Tentang Kekuatan Dalam Diri

Monday, June 8, 2020


Masih ingat, kan, tentang pembahasan singkat bisa dan suka di postingan sebelumnya? Diulang dulu kali, ya, apa itu bisa dan suka. Just in case biar lebih paham konteks. 

Bisa itu berhubungan dengan pekerjaaan atau profesi kita sehari-hari. Misalnya, kalau kamu seorang tukang dagang, ya berarti pintar jualan maupun ngitung duit (literally, orang dagang kalau ngitung duit itu cepet banget kayak orang bank). Atau kalau kamu seorang guru udah pasti bisa mengajar. 

Sedangkan suka, adalah adalah hal-hal yang biasa disebut dengan passion/hobi, sesuatu yang kita enjoy melakukannya. 

Biasanya nih, hal yang kita bisa belum tentu kita suka. Begitu juga sebaliknya. Hal yang kita suka belum tentu kita ahli mengerjakannya. Nah, kalau kebetulan yang kita bisa lakukan dan juga mencintai hal tersebut, then it becomes your strength. 

Apa itu strength? Mari kita ulik bersama. 

***
Beberapa hari sebelum kelas dimulai, semua peserta diminta untuk submit daftar bisa dan suka kepada kakak fasilitator masing-masong sesuai grup yang sudah dibagi. Setelah daftar kukirim, eh, malah diajak ngobrol. Ditanyain kenapa suka nulis (karena itu kegiatan pertama yang kutulis di dalam kolom daftar), pernah mengharapkan apa dari kegiatan menulis, terus apa yang dirasakan saat menulis dan lainnya. Aku jawabin satu per satu dengan cepat dan nggak pake mikir. Kalau boleh jujur, dulu aku hampir nggak pede menyatakan bahwa aku suka menulis. Aku maleslebih tepatnya takut harus mendengar komentar yang agak nyelekit dari orang lain tentang kegiatan tulis menulis ini. Makanya, agak kaget juga kok gue sekarang seluwes itu yaa menjawab semua hal yang gue suka tentang menulis (ciyehh). 

Contoh daftar yang aku buat
 
Kita akan balik ke daftar di atas sebentar lagi. Pindah topik dulu sebentar, ya. 

Saat kelas baru aja dimulai, ada kalimat menarik yang disampaikan oleh sang pembicara yang membuatku agak tertohok. 
"Nasihat follow your passion itu nggak cukup, kalau cuma ngikutin apa yang kita suka tapi nggak diasah, ya nggak akan jadi apa-apa." 

Lagi-lagi tentang ini, lagi-lagi diingatkan kalau nasihat "follow your passion" itu sebenarnya udah 'basi'. Jadi teringat tulisan sebelumnya di mana aku juga menyebutkan passion aja nggak cukup untuk sukses. Bisa ngomong begini sekarang karena baru paham, kalau pengen hidup lebih 'hidup' dan bernilai, ya nggak bisa sekedar hidup dengan passion. Mau sampai kapan kita hanya follow passion tapi nggak benar-benar mengasahnya sampai menjadi sebuah skill

Balik lagi ke daftar di atas. Sekarang paham kenapa kakak fasilitatornya sempat bertanya demikian: apa aja, sih, yang udah aku lakukan supaya nulis tuh nggak gini-gini aja? Sejauh mana aku mengasah kemampuan dan kecintaanku pada menulis? Tolak ukurnya gimana, sih, supaya kita bisa menjadi seorang ahli di bidang tertentu? 

Ternyata jawabannya cukup simpel, namun nggak sesederhana itu. 

Untuk bisa menjadi ahli, kita diwajibkan untuk berlatih sesering mungkin. 

Sesering mungkin itu berapa lama? Nih, aku kasih tau. Jangan kaget, ya.

Latihan terus menerus selama 10,000 jam. 

Aku teringat dengan wejangan si ganteng pitcher handal Chilbong di Reply 1994, di mana dia menjelaskan metode 10,000 jam ini. Sebenarnya metode ini sudah lebih dulu dipopulerkan oleh Malcolm Gladwell dalam bukunya Outliers. Menurut Chilbong butuh kerja keras dan latihan selama 10,000 jam untuk membuat seseorang menjadi ahli di bidang tertentu. Metode yang sama dilakukan oleh Bill Gates maupun The Beatles. 

