Road Trip Desember 2023: Day 7-8 (Last Day Solo-Bogor)

Saturday, April 27, 2024


"Ternyata Solo nggak se-desa yang aku kira xD;" - Jane, anak kota yang sotoy pertama kali ke Solo.

Itu kalimat yang kulontarkan saat pertama kali sampai di Solo saat SMA dulu, tepatnya di tahun 2008. Aku inget banget pernah cerita pengalaman road trip Jakarta-Solo di blog lama. Pas dibaca ulang, malu banget karena sotoy sekali nganggep Solo itu kayak desa 🤣

Kami tiba di Solo setelah menempuh perjalanan kurang lebih tiga jam dari Surabaya. Kotanya mungil dan rapi. Entah kenapa rasanya nggak asing, meski terakhir ke sini udah lebih dari 15 tahun yang lalu. 

Kami tiba bertepatan dengan jam check-in hotel. Jadi, kami memutuskan untuk ke hotel dulu aja, taruh barang, istirahat sebentar, baru keliling kota lagi. Aku agak menyayangkan hanya punya waktu 24 jam di Solo. Ada banyak tempat wisata (dan pasar!) yang ingin dikunjungi, juga kuliner yang enak dan murah. Namun, karena waktu nggak memungkinkan, mari atur jadwal liburan lagi supaya balik ke tempat kelahiran Pakde Jokowi dan soon-to-be wapres kita yang baru (ciyehhh...).

Pilihan hotel untuk menginap satu malam di Solo, jatuh kepada Ramada Suites by Wyndham. Lokasinya memang agak jauh dari keluar gerbang tol, tapi kalau lihat tempatnya sepertinya menarik. Bahkan saat cari rekomendasi kuliner Solo di blognya Mba Fanny, ternyata belio juga pernah nginap di sini. Berarti pilihanku nggak salah, karena rekomendasinya Mba Fanny selalu trustworthy 😆

Ada kisah lucu saat kami on the way ke hotel. 

Suamiku yang tercinta ini, hampir nggak pernah nyasar setiap main di kota mana pun, bisa-bisanya kali ini nyasar sampai masuk gang pasar tradisional. Aku pun sama bingungnya, "Lho? Ini mana hotelnya? Masa Ramada ada di gang kecil gini?". Setelah meneliti Gmaps, suamik ngomong sambil pasang sen untuk putar balik, "Lah, salah jalan. Maap, maap." 

Duhh, kacian. Kayaknya, sih, doi kecapekan juga karena harus sambil ngurusin kerjaan di Bogor. Sebagai istri yang udah bisa lebih diandalkan (baca: bisa nyetir), aku sempat menawarkan diri untuk gantian. Bisalah nyetir di kota kecil gini, tinggal lihat maps aja. Bisa ditebak, tawaranku ditolak mentah-mentah. Bisa dimaklumi, sih. Iya kali dia mau digantiin setir mobil, sama istrinya pulak yang baru lancar nyetir dua tahun terakhir 🤣

Anyway, setelah kembali ke jalan yang benar, kami pun tiba di Ramada. 

Ramada Suites by Wyndham Solo

Hotelnya benar-benar unik, terutama bangunannya. Nggak seperti bangunan hotel pada umumnya, Ramada Solo ini lebih mirip dengan perumahan. Bangunannya sendiri memang nggak besar, tapi areanya luas! Sejujurnya, aku agak sedih karena nggak sempat eksplor hotel ini. Aku pun baru tahu saat pulang kalau ada taman serta area main anak di hotel. Cuma nggak akan sempat main juga, sih. Kami harus check out lebih awal keesokan paginya, mau cari oleh-oleh dulu sebelum cus balik Bogor.


Aku pun turun dulu untuk check in di lobby, sementara suamik cari parkir. Seneng, deh, kalau liburan di bulan Desember, nuansa Natal di mana-mana. 


Kesan pertama dengan staf hotel saat check in, sama persis saat di So Long, Banyuwangi. Mbaknya ayu dan intonasi bicaranya halus sekali. Penyampaiannya jelas banget, apalagi saat Mbaknya bilang bahwa kami dapat free upgrade dari Superior ke Deluxe room dengan senyum lebar. Wiihh. Malam terakhir liburan kami dapat rezeki. Again, as a mom, aku menyayangkan sekali Josh nggak ikut ngerasain happy moment ini. Next time, ya, Josh. I promise!

