Sunday Afternoon

Monday, April 18, 2022


Setiap ibu kayaknya punya cara masing-masing, deh, untuk menikmati me-time. Kenapa aku ngomong gini, karena definisi me-time setelah punya anak tuh berbeda sekali dengan single atau sebelum punya anak. 

Sebelum punya anak, aku suka banget menikmati kesendirian (duile kesendirian banget) di coffeeshop. Biasanya cukup bawa laptop, buku bacaan atau buku jurnal. Udah deh, anteng tuh sampai beberapa jam ke depan. 

Setelah punya anak, aku menemukan cara me-time yang berbeda. Si koko sekolah, si dedek bobok, saatnya mama nyeruput kopi panas sambil nonton channel Honeyjubu atau Hamimommy di Youtube. Atau pas lagi nyusuin dedek, aku punya kesempatan beberapa menit untuk nonton drakor sampai akhirnya si bayik bobok. 

Banyak cara untuk menempuh me-time sebagai ibu. Dan hari Minggu kemarin, akhirnya aku bisa menikmati kembali salah satu me-time yang sempat aku sukai dulu, ketemu teman di coffeeshop

Ini pertama kalinya aku mendatangi Baked and Brew, setelah sekian lama cuma ngelewatin doang. Dari luar, tempat ini ngingetin aku dengan coffeeshop kebanyakan di daerah Seminyak, Bali. Bener aja. Begitu masuk ke dalam, langsung disambut dengan musik jazz dan suasana tenang serta udara AC yang dingin. Kontras sekali dengan cuaca terik Bogor di luar. 

Siang itu nggak begitu ramai. Mungkin karena sedang bulan puasa. Beberapa meja ditempati oleh orang-orang yang datang berduaan, bareng teman-temannya dan ada juga yang bersama keluarga kecilnya. 

Sembari nunggu teman yang masih dalam perjalanan, aku duduk di area bar sambil memesan minum dan makanan. Setelah itu, aku pindah ke meja yang bersebelahan dengan meja yang berisi pasangan muda dengan anak yang kutebak berusia 7-8 bulanan. 

Momen kayak gini udah lama sekali nggak kunikmati. Duduk sendirian di kafe, alone with my thoughts and my coffee. Tanpa distraksi apa pun, kecuali pikiran yang terus menerus mengkhawatirkan anak-anak di rumah. Sebelum berangkat, aku, sih, pede banget anak-anak aman, toh ada bapake ini. Aku nggak pernah meragukan kemampuan suami saat menjaga anak-anak. He's a good helper and a good father. Tapi tetap aja, yang namanya emak-emak, selalu mikirin anak bahkan di saat dia mau me-time

Sambil memotong cinnamom toast yang masih hangat, mau nggak mau aku "nguping" percakapan di meja sebelah. Seorang teman perempuan yang duduk di sebelah sang ibu bertanya demikian: "Gimana rasanya kalian setelah punya anak? Ada yang berubah nggak?". Sebelum menjawab, si ibu mungutin makanan yang jatuh di bawah highchair anaknya dan sambil nyuapin makan juga. Aku kurang dengar jelas jawaban si ibu, tapi kira-kira seperti ini: "Capek, sih. Apalagi masih WFH rasanya jenuh aja di rumah." 

Aku pun termenung mendengar perkataan si ibu. Sambil ngunyah, pikiranku sibuk berkelana sendiri sampai akhirnya aku diajak flashback ke enam tahun yang lalu, di mana aku pernah ada di posisi si ibu sebelah. 

Boro-boro me-time, dulu masuk kamar mandi sebentar aja udah direcokin anak kayak emaknya kabur dari rumah. Well, kaburnya, sih, mungkin bener. Kadang-kadang kamar mandi jadi tempat pelarian terbaik di saat lagi capek-capeknya. 

Makan di luar bersama bayi pun seperti lagi main sirkus. Mainan jatuh yang dilempar, makanan yang tumpah karena dilepeh, air minum yang membasahi baju si anak. Begitu menyuap makanan ke mulut sendiri, makanannya udah keburu dingin. Kasih nonton gadget? Ah, aku, kan, ibu ideal. No gadget saat di meja makan! 

Sekarang punya bayi lagi yang masih berusia 12 bulan, harus diakui kerempongannya nggak melebihi dulu saat pertama kali punya anak. Bisa karena biasa, mungkin, kah? 

Tetap nggak bisa kupungkiri betapa nikmatnya menikmati makanan sendirian tanpa harus berbagi, tanpa harus sambil nyuapin anak, tanpa harus sambil memungut makanan atau mainan yang jatuh ke lantai... seperti yang sedang dilakukan ibu di sebelahku. 

Diam-diam aku pun tersenyum dalam hati setelah dibawa berkelana oleh pikiranku sendiri. 

Iya juga, ya. Hidup itu punya musim yang berbeda. Aku pernah ada di musim yang saat ini dilalui oleh si ibu, sekarang ini sedang menikmati musim yang baru lagi. Aku berusaha banget untuk nggak ngeluh hal-hal sepele walau memang kadang kalau udah capek banget nget nget, nggak ada kalimat yang bisa kuutarakan selain mengeluh. Apalagi setelah diingatkan kalau setiap musim itu punya "keindahannya" sendiri. 

