar mereka ngobrol. Kadang bisa jadi lucu saking jujurnya. Ha ha ha.

    Terkait masalah itu, saya cuma pengen bilang kak Jane, kalo saya pernah dengar ceramah di suatu Jumat, bahwa jangan-jangan apa yang kita ingin belum tentu baik untuk kita. Seperti kata Sujiwo Tejo,"terkadang untuk menyelamatkanmu dari orang yang salah, Tuhan mematahkan hatimu."

    Jadi, tergantung pertanyaan apa yang kak Jane tunggu. Kalo semisal itu belum terjawab, jangan-jangan itu memang belum waktunya, atau belum tentu baik untuk kak Jane

    ReplyDelete
    Replies
    1. Eh iya, komentar Mas Rahul jadi mengingatkan suatu kejadian lucu tapi agak miris juga sih yang nggak sengaja saya dengar saat menunggu di rumah sakit. Jadi ceritanya ada sepasang suami istri paruh baya mendadak ribut, si ibunya tiba-tiba emosi dan nangis. Aslik, saya yang duduk di depan mereka jadi bingung sendiri ada apa yang terjadi di antara mereka berdua 😂

      Eniwei, ceramah yang Mas Rahul dengar ini sebetulnya pernah disampaikan di salah satu khotbah yang saya dengar. Terkadang doa kita tidak/belum terjawab karena bisa jadi yang kita doakan itu tidak sesuai dengan kehendak-Nya. Jadi memang harus balik lagi ke diri kita sendiri, apakah yang kita doakan itu sudah sesuai dengan keinginan-Nya ya. Terima kasih banyak Mas Rahul untuk pengingatnya (:

      Delete
  13. Jane, baca ini saya jadi semacam flash back ke kehamilan pertama saya dulu.
    Saking saya udah ganti dokter 2 kali dan bikin keki aja dokternya, akhirnya kami mutusin pilih dokter kandungan yang terkenal di Surabaya.
    Bukan hanya lebih mihil, tapi antrinya itu astagaaa...

    Saya booking sebulan sebelumnya loh, dan tetep dapat nomor ke sekian.
    Udah gitu juga sama, sekali 2 kali dokternya telat datang, dia harus operasi orang di RS, tapi salutnya, pas datang, si dokter sampai lari kenceng saking nggak enaknya ama yang udah nungguin dia.

    Orangnya ramah banget, kadang dia meriksa sambil makan dong, saking sibuknya.
    Dia minta maaf disambi makan hahaha.

    Btw, tentang menunggu jawaban, sama juga nih, begitu banyak pertanyaan saya kepada Tuhan, namun bersyukur dengan profesi blogger ini, Tuhan selalu kirimkan jawaban dari segala arah, bukan melulu jawaban sesuai keinginan saya, tapi sesuai kebutuhan saya.

    Semangat selalu bumil cantik :*

    ReplyDelete
    Replies
    1. Memang yaa nggak ada yang sempurna dalam hidup. Bahkan dalam menanti kedatangan dokter yang terkenal bagus itu pun butuh perjuangan. Sampai dokternya pun lari-lari gitu yaa, Mbaa karena nggak enak ditunggu 😂 salutnya meski mereka banyak pekerjaan, saat berjumpa dengan pasien yang bejibun tetap ramah.

      Ahh Mba Rey, makasih sekali sudah diingatkan ): aku jadi diingatkan tentang banyak hal yang Tuhan sudah berikan yang mana jauh lebih apa yang aku bayangkan sebelumnya. Terkadang memang kita terlalu ngotot dengan apa yang kita mau, di samping itu Tuhan selalu menyediakan apa yang kita paling butuhkan, seperti yang Mba Rey bilang. Thank youuu Mba Rey! <3 sehat-sehat dan semangat selalu juga yaa, Mba! 🤗

      Delete
  14. Nungguin dokter kandungan itu udh kayak nungguin presiden hahahahah. Aku dulu ya mba, nyari dokter kandungan sengaja ga mau yg rame antriannya. Capek. Jd aku pilih yg sepi. Toh aku ttp yakin Ama kemampuannya. Sepi bukan berarti dokternya ga kompeten. Jd terpilihlah 1 dokter yg kebapakan bangetttt, ramah, meyakinkan dan yg terpenting antriannya msh msk akal. Ternyataaaa ttp aja suka telat DTG karena dia merangkap direktur RSCM kencana wkwkwkkw. Sami mawon ini mah, sepi sih sepi, tapi dtgnya ttp aja lama :D. Cm Krn udh telanjur seneng Ama dia, jd ttp aja pas hamil kedua aku balik Ama itu dokter.

    Ttg masalah pertanyaan dan Tuhan, sama mba Jane. Aku udh ga mau mikirin kapan Tuhan bakal mengabulkan doaku. Krn aku tau, semua itu ada waktunya. Bisa jd juga Tuhan merasa permintaan itu ga baik buatku, jd Dia belum mau mengabulkan dan akan menggantikan dgn yg LBH baik. Bisa aja kan ;). Cuma Tuhan toh yg tau apa yg terbaik untuk hambaNya.