Siapa yang nggak kenal dengan kedua nama besar di atas? Menurut sinopsis dari buku Outliers, dijelaskan The Beatles melakukan performance musik mereka sebanyak lebih dari 1,200 kali selama empat tahun. Kalau ditotalkan mereka sudah menghabiskan lebih dari 10,000 jam. Semakin sering mereka manggung, semakin terasah skill bermusiknya dan akhirnya bisa menjadi salah satu musisi yang melegenda pada masanya. Sedangkan untuk Bill Gates, dia menghabiskan 10,000 jamnya untuk mempelajari berbagai macam sistem progamming komputer sejak dia 'jatuh cinta' dengan komputer di sekolahnya saat berusia 13 tahun. 

Sekarang coba tanya diri sendiri, berapa total jam yang udah dihabiskan untuk berlatih sejauh ini? Kalau belum sampai di angka 10,000, ya jangan heran kalau hasilnya belum 'kelihatan' hihi. 

Cara yang sama bisa dilakukan ketika kita ingin mengasah skill yang udah kita miliki (mungkin karena pekerjaan dan job desc karir), supaya skill tersebut semakin mumpuni dan bisa menjadi kekuatan bagi kita. Betul yang dibilang Mbak Rini di postingan sebelumnya, bakat yang kita asah itu lama-lama bisa menjadi sesuatu yang kita cintai (love what you do, remember this?), bahkan bisa meningkatkan kepercayaan diri dan kebahagiaan dalam diri kita, karena kita akan merasa "oh iya gue mampu lho ngerjain ini." UPDATED: mendadak teringat tulisannya Mba Laila di mana salah satu mengatasi krisis kepercayaan diri adalah dengan bekerja keras. Ternyata berkesinambungan, ya! 

Selain itu, kekuaatan dalam diri kita ini juga berguna untuk membantu orang lain. Jadi nggak hanya bermanfaat bagi diri kita sendiri. 

And how do you define "something" is your strength?

Strength itu adalah segala aktifitas yang membuat kita merasa kuat (enjoy) sebelum, selama dan sesudah melakukannya. Dengan kata lain, strength itu membuat kita hampir nggak pernah berpikir untuk meninggalkan aktifitas tersebut alias I want to do this till I die

Jadi kira-kira formula akhirnya seperti ini: kekuatan (strength) = passion (hal yang kita suka) + ability (skill/bakat) + latihan 10,000 jam.

Berdasarkan formula di atas, aku semakin percaya bahwa nggak ada yang namanya sukses secara instan. Butuh waktu, butuh proses dan pastinya kerja keras bagai quda. Di saat kita melihat banyak nama-nama besar yang sukses dengan produk mereka, atau satu dua nama influencer yang kita tahu hidup mereka bisa menjadi inspirasi banyak netijen maya, jangan buru-buru iri hati. Jangan buru-buru dinyinyirin juga. Di balik semua kesuksesan tersebut, ada banyak behind the scenes yang nggak pernah kita ketahui. Mungkin kamu perlu tau apa yang dilakukan Steve Jobs di garasi rumahnya sebelum komputer Apple bisa dipakai oleh jutaan umat di seluruh dunia. Atau tulisan ini yang harus aku edit kembali sebulan kemudian, karena kok ternyata kurang 'berisi'. 

Sampai di sini mungkin ada yang nanya: "Tapi aku nggak tau apa yang menjadi kekuatanku (atau passion). What should I do?"