Kamarnya luas dan ranjangnya ukuran queen. Kamar mandinya biasa aja, sih. Untuk sekelas Ramada, sebetulnya aku berekspektasi agak bagus aja gitu. Soalnya area mandi pake shower box gitu. Plusnya, kamar mandi jadi nggak becek, sih. Secara estetika kurang aja *banyak mau emang*

Hal yang paling kusuka dari kamar ini adalah jendela besar di sebelah ranjang. Lebih seru kalau ini ada balkonnya, yaa, jadi bisa nongkrong di luar. 

Inces langsung pose duduk di sofa chair jumbo.

Maksudku shower box-nya tuh kek gini. Entah kenapa kurang estetik aja gitu dibandingkan dengan interior kamarnya yang mayan wah 🤣

Sembari beristirahat, suamik nyelesain kerjaannya, sementara aku mulai sibuk nyari tempat makan malam nanti. 

Kuliner Solo ini sebetulnya menarik banget untuk kami berdua. Mengingat ada Krystal, nggak mungkin kami membawanya untuk nyobain kuliner tepi jalan atau angkringan seru. Minimal harus restoran bersih, karena aku masih jaga makan Krystal yang masih balita ini. Kalau udah segede kokonya, sih, hajaaar aja.

Lihat ini itu nggak ada yang sreg, akhirnya aku main lagi ke blog dan HL IG Story Mba Fanny tentang Solo. Suer, Mba. Blogmu itu andalanku banget pas di Solo kemarin 🤣 Nah, ketemu restoran Nini Thowong yang lokasinya nggak terlalu jauh dari hotel. Menurut review Mba Fanny, makanannya oke dan tempatnya pun family friendly

Sekitar pukul 18.00, kami pun berangkat menuju restoran.

Tiba di restoran, kami langsung pesan makan. Makanan berat terakhir yang kami makan itu nasi rawon tadi siang di Surabaya, perut udah lapar nggak karuan. 

Nini Thowong punya berbagai menu kuliner khas Solo, seperti Nasi Gudeg, Nasi Langgi, sampai Selat Solo pun ada. Mengingat kami cuma semalam di Solo, rasanya kepingin pesan menu yang berbeda-beda. Keinginan daging ini sirna seketika kalau nggak ingat perut udah mulai membuncit hanya dalam seminggu 🤣 

Kami pun memesan Nasi Langgi, Nasi Gudeg, Nasi Soto Ayam buat Krystal dan yang nggak ketinggalan, Es Nini Thowong yang menjadi ciri khas restoran ini dan katanya legendaris, lho.

Punten sekali nggak ada foto makanannya, sepertinya di gallery-ku sudah terhapus, hiks. Makanannya disajikan sederhana banget, tapi nggak usah ditanya rasanya... enak semua. Segini baru makan di restoran, ya. Gimana kalau makan yang di warung-warung tendaan. Aduh, ngebayanginnya aja udah bikin ngiler. Semoga ada kesempatan bisa balik ke Solo lagi, ah!

Buku menunya udah se-"tua" ini pun nggak diganti, hihi.

Isiannya tuh menarik, ada buah-buahan seperti nanas dan pisang. Manisnya kayak kolak pisang, tapi kayak es campur karena ada es serutnya. Ada cendol dan kacang hijaunya juga. Seru, kann. Kayak party in one bowl, huahaha. Rasa asam manisnya tuh dapet banget. Segeeeer!

Sembari makan es, aku baru ngeh kalau Nini Thowong ini memang awalnya depot es. Mereka nyuguhin banyak aneka minuman es. Kalau kami datang ramean, mungkin bakal nyoba satu-satu, sih, huahaha.

