Books Love #6: Favorite 10 Books I Read During School Years

Wednesday, February 7, 2018


Aku suka banget baca. Sekitar umur 5-6 tahun, buku yang pertama kali aku baca adalah koleksi cerita klasik Disney punya Mama. Sejak saat itu nggak pernah berhenti baca buku sampai hari ini.

Sama seperti film, makanan dan hal lainnya, selera orang terhadap buku itu sangat beragam. Ada yang suka baca buku genre spesifik tertentu atau cuma baca buku fiksi aja, dll.

Kalo aku sendiri suka banget baca novel. Kebanyakan yang aku 'lahap' adalah novel lokal dan bergenre romansa, entah itu Metropop atau chicklit. Baru sekitar lima tahun belakangan, mulai belajar baca novel luar supaya punya referensi dan pengalaman membaca yang lebih luas. 

Berikut adalah daftar novel favoritku yang kubaca sejak masa sekolah sampai kuliah:

1. Lukisan Hujan, Sitta Karina 


Buat yang familiar, karya Kak Arie memang agak berbeda daripada genre chicklit atau metropop lainnya di Indonesia. Mulai dari gaya penulisannya, penokohan setiap karakternya, dll.

Berkisah tentang romansa antara anak SMA dengan anak kuliahan. Meet-cute antara Sisy dan Diaz bisa dibilang klise banget. Tabrakan di dalam komplek perumahan dan setelah itu sadar bahwa mereka tetanggaan, ketebak banget, ya?

Ada 3 alasan kenapa Lukisan Hujan ini spesial dan bikin aku senyum-senyum sendiri saat membalik tiap halaman novel ini.

Pertama, is how Kak Sitta describe each characters' feeling in different circumstances. Pemilihan kata-katanya apik banget, nggak ngebosenin. Ada beberapa setting tempat yang merupakan hasil imajinasi Kak Sitta sendiri. Walaupun fiksi, somehow aku bisa membayangkan jelas seperti apa tempat yang dimaksud, seperti setting gazebo di komplek perumahan mereka.

Alasan kedua, karena sang tokoh utama Diaz berdarah campuran Meksiko, Kak Sitta pun menyelipkan unsur bahasa Spanyol dalam (setiap) novelnya yang membahas keluarga Hanafiah. I don't understand a bit about Spanish—kecuali judul telenovela HAHA—lumayan jadi bisa belajar dikit-dikit.

And last but not least, Kak Sitta menambahkan pemanis di novelnya dengan ilustrasi yang digambar oleh dirinya sendiri. Iri banget nggak, sih, dengan orang yang bisa "bercerita" melalui gambar maupun tulisan? Paket komplit banget!

Aku harus berterima kasih kembali kepada salah satu teman di SMP yang udah ngenalin aku dengan karya Sitta Karina. Dia udah minjemin aku beberapa novel kak Sitta lainnya, sebelum akhirnya aku beli sendiri.

Buat yang belum dan pengen baca, silakan kunjungi toko buku terdekat atau online book store. Kebetulan beberapa waktu lalu, Kak Sitta menerbitkan ulang dengan cover baru dan isi yang diperbaharui. If you like the book, I might like you a bit more too (:

2. My Friends, My Dreams, Ken Terate


Buat pecinta genre teenlit, pasti nggak asing dengan nama ini. Menurutku, karyanya Ken Terate refreshing banget untuk anak ABG di tahun 2000an.

Novel ini simply bercerita tentang tiga orang sahabat dengan karakter yang berbeda-beda. Ada Marcella si queen bee cantik dan agak nyablak dari Jakarta yang terpaksa harus ngikut keluarganya pindah ke Jogja. Lalu ada Joy yang menjadikan Jogja sebagai pelarian pasca perceraian ortunya, terakhir ada si Wening yang kuper datang ke Jogja dengan impiannya. Cerita persahabatan mereka dimulai ketika ketiganya saling berbagi mimpi.

Best friends always matters to me during high school. Pokoknya nggak ada yang lebih penting daripada sahabat. Aku bisa relate dengan cerita setiap tiga karakter tersebut. Pasti ada, kan, setiap kita yang ngelewatin masa-masa pengen jauh dan selalu bantah dengan orangtua, saingan dengan sahabat sendiri dalam hal cowok (HAYO NGAKU! :P), obsesi dengan mimpi dan sebagainya. Masa-masa itu sebenarnya menyenangkan banget nggak, sih. Lebih bebas dan berani dalam melakukan hal apapun. Terus ada cerita di mana mereka sleepover di rumah Marcella itu, ngingetin banget kalo dulu paling seneng ada sahabat nginep di rumah.