Some tips for me (hope this helps!): 
  • Coba cari tau aktifitas apa yang biasanya suka kalian kerjakan atau gampangnya, kalau buka Google tuh seringnya nyari topik apa, sih? Masak kah? Musik? Fotografi? Tips menulis?
  • Pilih salah satu yang kalian suka banget, misalnya masak. Mulai praktikan setiap hari. Uji coba resep-resep atau bahkan mengembangkan resep pribadi.
  • Terus validasi emosi saat dan sesudah melakukan aktifitas tersebut. Apakah senang? Excited? Termasuk saat gagal, respon kita seperti apa. Nyerah? Atau malah makin penasaran untuk coba lagi? Jawab sendiri sejujur-jujurnya, ya!
  • Terakhir, latihan terus. Lakukan metode 10,000 jam sampai bisa jadi ahli!
Perjalanan menemukan passion dan kekuatan dalam diri kita itu emang nggak mudah tapi itu sangat memungkinkan. Juga nggak ada kata terlambat untuk mencari dan mengusahakannya. Jadi jangan menyerah di tengah jalan. Selamat bekerja keras! 

Btw, our beloved miss Creameno sudah bantu menjabarkan 10,000 jam dalam per hari. Silakan langsung dipraktikkan, ya. Good luck! 

28 comments:

  1. Betul mba, passion saja nggak akan bisa kasih kita makan 😂 cuma 5% persen orang yang berhasil sukses lewat passionnya, dan 95% lainnya sukses setelah menjadikan apa yang dia bisa atau apa yang dia punya (bakat, job, etc) sebagai passionnya alias dikerjakan secara suka rela, penuh cinta, dalam kurun waktu yang lama 😆 dan pada akhirnya, betul seperti yang mba Jane bilang, nggak ada proses yang instan. Even mie instan butuh 3 menit untuk dimasak sebelum dimakan 😂

    Eniho, 10.000 jam itu kelihatannya lama, padahal kalau kita invest 5 jam perhari untuk sesuatu yang memang kita bisa dan suka, maka dalam kurun waktu 5 tahun kita akan jadi profesional pada bidang yang kita kerjakan. Which is 5 tahun itu memang angka yang normal untuk bisa stable pada bidang kita. Ibarat tahun pertama dan ke dua itu percobaan, lalu tahun ke tiga dan empat itu pematangan baru masuk tahun ke lima sebagai penstabilan 😍

    Jadi kebayang kalau dalam sehari kita invest 10 jam, berarti hanya butuh 2.5 tahunan untuk bisa naik level dari sebelumnya. Jadi 10.000 jam itu bukan sesuatu yang mustahil untuk dilakukan apabila kita memang berniat untuk meraih sesuatu dari apa yang kita kerjakan sekarang 🙈 by the way, semangat untuk kita 😍 and as usual, thanks for sharing ya mba 😆💕

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mba Enooo, terima kasih sekali udah dijabarkan secara per hari. Biar teman-teman yang lain bisa terbantu dan ikut menghitung total waktu yang bisa dipakai (per hari) jika ingin mencapai titik keberhasilan mereka dan menjadi skillful hihi

      Dulu waktu masih awal 20an, aku suka iri melihat orang yang bisa mengerjakan passion mereka di usia muda. Tapi mendekati angka 30 sekarang ini, aku malah berpikir orang-orang yang bisa "love what they do" are amazing. Mereka bisa berjuang dan berusaha mencintai apa yang mereka kerjakan (meski awalnya nggak suka, tuntutan pekerjaan misalnya) tapi mereka berkembang karenanya. Berarti ya betul, passion aja nggak cukup, harus didukung skill dan usaha keras supaya bisa mencapai maksimal :D

      Yesss! Semangat untuk kita semua, ya! Hwaiting 💪

      Delete
  2. Woowwwwww daging banget ini mah, makasih banyak ya.
    Saya suka membahas tentang passion dan jujur masih belum mengerti banget saya sukanya dan bisanya apa ya?
    Kadang saya merasa bisa banyak hal, tapi memang yang paling mengasyikan itu bisa dan suka ya.