Musim dingin punya salju. 
Musim semi punya bunga-bunga bermekaran. 
Musim panas punya cuaca cerah. 
Musim gugur punya daun-daun kering yang cantik. 

Setiap musim datang setelah musim sebelumnya udah dilalui. Kita nggak bisa langsung ada di musim semi sebelum berada di musim dingin. 

Aku mengaduk-aduk Iced Vanilla Latte yang ada di atas meja. Lucu, ya. Tuhan tuh bisa ngingetin hal-hal seperti ini di mana aja, melalui siapa aja dan kapan aja. 

"Hi, Janeeee!" 

Nggak berapa lama aku menyambut sosok teman yang sejak tadi kutunggu. Kami berpelukan dan mulai bertukar cerita di meja kami. Rasanya menyenangkan bisa ngobrol di luar topik anak. Ngobrol hal-hal yang bisa membuatku jadi diri sendiri.

Aku pun sambil merekam momen ini sebagai salah satu memori indah yang akan dikenang kembali di musim berikutnya. 

13 comments:

  1. Ci Jane, thank you for writing this post ❤️
    Walaupun aku belum melewati tahap itu, tapi baca tulisan ini bikin aku merasa dipeluk 🥺. Menjadi orangtua benar-benar nggak mudah ya, Ciii 😂

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku juga thank you, Lii, sudah membaca tulisan ini 💛 Memang nggak mudah, Lii. Capek, bikin aku makin bawel dan suka marah-marah, wkwkwk. Tapi bahagianya tak tergantikan 😆

      Delete
  2. "Setiap musim datang setelah musim sebelumnya udah dilalui. Kita nggak bisa langsung ada di musim semi sebelum berada di musim dingin." #QOTD

    Ci Jane sama kayak temenku, waktu aku nanya ke dia "kamu pernah bosen nggak?". Katanya pernah dan dia pingin gitu sehari aja bener-bener me time, dalam artian nggak ngurusin anak atau suami dulu sebentar, karena yaaa capek memang. Ini tuh kejadiannya waktu aku lagi kayak capek kerja dan berkhayal jadi IRT WKWKWKWKWK. Terus kata dia, "Semua ini hanyalah sawang sinawang Ndah. Enjoy your time." Selaras lah sama QOTD yang Ci Jane tulis. <3

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku pun salah satu yang mikirin jadi nyonyah rumah tangga itu enak sekali kerjaannya. Apaaaan, capek juga berkali-kali lipat wkwkwkwk. Nggak ada yang mudah ya memang, semua pilihan hidup tuh ada enak nggak enaknya, you can't have it all, selain ya itu bersyukur dan menikmati setiap musim yang ada (duilee beraaaat).

      Setuju dong sama temen kamu <3 semangat yaaa buat kita semua!

      Delete
  3. Motherhood is magical ya, grateful kita bisa ngalamin fase2 kangen me time krn yg terjadi di hari ini, ga akan kejadian lagi di 5 - 10 tahun mendatang :-)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Trueeee! 🥰 Nggak akan kembali dan begitu anak-anak beranjak besar, kita cuma bisa mengenang memori masa-masa mereka kecil ya, Mbaa (:

      Delete
  4. Hi, aku pembaca baru di sini ^^
    Sebagai yg masih single dan jujur suka iri sama kehidupan orang lain, ini reminder yang bagus sekali. Thanks ya Jane :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hi, Fradita! Welcome to my humble blog 😊 Terima kasih yaa sudah meninggalkan komentar di sini. Yess, soal membandingkan ini emang nggak ada habisnya. Yang pasti kita harus kenal dulu dengan diri sendiri sebaik mungkin, dengan demikian kita nggak bakal mudah membandingkan diri dengan kehidupan orang lain lagi ya (:

      Delete
  5. Kebalik kayaknya Ama aku Jane 🤣. Suamiku jauuh lebih kuatir ninggalin anak2 bareng aku, dibanding Ama babysitternya 😅. Dia sadar banget kayaknya, kalo aku memang ga telaten menyangkut anak.

    Tapi memang kondisi semua orang beda sih. Aku bersyukur ada suami yg telaten Ama anak dan juga babysitter. Aku bisa ngandelin mereka while ngerjain kerjaan ku. Tapi Krn anak2 skr udh gede, jadi sbnrnya udah jauh lebih gampang ngawasinnya. Mereka udah ngerti tugas masing2. Jadi aku juga lebih santai dan LBH fokus Ama kerjaan. Beda banget pas zaman masih bayinya 🤣😅..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener banget, Mba Fanny. Aku setelah jadi orang tua juga merasa ya setiap keluarga itu berbeda-beda, value dan kebiasaan yang mereka pegang pun juga beda banget. Bersyukur punya support system yang bisa mendukung kita ya, Mbaa 🥰 Aslik sih, masih bayi-toddler tuh usia yang sangat merepotkan, wkwkwk. Kalau anak udah bisa makan sendiri (dan pinter) aja itu udah enak banget deh buat mama, hahahaha.

      Delete
  6. me time memang menyenangkan ya kak :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Duh, sebuah kenikmatan yang tak terdustakan 🤣

      Delete