Saat bayar, aku cukup kaget karena hanya butuh mengeluarkan satu lembar uang seratus ribuan dan pecahan puluhan ribu lainnya. Yes, total bon kami nggak sampai 150 ribu rupiah. Murah banget lah untuk ukuran restoran seperti ini. Aku dan suami sampai bilang, hidup di Solo tuh enak, ya. Makanan enak, murah pulak. Bukankah itu impian suamiku, yang memang hobi nyari makanan enak dan murah meriah? Yuklah, pindah ke Solo! 🤣

Selesai dinner, rasanya enggan pulang ke hotel. Pengen ngerasain suasana malam di Solo. Nanun, kondisi fisik kami menginginkan untuk istirahat segera karena harus menempuh perjalanan lagi besok. Padahal penasaran ingin lihat keraton Solo yang katanya cakep banget kalau dilihat malam hari. Aduh, aku lupa namanya. Alasan untuk kembali ke Solo makin banyak, kan? 😂

Sampai di hotel, aku tergiur untuk jajan di kafe yang ada di seberang gedung hotel. Jadi, kafe/bar ini masih dalam satu area hotel, cuma bangunannya terpisah aja. Kebetulan, saat check in kami dapat voucher untuk beli minuman di sini, sekalian beli es krim deh buat si inces. 

Karena tadi udah makan es, akhirnya aku pesan Wedang Uwuh untuk menghangatkan badan. Rasanya enak-enak aja, sih. Yang bikin takjub ya harganya. Untuk minuman di kafe hotel, ini murah banget! 

Krystal enjoy makan es krim sambil video call sama kokonya, yang ternyata lagi makan es krim juga! Apakah ini yang dinamakan sibling telepathy? 

Bikin romantis suap-suapan es krim jarak jauh <3

Keesokan pagi: Pulang Bogor

Rise and shine! 

Pagi ini bangun dengan badan yang jauh lebih segar, walau sedikit nggak rela karena harus pulang an mengakhiri liburan. Kami memutuskan untuk berangkat lebih pagi supaya nggak kemalaman tiba di Bogor. 

Agenda sebelum pulang ada dua: beli oleh-oleh dan makan gudeg ceker!

Kenapa kok nyari oleh-olehnya di Solo? Ya, karena kami belum pernah bawain oleh-oleh dari Solo. Dari Bali udah bosan (walau tetap bawa, sih, hahaha), dari Surabaya juga udah pernah (tetap ada juga karena dikasih teman). Apalagi Solo terkenal dengan batiknya... tapi nggak beli juga, sih, ahahahaha. Aku sempat tanya kepada resepsionis hotel, ada sebuah toko oleh-oleh dekat sini yang bukanya pagi. Kami pun meluncur ke sana. 


Kami nggak sempat nyari pusat oleh-oleh yang terkenal di Solo, pokoknya yang ada aja, deh. Kenapa nggak beli batik, rasanya lebih seru kalau belinya di toko batik langsung nggak, sih? 

Javenir ini terbilang cukup lengkap. Berbagai macam oleh-oleh ada di sini, mulai dari pakaian, aksesoris, pajangan, sampai makanan. Mirip Krisna di Bali.

Ada batik juga di sini, tapi aku nggak gitu ngerti soal batik, jadi lebih baik suatu hari ke pusat batik aja.
Btw, si inces ikutan milih aksesoris, hihi.

Kami banyak oleh-oleh makanan, lalu dapat dua setelan baju untuk Josh dan Krystal, yang dipakai di foto paling atas. Gemesh, kan? Motifnya bagus, bahannya juga nggak bikin gatal. Dicuci berkali-kali pun makin nyaman. 

Selesai urusan oleh-oleh, sekarang urusan perut. Kami memang nggak ambil sarapan di hotel, karena ingin makan gudeg ini. Rekomendasi gudeg ceker ini pun datang dari Mba Fanny.  


Lokasinya di pinggir jalan, tempatnya nggak terlalu besar, makannya bisa duduk di meja depan ibunya nyiapin makanan, bisa juga di area lesehan. 


Sebenarnya, ceker itu bukan bagian ayam favoritku. Herannya, dua anakku suka banget, persis bapake. Makanya, ini agak ragu makan gudeg di sini, bakal suka nggak, ya? Aneh nggak, ya?

Lihat begini aja ngiler nggak, sih? Ternyata gudeg ceker itu ENAK sekaliii. Pada dasarnya, aku memang suka gudeg, mau itu manis atau pedas, dua-duanya suka. Aduh, ini enak banget. Cekernya lembuttt, nggak bau, dicocol sambal mantap sekalii. Suamik sampai nambah seporsi, nggak heran, wkwkwk.