I wish I can find this novel and read it again, karena punyaku sendiri udah nggak tahu ilang ke mana. Kayaknya, sih, ada yang jual versi pdf. Barusan googling malah ada versi cover baru dan bahasa Inggris pulak. Gonna purchase this book (again) soon if it's available! 

3. Mint Chocolate Chips, Alanda Kariza

Bukan Jane namanya, kalo nggak nyelipin karya Alanda Kariza dalam favorite list ini, hahahaha.

I must put Alanda's very first novel in this list, karena dari novel inilah aku pertama kali 'kenalan' dengan sosok Alanda, yang saat itu kami sama-sama masih berusia 14 tahun! Gue umur 14 kayaknya cuma sibuk les Matematika biar nggak remedi terus. Orang lain di usia yang sama udah bisa nerbitin novelnya sendiri. Gimana nggak ngefans dengan dirimu, Nda ):

Mint Chocolate Chips sebenarnya bukan cerita yang gimana-gimana, bahkan biasa-biasa aja. Cerita tentang kehidupan anak SMA, geng-gengan, naksir-naksiran, kelulusan dan kuliah, prom night, dan lainnya. Walaupun 'biasa', tapi buat kita yang baca dan sedang menjalani masa-masa itu kayaknya greget aja di hati. Eaaaa

Sayang nggak bisa foto novel fisiknya secara langsung. Masih tersimpan rapi di rumah Bali. Disampul segala lho!

Setelah novel pertama dan beberapa novel kumpulan cerpen, Alanda comeback dengan novelnya yang terkesan lebih dewasa di Sophismata. Bisa dibaca pendapat singkat aku tentang Sophismata di sini, ya.

4. Cintapuccino, Icha Rahmanti 


Jujur, aku lupa banget kapan pertama kali baca novel ini. Waktu pulang Bali tahun kemarin, nggak sengaja nemu di rak buku. Baru ngeh ternyata punya buku ini.

Cintapuccino bercerita tentang "obsesi" di masa SMA. Buat Rahmi, seorang Nimo adalah obsesinya selama 10 tahun, even when she was already engaged with somebody else.

Udah pasti waktu pertama kali baca ini nggak paham dengan apa itu "obsesi". Emang bisa, ya, cinta mati segitunya dengan seseorang selama 10 tahun? I just can't imagine it.

When the 26 years old myself re-read this novel, still I didn't understand. Coba kalian yang pernah baca novel ini, jelaskan padaku obsesi pada seseorang itu maksudnya gimana. Apalagi di saat kalian udah membangun hubungan yang udah cukup dalam dengan orang lain, tiba-tiba "obsesi" kamu datang dan detik itu juga kamu meragukan perasaan kamu.

Terus, kenapa ini masuk list favorit? Karena ini cerita chicklit Indonesia pertama yang pernah aku baca. Katakanlah pertama kali baca ini pas aku SMP-SMA. Ngerti apa aku soal cinta, cuma ngerti cinta monyet LOL. Makanya waktu baca ini, sedikit paham ternyata cinta (dan perasaan) kadang bisa serumit itu, ya.

Oh ya, novel ini diadaptasi ke layar lebar juga lho. Ada yang inget lagu Selamanya Cinta by D'Cinammons? Nah, itu salah satu OST di film tersebut. Tiati yang mau denger ulang, baper nggak ditanggung.

5. A Very Yuppy Wedding, Ika Natassa 


AVYW was my first novel from Ika Natassa. Kalau nggak salah, waktu itu aku sedang mengurus printilan acara pernikahan kami. Entah gimana ceritanya, aku kebelet pengen cari novelnya Ika Natassa di Gramedia. Waktu baca sinopsis belakang novel ini, I was like... WAH GUE MUSTI BACA.

Kalau kalian tengok review di Goodreads, banyak yang menyesalkan cara penokohan dan penulisan novel ini. Sampe-sampe ada yang nulis review panjaaaaang banget isinya cuma yang jelek-jelek dari novel ini. Fyi, this book was Ika's very first new born. Dan menurutku untuk buku pertama nggak seburuk itu kok *ih cotooooy*

Banyak yang bilang tokoh Andrea terlalu bitchy. Buat yang udah pernah mempersiapkan wedding, pasti ngerti banget lah kenapa dia drama queen banget. Have you heard a thing called bridezilla?!

Novel ini lumayan ngena di hati, karena aku pernah ada di posisi Andrea, yang somehow punya second thought tentang pernikahan. Apalagi waktu dia bilang menikah itu 'aneh', karena mempersempit ruang kesempatan untuk pencapaian pribadi. Apa yang dialami Andrea mungkin dirasakan oleh sebagian besar wanita (karir) yang akan menikah.