    Saya mau buat ah habis ini, bermanfaat banget buat menentukan apa yang akan saya dalamin, agar bisa dipetik hasilnya di kemudian hari :)

    dan tips terakhirnya tuh mantul banget.
    Kalau dipikir-pikir saya suka menulis, terlalu suka sih, tapi memang sejauh ini yang bisa saya lakukan adalah menulis di blog dan medsos hahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ayoo dibuat daftarnya, Mba Rey. Melalui daftar sederhana ini juga membuatku makin ngeh dengan skill dan passion apa yang betul-betul menggambarkan diri sendiri. Siapa tau setelah ini Mba Rey bisa mengulik diri lebih dalam lagi tentang dunia menulis. Nanti aku tinggal menunggu 'laporannya' di blog hihi

      Delete
  3. Thanks for sharing! Jadi inget, ada temen kantor yang nanya kenapa aku bisa gampang banget merangkai kata-kata untuk email, sedangkan dia tidak. Ya tentu aja karena belajar, latihan terus-menerus, yang mana bukan jago dalam semalam aja. Tulisan ini bikin aku pengin explore skill lainnya dalam diriku, deh. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha pertanyaan yang sama suka dilontarkan suamiku kalo dia lagi liat aku ngetik sesuatu yang penting, sementara dia ngetik 2-3 kalimat aja butuh mikir keras 😂 Ini karena kebetulan kami berdua beda aja sih. Tapi memang segala sesuatu itu bisa dilatih ya sampai skillful.

      Selamat mengeksplorasi diri kembali lagi ya! 🤗

      Delete
  4. Hi ci! Baru banget nemu blog cici. Sedih karena baru ketemu sekarang padahal tulisan-tulisan cici sangat menginspirasi!
    Aku juga jadi kepikiran, hal apa ya yg aku sukai. Aku suka banget berbagi hal positif atas apa yang aku dapat ke org lain. Mungkin aku bisa mulai latihan lewat tulisan ya :)

    Mampir-mampir ke blog aku juga ya ci kalau berkenan, terima kasih!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hi Lia! Makasih banget yaa udah berkunjung dan meninggalkan komentar di sini :D

      Betul, bisa dimulai dari kegiatan yang paling disukai dulu. Lama-lama akan kelihatan kok hasilnya.

      Aku udah mampir yaa ke blog kamu. Nice blog anyway! Topik blog kamu pas banget buat aku memang lagi banyak belajar ilmu gaya hidup minimalis 😁

      Delete
    2. Sama-sama ci. Senang bisa ketemu blog cici! Sesama ARMY pula 😋
      Semoga bisa saling tukar pikiran terutama dalam hal minimalism ya, soalnya aku juga masih belajar sih dan senang baca hal-hal yang berbau minimalism 😆

      Delete
  5. mencari sesuatu yang jadi hobi dan dikembangkan dalam diri sendiri ya mba ini.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul sekali. Siapa tau hobi yang diseriusin bisa bermanfaat bukan hanya untuk diri sendiri, tapi juga ke orang lain (:

      Delete
  6. Oke 5 jam perhari... kalo cuma 2,5 jam per hari berarti kita baru jadi master dalam waktu 10 tahun ya? *ngotak ngatik itungan mbak Eno di atas*

    Bahasan ini penting sekali jadinya aku bookmark hahaha. Biasa baca 10.000 jam, dan rasanya itu jauh banget - atau malah berpikiran "ah, nanti juga tercapai 10.000 jam." pas lihat hitungan rinci, oho! ternyata butuh 5 jam per hari, pantesan sampe sekarang saya nggak jago-jago aja rasanya. hiksss :___D

    konsistensi emang kelemahan saya yang paling kentara, padahal saya punya banyak hal yang disuka. pengen-pengen aja tapi nggak dilatih. post ini jadi bikin saya semangat lagi, dimulai dari nulis daftar bisa-dan-suka itu. memang sih sedapat mungkin saya pengen misahin hobi dan kerja (soalnya tahu sendiri kan kerja penuh dengan hal yang butuh resilience dan bisa bikin lupa kalo itu pernah dari hobi haha), tapi bagus juga kan kalo kita bisa ahli di hal yang kita suka.