Selesai makan, kami pun segera bayar. Lagi-lagi kaget karena murah banget, hahahaha. Saat di mobil, suami nanya, "Di Solo enaknya kerja apa, ya?" Tolonglah, sepertinya dia serius memikirkan rencana untuk tinggal di Solo 🤣

***
Dengan berakhirnya cerita Solo, blog post road trip series ini pun selesai! 🙌🏻

Setidaknya archive liburan ini lengkap, nggak bolong, hihi. Makasih yang udah nungguin dan baca cerita kami, ya. Liburan sekolah akan datang sebentar lagi, semoga ada cerita baru yang dibagikan di sini. Doain aja yang punya blog nggak malas update dan mencatat semua perjalanan liburan nanti 😜

BACA CERITA ROAD TRIP DESEMBER 2023:

3 comments:

  1. Janeeeeee, aku aja yg udh cobain gudeg dan Nini thowong dari setahun yg lalu, sampe skr ga diupdate2 😂😂😂😂😂..kamu malah udah.. parah mood ku menulis.

    Lah samaaa kayak suamiku. Maunya tinggal di solo tp gaji jakarta 😄. Apalagi CIMB kan ada di solo sebenernya :p.

    Aku sih mau aja, toh ada rumah di sana. Cuma lagi kosong skr. Tapi kalo dipikir kami sering bolak balik traveling, dan ga tau deh apa bandara solo rute international nya cuma ada KL atau jangan2 udah dihapus? Agak susah jadinya kalo mau ke LN. Tetep sih selama msh aktif traveling, aku prefer JKT.

    Restoran ramada itu pas sarapan rasa makanannya B aja, cendrung ga suka. Tapi anehnya dinner enaaak. Dan seriuuus muraaah Jane.

    Aku persen banyak SOP buntut segala, ga lebih dari 300 RB kalo ga salah yaa. Pokoknya murah, ga kayak resto hotel JKT. Next harus coba sih.

    Jadi memang yaa tiap mudik solo, kami tuh cuma wiskul di solo. Tapi wisatanya di Jogja. Krn Jogja LBH banyak tp Hrg Jogja udh mahal. Ga kayak solo yg msh murah bangettt

    Mungkin Jogja udh banyak pendatang sih ya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Huahahaha, gapapa donggg... kan Mba Fanny emang travelingnya lebih sering. Mba Fanny masih rajin live update IG story aja tuh keren banget lho. Aku keknya udah keburu buyar, apa karena rempong sama anak-anak, ya 😂

      Nah, iya bener. Bandara Solo kecil sih, keknya buat terbang internasional masih syulit. Buat tinggal 1-2 bulan masih okeh lah yaa, jadi vacation house aja, Mba 🤣'

      Duh, jujurrr banyak banget kuliner yang belum disambangi di Solo. Suamik udah kepengen banget nyobain kikil Bu Cilik, udah ngiler banget liat porsinya. Aku juga masih kepengen makan selat solo dan gudeg. Harus banget sih balik Solo lagi, kudu siapin perut!

      Kalau di Jogja wisatanya apa, Mba selain candi? Aku juga udah lama banget nggak ke Jogja, keknya sekarang makin padat, sih. Aku ada teman kuliah di sana, jadi kayaknya bisa aja minta dia ajak jalan-jalan 😆

      Delete
  2. wiiii... selamat seri tulisannya akhirnya tamat jugaa! part favorit aku tentu saja bagian surprise-in orangtua 🤣🤣🤣

    Karena Jane road trip bawa anak, dua orang, dengan jarak yang panjang dan stop di berbagai kota, kenapa aku malah jadi lebih penasaran, how do you guys plan and manage? (terlepas impulsivitas suami yaa...) terutama masalah pembiayaan, mengingat kalau lagi wisata pasti suka gatel pengen coba ini-itu kan :')

    trus pengeluaran lain seperti tol dan bensin, apakah diperkirakan sejak awal, atau pakai biaya perkiraan dan sedia dana plus-minus? aaa begitu banyak yang aku penasaran sampe keknya bisa jadi satu post sendiri 😅 apalagi perjalanannya seminggu!

    tahun 2020 aku road trip ke Jambi sama suami, tapi karena ga ada anak kecilnya, sudah pasti pengalamannya sangat berbeda. (wow seandainya aku cukup rajin untuk bikin pengalaman road trip itu jadi post... sayangnya udah lama banget)

    ReplyDelete