Update: Lupa bilang, kalau AVYW ini adalah 'pengantar' aku kepada karya Ika Natassa lainnya, yang mana rata-rata suka semua ❤

6. Confession of a Shopaholic series 


Loveeeee all the novel series so much!

Aku inget banget waktu libur panjang setelah lulus SMA, salah satu temen baik aku rekomen novel ini. Baca seri pertamanya, terus ketagihan sampai seri di mana akhirnya lahir si mini shopaholic.

Walaupun mungkin kita bukan seorang shopaholic, tapi aku ngerasa kita (ciwik-ciwik) bisa relate, deh, dengan karakter witty tapi juga sedikit sensitif-nya Becky Bloomwood. Pasti pernah, kan, yang namanya doing stupid things atau terlihat bodoh di mata orang lain untuk mengejar hal-hal yang kita mau.

These books are perfect for your upcoming holiday readings. Nggak butuh mikir, nggak melibatkan emosi yang berlebihan, cukup ketawa-ketawa gemes aja bacanya.

7. Harry Potter and The Chamber of Secrets, J.K. Rowling

Here you go guys, the one and only Harry Potter book that I owned. 

Sebut diri sendiri Potterhead, tapi nggak koleksi atau baca semua bukunya, hanya nonton filmnya aja, boleh nggak, sih? Boleh, yaaa *ngeles*

Jadi, waktu demam Harry Potter mulai masuk ke Indonesia, aku juga ketularan. Seingetku, buku seri pertama minjem sodara, yang kedua ini hasil 'nodong' ke orangtua dengan janji akan dibaca sampai selesai, karena di masa itu novel Harry Potter termasuk mahal.

Mungkin saking excited-nya punya satu novel HP, novel ini disayang banget, and I was so proud when finished the book! I was only 11 years old that time, gimana nggak bangga bisa menyelesaikan novel sebanyak 300 halaman lebih?!

8. Don't Sweat The Small Stuff for Teens, Richard Carlson 


Untuk buku non-fiksi, aku lebih suka yang bertema self-development atau self help. Biar hidup nggak gini-gini aja, harus ada perkembangan dan perbaikan diri, kan.

Sesuai judul, buku ini aku beli waktu umur abege gitu, deh. Kira-kira 10 tahun kemudian, saat baca ulang buku ini jauh lebih ngena, karena banyak "small stuffs" yang justru menganggu saat beranjak dewasa. Terus mikir, "Berarti gue anak-anak banget dong ya suka ngeluh hal-hal remeh kayak begini?"

Aku belajar banyak dari buku ini untuk nggak terlalu pusingin hal-hal kecil, yang sebenarnya nggak terlalu ngaruh dengan kehidupan sehari-hari. Selain itu, buku ini juga sebagai reminder untuk live in moment. Apalagi di era digital cem sekarang yang sebentar harus foto untuk konten blog, sebentar lagi harus record video untuk konten story, akhirnya lupa deh untuk enjoy the moment.

Oh ya, ada satu bab yang cukup menarik yang memberikan semacam task untuk menentukan sebuah tema di setiap pagi saat bangun tidur. Misalnya, tema hari ini adalah "positive thinking", selama satu hari itulah kita harus berpikir positif. Sekalinya pikiran negatif masuk, harus buru-buru "cubit" diri sendiri supaya keep on track. Susah, sih, tapi cukup menantang, ya? (:

9. I Dare You: Embrace Life with Passion, Joyce Meyer 


This book not only helps me to change my perspective of passion but also inspires me to write my very own book, PassionTalk. 

Nih, aku quote kalimat dari sinopsis buku ini, ya. 

"We cannot do anything about being born or dying, but we can do a lot about how we live." 

10. 金陵十三钗 The Flowers of War, 严歌苓 Yan Geling


Baca buku ini karena udah nonton filmnya duluan, di salah satu mata kuliah favoritku yang membahas film-film Tiongkok.

Diambil dari setting Nanking Massacre, bercerita tentang sekelompok pelacur yang bersembunyi di dalam sebuah gereja katedral bersama 13 anak gadis, yang dijaga oleh seorang perias mayat profesional yang berpura-pura menjadi pendeta. Grup pelacur tersebut bersembunyi dalam gereja demi untuk menyelamatkan diri dari pemerkosaan dan pembunuhan oleh tentara Jepang. Suatu hari, kolonel tentara Jepang datang ke gereja untuk mendengar choir yang dibawakan oleh 13 gadis tersebut. Sang kolonel terpesona dengan suara mereka dan mengundang untuk bernyanyi di acara kemenangan Jepang atas perang di saat itu (menurut ngana??!). Cerita selanjutnya, bisa ditonton langsung atau baca novelnya sekalian. 