    Jd yg aku lakuin ttp berdoa, ttp percaya dengan apapun yg udh digariskan. Kalo memang 1 doa ga terkabul, ya sudah, mungkin itu cara Tuhan untuk mengajarkan aku harus beralih ke hal lain :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wahahahaha udah senang-senang nomor antreannya nggak banyak, ehhh ternyata si bapak dokter merangkap direktur rumah sakit 🤣 yang penting mah udah cocok ya, Mba. Kalau udah terlanjur sayang memang susah beralih 🙈

      Huhuhu teman-teman di sini baik-baik banget sekali, semuanya mengingatkan kembali bahwa Tuhan itu punya rencana-Nya sendiri yang terbaik untuk umat-Nya. Memang seringnya aku yang terlalu ngotot, harus begini harus begitu. Di saat yang bersamaan, aku malah lupa dengan berkat-berkat yang sudah Dia berikan selama ini ):

      Semoga ke depannya ini aku lebih legowo, lebih pasrah kepada Tuhan dan tetap berusaha melakukan yang terbaik. Terima kasihh Mba Fanny untuk pengingatnya! Hugssss! <3

      Delete
  15. Yaampun... Nunggu dokternya lama bingiit ci!!! Aku termasuk yang ga tahan juga kalau harus nunggu di rumah sakit. Apalagi kalau perutnya sampai keroncongan >.<

    penutup postnya sungguh keren ci! Setelah dipikir-pikir, iya juga sih pak Abraham tuh sabaaaarrr banget. Ga komplen gitu dikasih anak cuma 1 padahal dijanjiin bakal jadi bapa segala bangsa yang jumlahnya bak pasir...Kan beda banget yaa bapa segala bangsa tapi nyatanya cuma dapet 1 anak hehe belum lagi, uda dikasih eh diminta balik sama Tuhan huhuhu sungguh kuaat imannya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Resiko kontrol dengan dokter femes idola ibu-ibu sekota ya begini deh wkwkwk tapi memang worth untuk ditunggu, sih. Cuma yaa mbok kalo bisa jangan lama-lama datangnya ya, Dok 😆 *dijitak*

      Iya kannn. Sampai hari ini pun cerita Abraham suka nggak masuk di akalku. Gimana caranya dia menanti sekian lamaaa dengan janji Tuhan. Dan walaupun dia hanya dikaruniai satu anak, dari satu anak itu menghasilkan keturunan segala bangsa, yang mana janji Tuhan tetap terkabulkan meski Abraham sendiri nggak sempat melihatnya.

      Tapi seperti yang sudah teman-teman ingatkan di atas, kita semua harus tetap melakukan yang terbaik dan terus bersyukur dalam menjalani hidup yaa. Sembari terus percaya bahwa Tuhan pastiiii akan memberikan yang terbaik untuk kita *aminnn* 😊

      Delete
  16. Dulu, aku juga pernah dihadapkan dengan kata 'menunggu' ini. Setelah menikah, pasti ingin segera memiliki buah hati. Namun, aku harus menunggu utk wkt yg cukup panjang. Menurutku.

    Di masa penantian/menunggu dgn doa2 pergumulan yg dinaikkan. Suatu saat dimana aku sampai pada titik terendah, begitu banyak hal yg aku rasa. Gak sabar, dan ada rasa putus asa.

    Meskipun begitu, aku tetap yakin n percaya bahwa, janji Tuhan ya n Amin. 'Waktu Tuhan pasti yg yerbaik' puji Tuhan, akhirnya aku hamil n punya anak.

    Melihat Abraham, dalam masa penantian yg sangat lama, 25 tahun, di usia yg gak muda lagi.

    Tapi, Ia tetap sabar, hingga Ia peroleh apa yang dijanjikan. Luarbiasa iman percayanya.

    Thanku tulisannya. Slm sahabat. JBU.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo Ike, terima kasih sudah ikut cerita pengalaman pribadi kamu dalam masa penantian ini yaa (: saat kita terus mempertanyakan jawaban dari Tuhan, sepertinya kita malah nggak mendapat apa-apa. Tapi di saat kita betul-betul berserah dan percaya bahwa Tuhan tetap baik, di situlah kita melihat bahwa Tuhan bekerja ya 😊

      Sama-sama, makasih juga sudah membaca yaa. JBU too 💕

      Delete
  17. jadi berpikiran sama dengan mbak jane pas baca ini, coba ya kalau ada antrian dari pertanyaan akan doa kita, pasti kita bakalan tau jawabannya kapan akan diberikan oleh Tuhan
    yang bisa dilakukan selama ini berusaha dan berdoa, pastinya semoga Tuhan juga memberikan jawaban yang terbaik buat umatnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Mba Ainun. Tapi ya caranya Tuhan tentu tidak sesederhana pikiran kita yang terbatas ini ya 😂 Yang Maha Kuasa pasti punya cara-Nya sendiri supaya kita tetap percaya dan bergantung pada-Nya. Dan bahwasanya Tuhan selalu baik, asalkan kita percaya, berusaha dan bersabar 🤗

      Delete
  18. Hai Jane, this is my first time visiting your blog dan aku nggak perlu masuk ruang tunggu :P.
    Aku juga tipikal orang yang malas menunggu. Kebayang deh betenya mesti nunggu berjam-jam dan nggak ada kepastian. Tapi, selalu ada hal positif yang bisa didapat dari nunggu yaa. Jadi punya waktu dengerin podcast, bisa baca buku bacaan, dan bisaa dapat bahan renungan.

    Aku juga sekarang mikir, kok Abraham ini sabar banget yaaa. Dulu juga cuma mikir, ah ntar paling Abraham punya anak juga. Tapi kalo dipikir secara manusi, gila dia sabarnya. Ahahahaha.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aaah, how sweet you are! XD welcome to my humble online home, Mba Dini! ❤ Maafkan juga aku baru balas di komentar yang ini hahaha

      Nah iya kan, that's what excatly I always think about! Kok bisa sih Abraham seseabar dan SEYAKIN itu kalau dia bakal punya keturunan T_T I hope my faith bisa tumbuh seperti itu, and even tho doaku mungkin nggak dijawab, setidaknya aku tau Tuhan selalu baik ya ^^

      Delete