    Thanks mbak janee! Sesama orang yang hobi nulis pasti ngerasa banget yaa apa yang bisa bikin kita suka nulis. kalo saya sih particularly suka nulis karena selain healing, biayanya murah dan nggak butuh macem-macem :P

    ReplyDelete
    Replies
    1. Perjalanan kita masih panjaaaaang ya, Mba 😂 Apa yang dipikirkan Mba Mega itu persis dengan apa yang kupikirkan selama ini. Ternyata aku belum begitu banyak invest waktuku untuk mengasah hal-hal yang aku bisa atau sukai. Pantesan jagonya masih nanggung, alias gitu-gitu aja huahahaha

      Sama-sama, Mba Mega! Senang kalau sharing aku bisa bermanfaat untuk teman-teman (: Iya betul, nulis itu 'murah', tapi untuk bisa pro di sana tetap harus meluangkan waktu lebih banyak ya.

      Semangattt dalam mencapai 10,000 jam kita!

      Delete
  7. Kalo ngomongin passion yah, kadang suka bingung sendiri. Apalagi pas dengar ocehan Adriano Qalbi di PAM soal ini. Katanya, Passion itu bullshit. Kalo keluarga kita butuh makan, terus kita dihadapkan dengan dua pilihan itu tai kucing lah yang milih passion. Tapi sejauh ini, banyak orang hidup dan bertahan dari passionnya.

    Salam kenal, mba Jane.

    ReplyDelete
    Replies
    1. PAM itu podcast-nya, ya Bang? Saya langsung google dulu biar nggak salah.

      Untuk beberapa case dan orang tertentu, mengabaikan realita demi mengerjakan passion memang nggak bisa memberi kita 'makan'. Tapi nggak berarti tidak bekerja sesuai passion itu membuat kita hidup nelangsa. Soalnya dedek-dedek jaman sekarang suka salah kaprah soal passion, termasuk saya dulu waktu masih lebih muda dari sekarang haha 😅

      Salam kenal juga, Bang Rahul. Terima kasih sudah berkunjung ya.

      Delete
    2. Iya, podcast Awal Minggu.

      Atau bisa juga sih, kerja untuk kebutuhan sehari-hari tapi tetap kerja sampingan untuk hal yang kita suka. Beberapa orang saya liat menerapkan cara seperti itu. Jadi meski tidak menguntungkan, setidaknya kita senang dan masih bisa dihidupi dari pekerjaan tetap kita~

      Delete
  8. Whoaaaaa mba jane uda pantas nih membuat buku, motivasinya keluar semua, hihihi

    #keplok-keplok salut

    Ehmmmm, akhir2 ini aku lagi kerajingan masak hasil coba-coba aneka resep di yutub channelnya orang-orang. Walaupun resepnya gampang dan hasilnya ga selalu saksesi, dengan kata lain juga banyak gagalnya, tapi kok kalau kulihat dari validasi emosinya aku ngerasa kayak ga pengen nyerah ya, yagitu deh... masih pengen nyoba terus sampai kelihatannya rasanya enak even itu cuma masak makanan ringan biasa kayak bala-bala atau bakwan sayur, cireng, cilok, cimol dan telur gabus keju wakkakaka
    Tapi klo belom menemui kinerja 10 ribu jam (e ini berapa tahun ya itungannya), ya kayaknya belom bisa naik level buat dibikin usaha yes hahahah, takutnya rasanya malah horror, ah tapi kayaknya setelah aku rasa-rasa lagi, emang kalau masak aku cuma sekedar exited aja akutuh, ga sampai pede buat dijadikan profesi (sejauh ini)

    Tapi kalau andai-andaiannya mau ngrekap skill apa yang sekiranya bisa dijadiin hobi sekaligus ladang duit, kayaknya apaaaa yaaaa...coba aku rangkum dan kumpul-kumpulin sendiri dulu deh, abis itu mau aku terapkan 10 ribu jemnya, walau di awal2 artinya masih taraf latihan ya mba hihihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Belum bisa jadi buku, Mba Nit. Kalo jadi buku baru terbit satu halaman aja, isinya biodata aku sendiri 🤣

      Wahhh senang akutu dengarnya! Ilmu masak aku juga minim, sebatas masakin suami dan anak aja. Makanya kalo dengar orang lain senang dengan aktifitas masak, berani eksplor, rasanya aku kebagian semangat dari mereka juga, termasuk cerita Mba Nita nih.