 Edisi novel yang kubeli dapet bonus beberapa halaman draft novel yang masih ditulis tangan.

Buat yang tahu sejarah pembunuhan massal di Nanjing, China, ini adalah salah satu sejarah yang sangat mengerikan dan masyarakat China sendiri sangat enggan untuk mengungkitnya kembali. Setting cerita ini sangat dark dan filmnya sendiri pun cukup disturbing. 

Selain harus menyelesaikan tugas akhir mata kuliah ini, aku beli novel ini karena jatuh cinta dengan sejarah ini. Nyesel banget waktu itu nggak sempat ke Nanjing untuk mengunjungi memorial hall untuk korban Nanjing Massacre ini. 

Suka sejarah kok yang beginian toh? Iya, aku pun nggak paham, padahal merinding juga membayangkan apa yang dialami mereka di zaman itu. Nonton filmnya pun merem-merem karena nggak kuat lihat adegan-adegannya T_T

***
Ada yang samaan nggak nih favoritnya? Atau ada yang punya rekomendasi bacaan baru atau lama, monggo di-share di bawah, ya!

21 comments:

  1. aku justru termasuk orang yang susah banget baca buku, apalagi yang isinya tulisan semua hahahaha... lebih suka baca komik ketimbang novel... mungkin karena ga dibiasin dari kecil kali ya... tapi ada beberapa novel yang aku baca, salah satunya ya seri shopaholic dan harry potter... lukisan hujan seinget aku pernah baca, tapi koq ga inget ya ceritanya apaan hahahaha...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, kayaknya sih yang suka baca buku memang kebiasaan dari kecil. Mamaku juga sebenernya nggak gitu baca buku, lebih suka baca komik. Koleksi Gobernya banyak benerrr ((:

      Lukisan Hujan cerita cinta2an antara anak SMA sama anak kuliahan ci hahahaha

      Delete
  2. GAra-gara baca ini ada beberapa buku yang sebelumnya pas lihat judul males dibaca tapi sekarang jadi pengen beli. Thanks mba, mau balik lagi kayak dulu nih banyakan baca buku. Soalnya sekarang banyakan baca caption instagram orang:P

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama2, Mba Enny! Saya pun masih lebih banyak menyimak caption dan tweet orang2 daripada baca buku, hahaha. Mari kita semangat terus baca buku! :D

      Delete
  3. Aku ingat baca Lukisan Hujan waktu SMA. Ah jadi kangen deh :D waktu SMA juga aku baca Cintapuccino tapi ga sampai beres karena banyak ga mudengnya hahaha. Jadi kepikiran mau bikin postingan kayak gini juga :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Cerita Sisy dan Diaz itu terlalu manis dan ngangenin memang! Ayooo Eya, kamu kan banyak baca buku juga. Siapa tahu aku bisa dapet referensi menarik dari kamu :D

      Delete
  4. Halo Ci Jane!

    Aku selama ini cuma jadi passive reader, tapi baca ini jadi tertarik komen. Aku udh baca semua buku diatas kecuali The Flowers of War, dan err, ga berani baca karena kayanya disturbing ya (cetek)

    jaman SMA-Kul kayanya baca buku berat pun oke, tapi kalo sekarang..kayaknya idup udah berat, ahahahahahha.

    TFS btw!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai Aralee! Salam kenal ya :D

      Kalimat terakhir bener banget tuh. Aku pun setelah jadi emak-emak gini rasanya pengen baca buku yang nggak pake mikir, soalnya hari-hari udah mumet! Hahahaha

      Delete
  5. Aku sukanya baca buku-buku non-fiksi kayak the naked traveler-nya trinity, buku-buku pengetahuan national geographic kids (lol), sama akhir-akhir ini lagi suka baca buku tentang sejarah dunia dan Indonesia. satu-satunya fiksi yang aku baca dan ikutin sampai sekarang.....komik miiko hahahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nggak tahu kenapa aku kurang cocok nih dengan buku non fiksi lokal ): Palingan yang memang penulisnya aku tahu dan bagus. Wah, buku sejarah Indonesia apa yang bagus, Mba? Boleh juga sekali-kali baca.