      Mungkin memang saat ini masak masih enjoy menjadi passion (hobi) aja kali, yaa. Soalnya kalau udah dijadikan profesional, tantangannya pasti beda lagi. Tapi siapa tauuu beberapa tahun kemudian Mba Nita punya katering atau restoran sendiri hihi

      Sippp. Pelan-pelan mencari tau sambil mengenal diri sendiri lagi. Semangat, Mba Nita!

      Delete
  9. Benar banget sih mbak. Sebenarnya saya dari SD suka nulis, kalau ada pelajaran bahasa disuruh mengarang itu senang banget deh. Jadi pengurus mading sekolah juga. Tapi entah kenapa nggak merasa kalau itu tuh sesuatu yang bisa jadi "kebisaan" dibanding hanya "kesukaan". Pas dewasa ini baru mulai lagi dan malah rutin nulis, jadi terbiasa dan bisa. Seandainya nyadar dari dulu ya, mungkin nggak akan salah jurusan. Tapi sudahlah yang penting sekarang disyukuri dan dijalani ^_^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Gapapa Mba, kalo nggak seperti itu mungkin nggak ada pengalaman cerita di lapas seperti yang pernah kubaca di blognya Mba Enny hihi

      Delete
  10. wah saya kasih apresiasi dulu sama tulisan ini.

    iya mbak ini juga yang sering dikeluhkan oleh orang yang mulai ingin menulis. mereka banyak yang bingung memulai dari mana. Bingung aja tanpa mau memulai untuk berlatih. Ini juga berlaku untuk kegiatan yang lain sih.

    tetapi saya sepakat bahwa jika kita mencintai dan benar-benar punya skill di bidang itu, rasanya kok berat ya meninggalkannya. ada yang mengganjal gitu dan enggak mungkin bisa enggak melakukannya barang sehari.

    oh ya, salam kenal mbak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih juga bang Ikrom udah membaca tulisan ini (:

      Iya betul. Kalau rasa jenuh mungkin masih ada, tapi kalau sampai ingin menyerah dan meninggalkannya kok rasanya beraaat dan nggak mungkin. Saya mengalaminya sendiri dengan kegiatan menulis. Sama aja ketika menjalani hubungan, kalau udah sayang pasti susah kan lepasnya, mau diperjuangkan terus sampai akhir 😁

      Salam kenal juga bang!

      Delete
  11. Suka sekali dengan tulisannya Mbak Jane! Aku jadi paham kenapa kok kayaknya tulisan aku masih biasa biasa aja. Sepertinya aku masih belum mencapai 10.000 jam latihannya huhuhu. Terima kasih Mbak, aku jadi punya motivasi untuk latihan lebih rajin lagi biar kayak Mbak Jane bisa menginspirasi tulisan-tulisannya. Sukses selalu Mbak :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama-sama Mbak Taya! Aku juga masih harus terus berjuang dengan 10,000 jam ku sendiri biar bisa mencapai hasil yang maksimal. Terus semangat yaa! (:

      Delete
  12. Jangan menyerah dan tetap bekerja keras💪. Siap mbk, bakal saya praktekan.berusaha terus dan nikmati prosesnya, karena proses inilah yang suatu hari nanti bakal jadi kenangan paling epik.
    Lama juga 10.000 jam kerja, tapi bisa dicicil. Seperti kata mbk creameano, 5 jam per hari.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yesss betul! Proses yang menjadikan siapa diri kita di masa yang akan datang nanti, jadi harus benar-benar dinikmati dan bekerja semaksimal mungkin. Terus semangat yaa 😊

      Delete
  13. Halo Ci Jane. Salam kenal :)

    Makasih yaa atas tulisannya. Jadi insipirasi bahwa diri ini perlu terus dan terus belajar. Tidak boleh patah semangat dan tetap mencoba.

    Ditunggu tulisan lainnya yang juga menginspirasi :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo Ci Devina, salam kenal juga ya. Makasih juga udah mampir ke blog akuh (:

      Yess betul sekali. Mungkin ada saatnya kita capek dan ingin break sebentar, itu gapapa banget. Tapi harus bangkit kembali dan mencoba lagi. Semangat juga yaa buat kamu! <3

      Delete