      Komik Miiko aku pun suka bangettt hahahaha. Tapi yang edisi 30 ini kok mahal ya, sayang belinya hiks

      Delete
    2. menurutku sejauh ini yang bagus judulnya Nusantara, soalnya lengkap dari zaman prasejarah (meskipun cuma sekilas), kerajaan-kerajaan, kolonial, sampai tahun 1941. sejarah di atas tahun 1941 masih belum nemu yang cocok ci, hehe. Nusantara ditulis sama orang asing namanya Bernard H.M. Vlekke, cara nulisnya beda banget sama buku-buku pelajaran sejarah waktu sekolah, Vlekke nulisnya kayak cerita biasa gitu, tipikal orang Eropa kalau nulis sejarah mungkin ya.

      komik 30 udah aku beli xD nggak tahan sama kelanjutan ceritanya xD

      Delete
  6. Jane akupun suka ika natassa, shopaholic sama harry potter! Kayanya genre bacaan kita mirip nih haha. Gw juga suka dewi lestari. Supernova nya keren banget. Kalo mau lebih ringan, perahu kertas bisa bikin senyum senyum hehe. Trus gw juga suka the hunger games series sama divergent series.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahahaha selera kebanyakan ciwik-ciwik ya, Ci :D Novelnya Dee yang aku baca cuma Rectoverso, nih. Nggak tahu kenapa nggak gitu cocok juga sama novelnya, mungkin karena aku nggak gitu suka genre fantasi kali, ya :/

      Delete
  7. Hai Reggie!

    Accidentally nyasar ke blogmu nih dan ngerasa namanya gak asing, ternyata kamu temennya sepupuku, Monic hahaha. Setuju banget sih Ken Terate itu gak asing buat anak-anak pembaca teenlit pada jamannya. Bacaan kita hampir sama ya aku baca 1-7(kecuali yg nomor 5) dari list kamu hahaha. Cintappucinno dulu baca waktu SMP jg gak ngerti kenapa Rahmi bisa sebegitu obsesinya sama Nimo sampe batal nikah haha. Anyway, salam kenal ya!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hi Ica!

      Kaget ada yang manggil Reggie di sini, soalnya yg panggil nama itu cuma temen sekolah. Eh, ternyata emang masih sepupunya temen sekolah, hahaha. Salam kenal juga, ya! :D

      Nah iya, sampe sekarang masih sedih tunangannya ditinggal gitu aja, hiks

      Delete
  8. jadi tertarik deh sama flowers of the warnya. thank you for sharing :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ayuk dibaca, ada versi bahasa Inggrisnya, cuma aku nggak yakin masih ada yang jual nggak ya di toko buku sini. Mungkin bisa dicoba online (:

      Delete
  9. Waktu kecil usia-usia segitu, aku sebenarnya ngak suka baca, karena hidup di pedesaan yang sangat jauh dari buku, juga ngak bisa membaca. Aku lebih senang dengarin sejarah tutur atau dongengan dari orang tua-tua. Tapi kalau mau jujur aku diajarin baca karya-karyanya Karl May

    ReplyDelete
  10. Waktu kecil usia-usia segitu, aku sebenarnya ngak suka baca, karena hidup di pedesaan yang sangat jauh dari buku, juga ngak bisa membaca. Aku lebih senang dengarin sejarah tutur atau dongengan dari orang tua-tua. Tapi kalau mau jujur aku diajarin baca karya-karyanya Karl May

    ReplyDelete
  11. Buku Sita Karina yang Lukisan Hujan memang memorable banget. Saat baca gw bisa membayangkan keadaan di novel itu. Detail tapi ga ngebosenin.

    Cintapuccino juga bagus. Bisa kebayang emosi dari tokoh utama ceweknya. Icha Rahmanti ada keluarin satu buku lagi judulnya Beauty case tapi memang ga sememorable cerita dari cintapuccino.

    Jaman - jaman novel conffesion of a shopaholic, banyak chicklit sejenis yang bagus. Menurut gw, cerita jaman sekarang OK lah untuk dinikmati. Tapi ga bisa sebagus novel - novel pada jaman itu. Tokoh - tokoh yang ditulis bisa tertanam dengan kuat dan memorable banget. Btw gw juga suka buku dari confession series tapi gw ga baca semua. Paling suka yg buku pertama.

    Ahhhhh Nanjing. Dulu gw juga sempat mau ke sana pas masih sekolah di Guangzhou tapi batal. Dan gw pernah baca kisah di Nanjing. Ga sanggup selesein. Terlalu sadis dan menyakitkan sih.

    Tp gw tertarik dengan flower of war. Sepertinya bagus.

    ReplyDelete
  12. Aku masih susah banget punya hobi gemar membaca. Baru niat aja terus. Suka bacanya masih musiman. Kalau pas mau baca nggak berhenti2 tp klo masih males. Liat buku aja udah ngantuk haha

    ReplyDelete